Gelombang Tiga Covid-19 Diprediksi Serang DKI di Desember 2021, Anies: Sistem Deteksi Dini Diaktifkan Terus

22 September 2021, 21:51 WIB
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. /Instagram @aniesbaswedan

GALAMEDIA - DKI Jakarta mengantisipasi gelombang tiga Covid-19 yang diprediksi akan terjadi pada Desember 2021.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut Pemerintah Provinsi DKI Jakarta proaktif mendeteksi dini.

Menurut Anies, deteksi dini tersebut terkait dengan pengalaman Jakarta menghadapi gelombang pertama dan kedua Covid-19.

"Karenanya sistem deteksi dini itu diaktifkan terus sampai sekarang belum diturunkan," tutur Anies di Kawasan Monas Jakarta, Rabu, 22 September 2021.

Baca Juga: Kejati Jabar Selamatkan Rp 3,2 Triliun Terkait Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Kegiatan deteksi dini itu, tambah Anies, antara lain pengujian sampel yang tetap dengan standar tinggi, yakni 8,4 kali lipat lebih tinggi dari standar WHO, kemudian kegiatan pelacakan (tracing) yang juga tinggi.

"Jadi walaupun positivity rate kita telah di angka 0,7 kegiatan testing tidak direndahkan tetap tinggi, sehingga bisa mendeteksi bila terlihat kasus mulai menunjukkan tren peningkatan kita bisa langsung waspada," paparnya, dikutip dari Antara.

Kendati demikian, Anies meminta seluruh masyarakat untuk bersama-sama menjaga protokol kesehatan dan memastikan keluarga serta kolega untuk ikut vaksinasi.

"Karena kuncinya dari lingkungan sendiri," pungkasnya.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta 23 September 2021: Bukan Boim, Ternyata Jimmi yang Jadi Mata-mata Peneror

Sebelumnya, Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengingatkan pentingnya belajar dari pengalaman untuk mencegah potensi lonjakan ketiga di Indonesia.

"Indonesia saat ini telah mengalami dua kali lonjakan yang terjadi pada Januari dan Juli 2021," ungkap Wiku Adisasmito melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu, 22 September 2021.

Wiku mengatakan saat ini dunia tengah mengalami lonjakan ketiga sehingga perlu diwaspadai Indonesia dengan mempelajari pola kenaikan kasus di dalam negeri yang cenderung lebih lambat dari kenaikan kasus dunia.

Baca Juga: Dipuji Sri Mulyani, Gaya Hidup Bernilai Islam Disebut Ciptakan Peluang Pasar Baru

"Pada pola gelombang kedua di mana terdapat jeda tiga bulan, perlu kita antisipasi mengingat dalam tiga bulan ke depan ini kita akan memasuki periode libur Natal dan Tahun Baru 2022," jelasnya.

Wiku mengatakan lonjakan kasus di Indonesia pada Juli 2021 lebih disebabkan faktor internal dan bukan karena naiknya kasus global ataupun datang dari negara-negara lain.

Beberapa faktor internal penyebab kenaikan kasus dan penyebaran virus adalah meningkatnya mobilitas dalam negeri, dan aktivitas sosial masyarakat yang terjadi bersamaan dengan periode mudik Idul Fitri dan sikap abai masyarakat terhadap protokol kesehatan.***

Editor: Lucky M. Lukman

Tags

Terkini

Terpopuler