Network
GALAMEDIA - Dari Abu Hurairah r.a, dia mendengar Nabi Muhammad Saw bersabda; “Ada orang bani Israil : seorang kulitnya kusta, seorang lagi kepalanya botak, dan terakhir buta. Allah Swt ingin menguji mereka dengan mengirim malaikat. Malaikat mendatangi orang berpenyakit kusta.
Malaikat bertanya, ‘Apa yang paling engaku sukai?’ dia menjawab, Warna kulit yang indah dan sembuh dari penyakit yang membuat orang jijik kepada ku.’ Malaikat itu mengusap tubuhnya, seketika itu sembuhlah penyakitnya, dan dia diberi warna kulit yang bagus lagi indah.
Malaikat itu bertanya, ‘Harta apa yang paling engkau sukai?’ ‘Onta’ jawabnya. Malaikat memberikan seekor onta yang sedang hamil sambil mendoakan, ‘Semoga Allah memberkahinya untukmu.”
Baca Juga: Harga Emas Turun Naik dalam Setiap Harinya, Yuk Cari Tahu Penyebabnya
Kemudian malaikat medatangi orang yang botak, lalu bertanya, ‘Apa yang paling engkau sukai?’ Dia menjawab, ‘ rambut yang indah dan sembuh dari penyakit yang membuat orang jijik kepadaku.’ Setelah malaikat mengusap kepalanya, sembuhlah penyakitnya dan dia diberi rambut yang indah.
Malaikat bertanya, ‘harta apa yang paling engkau sukai?’ ‘Sapi’ jawabnya. Malaikat lalu memberinya seekor sapi yang sedang hamil, sambil mendoakannya ‘Semoga Allah memberkahinya untukmu.’
Baca Juga: Kartu Prakerja Gelombang 8 Diumumkan, Berikut 10 Pekerjaan yang Paling Banyak Dicari September Ini
Selanjutnya, malaikat mendatangi orang yang buta dan bertanya, ‘Apa yang paling engkau sukai?’ Dia menjawab, ‘Allah mengembalikan penglihatanku agar aku bisa melihat orang lain.’ Setelah matanya diusap oleh malaikat. Allah pun mengembalikan penglihatnnya.
Malaikat pun bertanya, ‘Apa harta yang engkau sukai? Dia menjawab ‘Kambing!’ malaikat memberinya seekor kambing yang sudah beranak. kemudian binatang yang diberikan tersebut beranak pinak hingga yang berpenyakit kusta mempunyai onta yang sangat banyak, orang botak memiliki sapi dalam jumlah yang banyak, dan orang yang tadinya buta juga memperoleh kambing yang berlimpah.
Baca Juga: Klinik Izzati Kota Cimahi Raih Gelar FKTP Terbaik Kedua se-Jawa Barat
Suatu hari malaikat ini mendatangi orang yang berpenyakit kusta, dengan cara yang sama seperti sebelumnya. Dia berkata, ‘Saya orang yang miskin yang sudah kehabisan bekal dalam perjalanan. Hari ini orang yang dapat aku andalkan selain Allah adalah engkau. Demi Tuhan yang telah memberimu warna kulit yang bagus dan harta, aku minta obatmu itu untuk memperlancar perjalananku. Orang itu berkata, ‘masih banyak hak-hak yang harus aku penuhi.’
Malaikat itu berkata padanya, ‘Aku seperti mengenalimu. Bukankah dulu engkau menderita kusta yang membuat jijik orang yang melihatnya?’ Bukankah dulu engkau miskin, lalu Allah mengaruniaimu harta?’ orang itu berkata, ‘Aku mewarisi harta ini turun – temurun.’ Malaikat berkata, ‘kalau kamu berdusta, semoga Allah menjadikanmu seperti sedia kala.’
Baca Juga: Hari Ini Penerima Kartu Prakerja Gelombang 8 Diumumkan, Tak Lolos-lolos Begini Cara mengurusnya
Malaikat itu kemudian mendatangi orang yang sebelumnya botak, dalam wujud seperti dulu. Dia mengatakan apa yang disampaikan pada orang yang terkena kusta, dan mendapatkan jawaban yang sama. Dia berkata, ‘Kalau kamu berdusta, semoga Allah menjadikanmu seperti sedia kala.’
Selanjutnya, malaikat ini menyambangi orang yang dulu buta dalam wujud dan dengan cara yang sama seperti dulu. Malaikat itu berkata, ‘Aku orang miskin yang kehabisan bekal dalam perjalanan. Hari ini yang dapat aku andalkan selain Allah hanyalah dirimu. Demi Tuhan yang telah mengembalikan penglihatanmu, aku meminta kambing untuk melanjutkan perjalannku.’
Baca Juga: Terserang Covid-19, Iis Sugianto Mengaku Terasa Ada Belerang di Lidahnya
Orang itu berkata. ‘dahulu aku buta lalu Allah memulihkan penglihatanku. Jadi ambillah apa yang engkau sukai. Demi Allah, pada hari ini aku akan tidak menyusahkanmu dengan sesuatu yang engkau ambil karena Allah.’ Malaikat itu lalu berkata, ‘Tahan saja hartamu. Engkau hanya diuji dan telah lulus, tidak seperti dua temanmu.’ (HR. Bukhari dan Muslim)
Sumber: “Riyadhus Shalihin/ Imam An-Nawawi/ hal; 58
