The Adventure of Kabayan: Baju Hikmat (40)

- 1 Desember 2020, 12:57 WIB
The Adventure of Kabayan
The Adventure of Kabayan /galamedianews.com


Herdi Pamungkas

GALAMEDIA - Pada episode sebelumnya,  "Kamu tidak dengar kitu tadi warga banyak yang bilang begitu?"

"Benar, Jang." terang Tua Kampung. "Itu kejadian sekitar tiga tahun yang lalu,"

"Tidak dahulu-dahu teuing atuh kalau tiga tahun lalu mah, Pak?" ujar Kabayan.

"Enya, Jang." Tua Kampung menganggukkan kepala.

"Aneh saya mah, Pak. Mengapa di daerah pesawahan banyak babi hutan. Bukankah babi hutan itu tempatnya di hutan?" tanya Kemed.

Baca Juga: The Adventure of Kabayan: Baju Hikmat (31)

"Ah, di sawah mah lain babi aya ge bancet!"

"Diam dulu, Ajum! Kamu mah ngengklokan bae!" tegur Kemed kesal.

"Justru itu, jangankan ujang bapak dan penduduk Kampung Cingur juga heran."

"Seukuran apa babinya yang dulu nyeruduk warga hingga tewas teh, Pak? Apa sama dengan yang kini dikejar-kejar warga?" Berikut lanjutannya;

"Entahlah," Tua Kampung gelengkan kepala.

"Leuh, naha? Memang babi hutannya ke mana? Tidak tertangkap?"

"Jangankan tertangkap, kelihatan juga tidak," jawab Tua Kampung.

"Ini lebih aneh lagi, Pak?"

"Gaib emang babinya, Pak?" Kemed penasaran.

Baca Juga: The Adventure of Kabayan: Baju Hikmat (32)

"Ya, bisa dibilang begitu?" Tua Kampung kembali menoleh ke arah hamparan sawah. "Wah, geus burit pisan yeuh. Kawasna moal tertangkap babi hutan teh,"

"Pak Apung, kayaknya sulit menangkap dikegelapan tanpa lampu senter mah?" Mang Karman menghampiri Tua Kampung.

"Mang, tidak gelap juga sulit," tambah Tua kampung. "Sekarang mah sebaiknya bubar saja!"

"Tidak akan diteruskan penangkapannya?"

"Kalau jejaknya ditemukan teruskan, tetapi kalau kehilangan jejak sudah saja akhiri. Namun penjagaan di pos ronda harus ditingkatkan," jelas Tua Kampung.

"Baiklah, Pak!" Mang Karman berteriak memberi tahu warga yang masih tersebar di pesawahan.

Baca Juga: The Adventure of Kabayan: Baju Hikmat (33)

Warga pun kembali naik ke jalan perkampungan, berkerumun dihadapan Tua Kampung.

Tua Kampung mengingatkan warga agar selalu siaga, mengingat kejadian tiga tahun lalu.

Wargapun membubarkan diri kecuali yang bertugas meronda, siap siaga. Tinggal Kabayan dan kedua temannya.

"Ujang bertiga mau ke mana ini teh?" tanya Tua Kampung.

"Saya mah mau mencari pacar," jawab Kabayan.

"Kenapa nyari pacar di sawah? Bukannya di lembur? Banyak gadis cantik yang masih lajang? Lamar langsung ke orang tuanya!" ujar Tua Kampung tersenyum.

"Bukan pacar itu maksud saya mah, Pak,"

"Daun pacar? Maksudnya?"

Baca Juga: The Adventure of Kabayan Baju Hikmat (34)

"Pacar saya,"

"Kenapa tidak bilang dari tadi, Jang? Memang pacar ujang ada di sawah?"

"Bukan, saya juga bingung, ke mana harus mencari?"

"O, begitu? Kalau begitu mah bapak juga tidak bisa membantu atuh. Ujang saja yang pacarnya sudah bingung apalagi bapak. Kenal juga tidak sama pacar ujang," Tua Kampung garuk-garuk kepala.

"Iyah, beuki bingung," timpal Kabayan.

"Dari pada bingung mah mending meuting heula di warung Mamang, Jang!" ajak Mang Karman.

"Kumaha, Bray?" Kemed seakan minta persetujuan teman-temannya.

"Meuting di warung, kamu seperti punya uang saja, Euy?" tatap Kabayan.


Bersambung.....***

Editor: Brilliant Awal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x