Lintang Kemukus Dipercaya Hadirnya Keris Condong Campur Sebagai Pertanda Bahaya, Begini Kata LAPAN

- 12 Oktober 2020, 09:23 WIB
Lintang Kemukus.
Lintang Kemukus. /Twitter @deningcarlo/



GALAMEDIA - Fenomena alam kerap dikait-kaitakan sebagai pertanda keberuntungan atau bahkan sebaliknya sebagai tanda marabahaya oleh masyarakat.

Salah satunya soal fenomena "lintang kemukus", selayaknya bintang jatuh yang tampak berwarna merah. Konon fenomena ini tampak di Tuban, Jawa Timur pada Sabtu 10 Oktober 2020 sekitar pukul 22.11 WIB.

"Mohon konfirmasinya, bagi yang tinggal di daerah Tuban. Ada penampakan seperti ekor lintang kemukus jam 22.11 wib," tulis @DeningCarlo selaku salah satu warganet yang memviralkan fenomena ini di media sosial. "Sumber : Info Pekalongan Raya (Facebook)."

Fenomena ini pun langsung heboh di jagat maya. Para netizen langsung membahas isu keberadaan lintang kemukus, ditambah dengan dari mana fenomena itu berasal menentukan makna di baliknya.

"Buat yang nggak tau, Lintang Kemukus itu bagi orang Jawa adalah tanda datangnya bencana, wabah, kekacauan, gitu-gituuu tp bener ga si," cuit @ro***la.

"Apabila ada komet muncul di utara, maknanya ada raja yang kalut pikiran lantaran kekeruhan di dalam pemerintahannya. Timbul perselisihan yang semakin berkembang menjadi peperangan. Beras dan padi mahal. Namun harga emas murah," kata @_x***ax.

Baca Juga: Tim Kampanye Donald Trump Tolak Dukungan Taliban, Mujahid Mengaku Pernyataannya Disalahartikan

Namun ada pula yang mengaitkan temuan lintang kemukus ini dengan prediksi tsunami 20 meter yang sempat menggegerkan Indonesia. Konon sepanjang pesisir selatan Jawa terancam sapuan gelombang besar tsunami.

Dalam kepercayaan adat Jawa, Lintang Kemukus merupakan sebuah keris sakti di masa Kerajaan Majapahit, yakni Keris Condong Campur. Setelah menelan kekalahan, ia bersumpah bahwa ia akan kembali setiap 500 tahun untuk membawa ontran-ontran (bahasa Jawa, yang berarti “kekacauan/bencana”) ke tanah Majapahit.

Setelah mengucapkan sumpahnya, Keris Kyai Condong Campur melesat ke angkasa, meninggalkan jejak cahaya terang. Inilah yang dikenal orang Jawa/Majapahit sebagai Lintang Kemukus, bintang berekor.

Baca Juga: Harapkan Donald Trump Menang di Pilpres AS, Taliban: Ia Jauh Lebih Jujur dari yang Kami Kira

Hal itulah yang menyebabkan masyarakat Jawa hingga saat ini masih percaya bahwa penampakan komet di langit adalah pertanda akan adanya bencana.

Kisah tersebut memang termasuk kategori legenda atau mitos. Namun entah hanya karena kebetulan atau memang ada kebenaran di dalam cerita tersebut, perpecahan di dalam kerajaan Majapahit tidak pernah terjembatani.

Perpecahan ini, tentunya dengan kontribusi berbagai faktor lain dalam kondisi politik dan kemasyarakatan kerajaan Majapahit dan kerajaan-kerajaan di sekitarnya pada masa itu, akhirnya menjadi sebab runtuhnya kerajaan Majapahit.

Baca Juga: Pendaftar Program Kartu Prakerja 2020 Mencapai 35,1 Juta Orang, Lolos Seleksi 5,59 Juta Peserta

Penjelasan LAPAN

Kendati demikian, peneliti dari Pusat Sains Antariksa (Pussainsa) Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) Emanuel Sungging Mumpuni punya pandangan berbeda.

Ia menyebut lintang kemukus yang membuat geger itu adalah jenis meteor yang agak besar.

"Itu fireball atau meteor yang agak besar," jelas Sungging, Ahad 11 Oktober 2020.

"Kebetulan memang dalam beberapa hari ini sedang musim hujan meteor."

Memang sejak Selasa 6 Oktober sampai Sabtu 10 Oktober kemarin terjadi hujan meteor Draconid.

Baca Juga: Sepekan Ini Jakarta Diramaikan Demo Tolak Omnibus Law Cipta Kerja, Aparat Keamanan Diperkuat

Dan karena masuk dalam kategori hujan meteor belaka, Sungging memastikan bahwa fenomena ini tidak berbahaya serta normal terjadi.

"Bisa jadi (hujan meteori Draconid)," tegas Sungging.

"Tidak berbahaya, normal terjadi," tandasnya.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x