88 Staf PBB dan 175 Personel Medis Tewas Oleh Serangan Bombardir Israel Sejak Perang dimulai pada 7 Oktober

6 November 2023, 14:42 WIB
Warga Palestina menarik ambulans setelah konvoi ambulans dihantam Bom Israel, di pintu masuk rumah sakit Al-Shifa di Jalur Gaza Palestina. /REUTERS/Anas al-Shareef/


GALAMEDIANEWS - Konflik berkelanjutan antara Israel dan Hamas Palestina di Jalur Gaza telah mencapai angka tertinggi, dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan jumlah korban tewas tertinggi di antara anggota stafnya dalam satu konflik tunggal.

PBB, bersama dengan beberapa organisasi kemanusiaan non-PBB, telah mengeluarkan pernyataan bersama yang langka, menyatakan rasa terkejut dan teror atas jumlah kematian yang terus meningkat akibat konflik ini.

Dalam artikel ini, kami akan mengupas detail dari situasi yang menghancurkan ini dan kebutuhan mendesak akan gencatan senjata. Kami juga akan menjelajahi dampaknya terhadap personil medis dan sistem perawatan kesehatan di Gaza serta himbauan komunitas internasional untuk menghentikan kekerasan.

Angka Kematian Staf PBB Hampir Capai Ratusan

PBB mengungkapkan bahwa, sejak 7 Oktober, 88 anggota staf Badan Bantuan dan Pekerjaan UN (UNRWA) telah tewas di Gaza. Angka yang mengkhawatirkan ini menandai jumlah korban tertinggi yang pernah tercatat bagi personil PBB dalam satu konflik. Para pekerja PBB ini adalah di antara sejumlah pekerja bantuan yang telah kehilangan nyawa mereka dalam kekerasan yang berlangsung.

Baca Juga: Klarifikasi PBB Soal Biskuit Bantuan Kemanusian di Jalur Gaza yang Hampir Capai Tanggal Kadaluarsa

Dampak Kehancuran Rumah Sakit dan Kematian Ratusan Staf Medis

Menteri Kesehatan Palestina, Mai al-Kaila, melaporkan bahwa dalam 31 hari sejak konflik dimulai, total 175 personel medis dan 34 pekerja pertahanan sipil telah kehilangan nyawa di Jalur Gaza. Sistem perawatan kesehatan di wilayah ini telah terkena dampak berat, dengan 16 dari 36 rumah sakit dan 51 dari 72 klinik tidak lagi beroperasi karena serangan udara Israel atau kekurangan bahan bakar dan obat-obatan. Sayangnya, fasilitas medis dan ambulans juga menjadi sasaran serangan udara Israel, mengakibatkan kematian pasien dan pekerja medis.

Himbauan Internasional untuk Gencatan Senjata

Para pimpinan 12 lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa dan enam organisasi nirlaba, termasuk UNICEF, UN Women, Program Pangan Dunia, Organisasi Kesehatan Dunia, dan Save the Children, telah mendesak gencatan senjata segera. Mereka menyatakan rasa terkejut dan teror mereka atas meningkatnya jumlah kematian dalam konflik ini dan menekankan kebutuhan mendesak akan gencatan senjata kemanusiaan segera.

Pimpinan PBB dan LSM (NGO) menekankan bahwa sudah 30 hari terjadi pertempuran intens, dan "cukup sudah". Mereka mendesak semua pihak yang terlibat untuk menghormati kewajiban mereka sesuai hukum internasional kemanusiaan dan hak asasi manusia, termasuk melindungi infrastruktur sipil, seperti rumah sakit dan sekolah, serta memungkinkan bantuan penting masuk ke Gaza. Komunitas internasional menganggapnya "tidak dapat diterima" bahwa penduduk Gaza dihalangi akses ke barang-barang dan layanan penting sambil menghadapi kekerasan di rumah mereka, tempat perlindungan, rumah sakit, dan tempat ibadah.

Baca Juga: Israel Bom Sekolah yang dikelola PBB Tewaskan Lebih dari 20 Jiwa dengan Anggota Tubuh Termutilasi

Angka kematian dari Pembantaian yang belum pernah terjadi sebelumnya

Konflik ini telah menimbulkan dampak yang sangat parah, baik bagi warga Israel maupun warga Palestina. Menurut otoritas di Gaza, setidaknya 9.770 warga Palestina, sebagian besar adalah warga sipil, telah kehilangan nyawa mereka akibat pemboman Israel di wilayah tersebut. Sebagai tanggapan, otoritas Israel melaporkan lebih dari 1.400 orang, sebagian besar warga sipil, tewas dalam serangan Hamas di selatan Israel sejak 7 Oktober.

Situasi ini telah menimbulkan rasa putus asa dan kekhawatiran yang berkembang di seluruh dunia, dengan para pemimpin PBB menggambarkan kehilangan nyawa dan pembantaian yang berlangsung sebagai sesuatu yang mengerikan."***

Editor: Dicky Aditya

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler