Langkah Mitigasi Pemerintah agar Gelombang Omicron Tak Menjulang Tinggi

18 Januari 2022, 22:01 WIB
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan //Dok. Sekretariat Kabinet RI/ /

GALAMEDIA - Dalam laman resmi indonesia.go.id, diinformasikan mengenai gelombang baru Covid-19 sudah terlihat di depan mata dan  sedang  merayap naik. Pemerintah meyakini, varian Omicron adalah penggeraknya.

Kasus Omicron sudah mulai bergerak di atas angka 1.000 dan sebagian besar terjadi di wilayah DKI Jakarta.

Dengan catatan bahwa angka transmisi lokal  sudah melampaui kasus impor (imported case) yang terbawa para pelaku perjalanan luar negeri (PPLN).

Baca Juga: Resep Manggo Sticky Rice Ala Thailand Mudah Dibuat

‘’Ini alarm bagi kita semua, agar kita kembali awas dalam menghadapi varian baru Covid-19,’’ ujar  Menko Luhut Binsar Pandjaitan, dalam keterangan pers usai mengikuti rapat terbatas tentang Covid-19 secara online, dan dipimpin langsung Presiden Joko Widodo, Minggu, 16 Januari 2022.

Ia menyatakan, kasus harian itu akan terus meningkat sampai ke puncaknya, yang diperkirakan akan tiba di antara pertengahan Februari hingga awal Maret 2022.

Langkah-langkah mitigasi akan disiapkan untuk menahan agar puncak gelombang ke-3 Covid-19 di Indonesia tidak harus menjulang terlalu tinggi.

Baca Juga: Siapa Kajati yang Diminta Arteria Dahlan Agar Dicopot Gara-gara Pakai Bahasa Sunda Saat Rapat?

Penegakan protokol kesehatan, tutur Menko Luhut,  akan digalakkan lagi di tengah masyarakat. Akselerasi vaksinasi akan dilanjutkan, termasuk booster untuk kelompok rentan.

‘’Tapi, pembatasan mobilitas akan menjadi opsi terakhir,’’ ujarnya.

Bukti-bukti di lapangan terlihat nyata. Klaster Omicron muncul di RW 2 Krukut, Tamansari, Jakarta Barat.

Sampai Sabtu, 15 Januari 2022, ada 67 orang dari klaster tersebut yang telah terkonfirmasi positif  Covid-19, yang  diduga kuat dari varian Omicron.

Baca Juga: Sosok yang Dimaksud Arteria Dahlan adalah Kajati Jabar Asep N Mulyana yang Tuntut Mati Herry Wirawan?

Mereka diperkirakan tertular dari orang yang pertama teridentifikasi positif Omicron pada 10 Januari 2022. Yang bersangkutan itu diduga telah tertular sejak akhir Desember 2021.

Penularan lokal tak terhindarkan hingga mencapai 67 orang dan masih mungkin terus bertambah.

Sebanyak 52 orang telah diisolasi dan dirawat di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet di Kemayoran, Jakarta Pusat, dan selebihnya menjalani isolasi mandiri.

Baca Juga: Fauzan Syam, 'Korwil SEMMI Jabar Istoqomah Bantu Pemerintah dalam Percepatan Vaksinasi di Jawa Barat'

Untuk membatasi penyebarannya, ada 14  RT di Krukut yang menjalani penguncian wilayah berskala mikro (micro lockdown).

Warga diminta untuk tinggal di rumah masing-masing. Akses keluar masuk wilayah Krukut ditutup.

Menko Luhut Pandjaitan mengakui, meski sebagian besar masih berkutat di Jakarta, bibit Omicron diketahui telah pula menyebar ke Tangerang Selatan, Bogor, Bandung, Madiun, Malang, Surabaya, dan di luar Jawa ada di Medan.

Kasus positif aktif Covid-19 sendiri secara nasional terus meningkat, dari 4.399 kasus pada 1 Januari menjadi 8.463 kasus pada 15 Januari 2022. Naik 92 persen.

Baca Juga: 10 Ruang Kelas SMPN 1 Cabangbungin Rusak Parah, PSI Desak Perbaikan Segera

Kasus aktif terbesar ada di DKI Jakarta, hal yang tak terelakkan karena dikontribusikan kasus impor dari PPLN yang dikarantina dan dirawat di Jakarta.

Kontribusi daerah luar Jawa-Bali terhadap kasus positif aktif  nasional saat ini sekitar 23 persen.

Tak diketahui secara persis porsi kasus Omicron dari 8.463 kasus positif aktif yang ada, karena tidak semua kasus dilakukan pemeriksaan genomiknya.

Namun, dalam kesempatan konferensi pers usai rapat terbatas kabinet pada Minggu itu, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa kasus Omicron di Indonesia yang terpantau lebih dari 500 kasus, dan 300-an sudah sembuh.

Baca Juga: Benarkah Vape Lebih Aman dari Rokok Tembakau? Simak Penjelasan dr. Nadia Alaydrus

Tidak ada laporan kasus kematian dari Omicron di Indonesia sejauh ini.

Dari semua pasien Omicron itu hanya tiga orang yang dalam perawatannya memerlukan bantuan oksigen.

“Itu pun bantuan oksigen biasa, bukan ventilator. Jadi, gejalanya cukup ringan. Dua orang dari tiga pasien itu pun sudah sembuh dan pulang ke rumahnya,’’ kata Menkes.

Lebih jauh, catatan Menkes menyebutkan bahwa 90 persen dari kasus transmisi lokal Omicron itu terjadi di Jakarta, dan kini merembes ke Jabodetabek.

Baca Juga: Ridwan Kamil Tuntut Arteria Dahlan Minta Maaf pada Masyarakat Sunda: Mari Jaga Persatuan!

“Jadi, medan perang pertama kita melawan Omicron ada di DKI Jakarta dan Jabodetabek,” kata Menkes.

Penularan akan terus berlanjut, “Jadi, mohon masyarakat tak perlu panik bila nanti angka kenaikan kasusnya akan cepat dan tinggi, yang penting terus waspada,” ujarnya.

Mengacu peristiwa amukan Omicron di luar negeri, Menkes menyatakan bahwa masa ledakan virus varian baru itu antara 35-65 hari.

Bila dihitung dari pertama kalinya muncul bisa 65 hari, dan 35 hari bila bertolak dari bermulanya lonjakan kasus harian.

Baca Juga: Arteria Dahlan Mungkin Lupa, Tanah Sunda Punya Sejarah Bagi Bung Karno dan Marhaenisme

Dalam catatan Menkes, Omicron kali pertama diidentifikasi 15 Desember 2021 dan mulai mewabah pada awal Januari 2022.

Di Inggris lonjakan kasus Omicron tercatat amat spektakuler. Pada puncaknya di awal Januari 2022, kasus hariannya mencapai 190–218 ribu kasus.

Angka itu 4–5 kali lipat dibanding masa lonjakan varian Delta yang mencatat kasus harian  45-48 ribu pada Oktober 2021.

Jika dibandingkan dengan penyandang varian Delta, risiko rawat inap  (hospitalisasi) kasus Omicron jauh lebih rendah, hanya 30--40 persennya.

Baca Juga: Soal Ibu Kota Negara Baru, Rocky Gerung: Ambisi Jokowi dan Prediksi Bakal Mangkrak

Namun, Menko Luhut Panjaitan mewanti-wanti jangan menyepelekan gejala ringan dari Omicron.

Dengan laju penularan yang cepat dan kasus harian yang tinggi, tak urung pasien rawat inap karena Omicron pun menjadi lebih besar dari Delta dan secara absolut angka kematiannya pun lebih tinggi, seperti terjadi di Inggris dan Prancis.

Pada puncak ledakan Delta (Oktober 2021), rata-rata kematian di Inggris 120 orang per hari, pada puncak gelombang Omicron awal Januari 2022 menjadi 260 orang.

Di Prancis, situasinya serupa. Dengan kasus harian yang 20 kali lebih besar dari Delta, saat ini Omicron merenggut 210 jiwa per hari.

Baca Juga: Lagu Teman Hidup Judika Terinspirasi dari Ria Ricis, Berikut Liriknya

Angka tersebut tiga kali lipat dari jumlah kematian harian akibat Delta pada Oktober 2021.

Maka, kalaupun gelombang Omicron ini tak terhindarkan, pemerintah berusaha agar ledakannya tak terlalu tinggi.

Menkes Budi Gunadi Sadikin bergegas menggandeng TNI-Polri untuk percepatan tracing dan testing, dengan target menemukan pasien Covid-19 varian Omicron sedini mungkin agar  lebih cepat dikarantina dan diobati.

Cakupan surveilans untuk tracing dan testing bakal terus diperkuat.

Baca Juga: Arteria Dahlan Lukai Orang Sunda, Ustaz Hilmi Ingatkan Agar Segera Minta Maaf Karena Terancam Pemboikotan

Pemerintah, tutur Budi Gunadi, sudah menyiapkan obat-obatan oral antiviral, termasuk yang paling mutakhir ialah molnupiravir dan paxlovid.

Selebihnya adalah penegakan protokol kesehatan, yakni memakai masker, mencuci tangan, serta tidak berkerumun.

“Tunda dulu perjalanan ke luar negeri atau keluar kota,” kata Budi Gunadi.

Baca Juga: Persib Tempel Arema FC di Puncak Klasemen Usai Menang 1-0 Atas Borneo FC Lewat Gol Mohammed Rashid

Lonjakan Omicron sedang berjalan, akan menanjak cepat, besar dan kemungkinan akan cepat pula berlalu. Tak perlu menantang gelombang untuk alasan yang tak terlalu penting.***

Editor: Dicky Mawardi

Tags

Terkini

Terpopuler