Aprilia Manganang Bukan Transgender atau Interseks, Tapi Hipospadia, Apa Itu? Ini Penjelasannya  

10 Maret 2021, 08:15 WIB
Sersan Aprilia Santini Manganang. / /Instagram/@manganang92

GALAMEDIA – KSAD Jenderal TNI Andika Perkasa mengumumkan bahwa Sersan Aprilia Manganang telah berubah identitas dari wanita menjadi pria.

Tidak sedikit masyarakat yang merasa keheranan dengan perawakan Aprilia Manganang begitu kekar bagaikan seorang pria.

Jenderal Andika Perkasa pun menjelaskan bahwa Sersan Aprilia Manganang bukan sengaja melakukan operasi transgender atau interseks, namun menderita hipospadia.

“Manganang bukan seorang transgender, bukan pula interseks,” ucap Andika di Jakarta, 9 Maret 2021 saat konferensi pers.

Baca Juga: Paris Saint Germain vs Barcelona: Les Parisiens Waspadai Sejarah Comeback Barca

Belum banyak masyarakat yang mengetahui istilah hipospadia. Lalu apakah itu?

Dikutip dari laman resmi Centers for Disease Control and Prevention (CDC), menjelaskan seputar Hipospadia.

Hipospadia adalah cacat lahir pada anak laki-laki di mana pembukaan uretra (lubang kencing) tidak terletak di ujung penis.

Uretra pada bayi laki-laki terbentuk secara tidak normal selama minggu ke 8-14 kehamilan sang ibu.

Baca Juga: Amien Rais Sebut Neraka Jahanam di Depan Jokowi, Refly Harun: Masalah Ini Sangat Tergantung dengan Geng Solo

Pembukaan uretra yang abnormal bisa terletak di mana saja, dari tepat di bawah ujung penis hingga skrotum (buah zakar).

Hipospadia memiliki beberapa jenis berdasarkan perbedaan letak atau posisi uretra (lubang kencing), di antaranya:

1. Subkoronal: Pembukaan uretra terletak di suatu tempat di dekat kepala penis;

2. Poros tengah: Pembukaan uretra terletak di sepanjang batang penis;

Baca Juga: Mengukur Keefektifan Kehumasan

3. Penoscrotal: Pembukaan uretra terletak di tempat pertemuan penis dan skrotum.

Para peneliti di Amerika Serikat telah memperkirakan bahwa sekira 1 dari 200 kelahiran bayi laki-laki menderita hipospadia.

Namun penyebab utama terjadinya hipospadia hingga saat ini belum ditemukan oleh para peneliti.

Dalam kebanyakan kasus, hipospadia dianggap disebabkan oleh kombinasi gen dan faktor lain seperti berbagai hal bersentuhan dengan ibu sang bayi.

Baca Juga: Aprilia Manganang Berubah Menjadi Pria, KSAD: Dia Bukan Transgender atau Interseks  

Selain itu makanan atau minuman yang dikonsumsi ibu, obat-obatan tertentu yang digunakan sang ibu selama kehamilan.

CDC sendiri telah melaporkkan temuan penting soal beberapa faktor yang mempengaruhi bayi laki-laki terkena hipospadia.

Hal itu di antaranya, ibu yang berusia 35 tahun ke atas dan dianggap obesitas punya risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan hipospadia.

Kemudian, wanita yang menggunakan teknologi reproduksi berbantuan untuk membantu kehamilan punya risiko tinggi melahirkan bayi hipospadia.

Baca Juga: Lido Music & Arts Center Digadang jadi Pusat Seni Berskala Internasional di Indonesia

Lalu, ibu yang mengkonsumsi hormon tertentu sebelum atau selama hamil, termasuk punya risiko melahirkan bayi dengan hipospadia.***

 

 

Editor: Kiki Kurnia

Tags

Terkini

Terpopuler