Soal Kajian Ada Potensi Tsunami 20 Meter, BMKG: Masyarakat Tidak Perlu Baper

7 Oktober 2020, 21:16 WIB
Ilustrasi Mega-Tsunami. /

GALAMEDIA - Guru Besar Seismologi Intitut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Sri Widiyantoro beberapa waktu lalu menyatakan Pulau Jawa berpotensi dilanda tsunami 20 meter di pantai selatan Jawa Barat dan 12 meter di selatan Jawa Timur.

Kajian ini pun membuat heboh cukup banyak masyarakat, terutama sejumlah orang yang tinggal di daerah rawan tsunami.

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Dr. Daryono, mengimbau agar masyarakat tak perlu panik dalam menghadapi prediksi tersebut.

Baca Juga: Terulang 15 Tahun Mendatang, Planet Mars Malam Ini Sangat Dekat dengan Bumi

Pernyataan itu diungkap dalam akun Youtube DMII Official yang diunggah pada Selasa 6 Oktober 2020.

"Informasi dari kajian ITB itu tentu harus kita respon, bijak dalam merespon sebagai sebuah tantangan untuk melakukan upaya mitigasi, untuk menyiapkan jika potensi itu benar terjadi," ujarnya.

Ia menambahkan, kajian dari Prof. Sri Widiyantoro perlu disambut dengan upaya mitigasi yang tepat.

Baca Juga: Soal Vaksin Covid-19, Pernyataan Bill Gates Bertolak Belakang dengan Realitas yang Berkembang

"Masyarakat tidak perlu baper (bawa perasaan, red), tidak perlu cemas, panik, kaget tetapi ayo kita sambut kajian temen-temen ini bagaimana cara menyikapinya ke depan," tambahnya.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pun menyediakan sederet upaya dalam menyediakan informasi gempabumi dan peringatan dini tsunami.

"Jadi ya respon mitigasi itu sebenarnya ya harus kita sambut bukan kaget dan panik. Sekarang BMKG sudah maju di tim monitoring cepat diamati, diproses, berpotensi gempa atau tidak," ujar Daryono.

Baca Juga: Indonesia Gandeng Negara Tetangga, Latihan Bersama Hadapi Gempa 9 Magnitudo dan Tsunami

Bahkan dalam waktu lima menit, BMKG mampu menggambarkan modeling gempa yang dapat berpotensi tsunami di laut selatan pulau jawa.

"Kita mampu lima menit menggambarkan modeling gempa tsunami dari gempa besar yang dianalisis dengan sistem processing," tambah Daryono.

Daryono mengatakan, BMKG juga menyiapkan sistem peringatan dini tsunami yang berbasis dampak.

Baca Juga: Jokowi Tidak Suka Relawannya Laporkan Najwa Shihab ke Polisi?

"Kini BMKG udah melangkah lebih maju akan memberikan informasi landaan tsunami. Jadi kecamatan mana yang akan terlanda itu akan ada infonya semua karena kita akan membangun model database seperti ini," ujarnya sepeti dilansirkan Pikiran-Rakyat.com berjudul "Saran BMKG Soal Potensi Tsunami Selatan Jawa: Panjat Pohon, Hutan Pantai, hingga Dengar Sirine"

Sebagai bagian dari upaya mitigasi, BMKG telah menyediakan multi moda diseminasi atau sistem yang dapat memberikan informasi secara otomatis kepada masyarakat.

Beberapa di antaranya yakni SMS registrasi nomor ponsel, WRS (Warning receiver system), WhatsApps, Telegram, social media, televisi, radio, dan website.

Baca Juga: Segera Tayang! Ini Link Live Streaming Mata Najwa: Mereka-reka Cipta Kerja

Adapula sirine tsunami di 13 lokasi selatan Jawa yang sebelumnya telah disediakan jika kajian ITB tersebut terbukti benar.

Namun Daryono mengingatkan agar pemerintah daerah turut mengembangkan dana untuk menambah sirine tsunami sebagai perluasan dari sirine utama BMKG tersebut.

Ia pun menegaskan bahwa sirine bukan sebuah peringatan dini adanya tsunami namun perintah untuk segera melakukan evakuasi.

Baca Juga: Selundupkan Sabu 12 kg, Polisi Tembak Mati Anggota Sindikat Narkoba Jaringan Internasional

"Sirine itu sebenarnya bukan peringatan dini tapi perintah untuk evakuasi," ujarnya.

Merawat hutan pantai agar pohon-pohonnya mampu tumbuh tinggi pun dapat melindungi bangunan dari terpaan tsunami.

"Ini adalah kawasan rawan tsunami pada saat itu, sehingga rumah yang di belakangnya tidak ada pohon tinggal pondasinya saja," tambahnya.

Baca Juga: Tahun Depan Tak Ada Kenaikan Upah Minimum, Menaker Ida Fauziyah Ungkap Alasannya

Meski BMKG telah menyediakan berbagai langkah, cara selamat saat tsunami sudah dekat pun cukup penting diperhatikan oleh diri sendiri.

Cara selamat tersebut yakni memanjat tower atau menara air, memanjat rumah, dan memanjat pohon.

"Bisa selamat hanya karena dia memahami cara selamat saat itu kala tsunami sudah dekat. Ini adalah sebuah keterampilan yang harus dilatih," ujarnya.*** (Farida Al-Qodariah/pikiran-rakyat.com)

 

Editor: Dadang Setiawan

Tags

Terkini

Terpopuler