Kebanjiran Orderan Saat Pandemi Covid-19, Perajin Batik Tetap Lasakanakan Prokol Kesehatan Ketat

26 Oktober 2020, 10:22 WIB
PEKERJA menyelesaikan pembuatan masker kain dengan motif batik di Rumah Batik Komar, Jln. Cigadung, Kota Bandung, Selasa (21/4/2020). Sejak pandemi Covid-19 banyak permintaan masker kain batik dari konsumen, masker kain batik tersebut dihargai Rp. 100 ribu dengan isi 5 pcs masker batik dan 20 ribu untuk didonasikan buat terdampak Covid-19. /Darma Legi/


GALAMEDIA - Baru-baru ini, masyarakat Indonesia disarankan menggunakan masker kain sesuai standar. Pasalnya, masker yang standar akan efektif mencegah penularan covid-19 melalui udara. Sebaliknya, penggunaan masker tidak standar, sepeti masker scuba dan buff terasa percuma dan bisa terinfeksi virus SARS-CoV-2.

Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito menyatakan, masker yang baik dan aman dari covid-19 adalah masker bedah. Namun, masker bedah biasanya digunakan untuk orang sakit atau sudah terpapar covid-19. Bagi orang sehat, dianjurkan memakai masker berbahan kain.

Masker kain yang bagus adalah berbahan katun dan berlapis tiga. Karena kemampuan menyaring partikel virus akan lebih baik dengan jumlah lapisan yang lebih banyak.

Baca Juga: #FakeMelania Trending, Gara-gara Senyum Melania Ini Trump Kembali Dituding Gunakan First Lady Palsu

Untuk masker jenis scuba atau buff sangat tidak disarankan, karena hanya memiliki satu lapisan yang tipis. Kemungkinan untuk tembus atau tidak bisa menyaring virus akan lebih besar. Selain itu, masker jenis scuba dan buff sangat mudah ditarik ke dagu.

Bahkan beberapa waktu lalu, World Health Organization (WHO) melalui Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam pidatonya tanggal 5 Juni 2020 menyebutkan, penggunaan masker kain yang kini wajib terdiri dari tiga lapis.

Menanggapi hal ini, para perajin batik di Tanah Air termasuk salah satunya di Kota Bandung telah memproduksi masker kain motif batik dengan tiga lapis. Kain batik yang berbahan katun ini ternyata lebih ringan dan efektif dalam menyaring apertikel virus.

Baca Juga: Uu Ruzhanul Ulum Serap Aspirasi Kades di Saba Desa

Seperti dikatakan salah seorang perajin batik dengan produk batik Komar. Sang pemilik, Komarudin Kudya menyebut, saat ini sudah dihasilkan ratusan ribu batik motif batik dari perajin batik dibawah Asosasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI).

Penggunaan masker berbahan baku kain katun dimasa Pandemi Covid-19, menurut Komarudin, sangat nyaman dan tidak merusak kulit jika dibandingkan dengan masker scuba dan buff.

"Kita sudah melakukan testimoni dan penelitian, ternyata masyarakat merasa nyaman jika menggunakan masker kain katun (batik), jika dibanding dengan masker scuba dan buff. Mereka tidak merasa kegerahan dan tidak merasa khwatir terpapar virus Covid-19 jika menggunakan masker kain katun," ujar Komarudin di Bandung, Senin 24 Oktober 2020.

Baca Juga: Heboh di Medsos, Habib Rizieq Shihab Nyatakan Diri Bakal Segera Pulang ke Tanah Air

Menurut Komarudin, saat ini sudah ratusan ribu bahkan jutaan masker kain batik (motif) batik yang diproduksi oleh para perajin dan pengusaha batik di seluruh Indonesia. Tentunya ini menjadi momentum meningkatkan perekonomian para perajin batik yang sempat terpuruk akibat dampak Covid-19.

Bahkan baru-baru ini, Yayasan Batik Indonesia (YBI) telah memborong ratusan ribu masker batik untuk dibagikan kepada masyarakat dan petugas. Boleh dikata, (positifnya) para pengrajin maupun UMKM batik kebanjiran orderan masker batik akibat dampak Pandemi Covid-19. Namun dalam pembuatannya, para perajin tetap melaksanakan protokol kesehatan dengan ketat.

"Saat banyak perajin dan penjual yang memasarkan masker batiknya baik secara langsung maupun online karena banyaknya permintaan. Apalagi, masker saat ini sudah menjadi asesoris fashion yang wajib dikenakan," katanya.

Baca Juga: Hati-hati, Pengendara Roda 2 Atau Lebih Jika Tidak Mengenakan Masker pasti Kena Operasi Zebra. Mau?

"Tentunya dengan masker batik atau motif batik, para penggunakan bisa memadupadankan dengan pakaian yang dikenakan. Masker batik bisa bisa cocok dengan pakaian apa saja," tambahnya.

Selain masker batik, para perajin batik di Kota Bandung dibawah korodinasi Batik Komar, juga memproduksi sajah batik. Kelebihan dari sajadah batik ini, selain ringan dan mudah dibawa kemana saja, saat dicuci pun bahanya cepat kering. "Cukup disiram pakai air menggunakan sabun, terus dijemur sebentar, cepat kering," katanya.

Sajadah batik ini motifnya sangat sederhana, cukup geometri ada penanda tempat sujud atau arah kiblat dengan ukuran panjang 120 cm dan lebar 75 serta dilapisi kain puring. Sajadah ini dibuat terinspirasi, karena sajadah yang ada saat ini ukurannya agak lebar dan berbahan wool serta kaper sehingga agak berat dibawa kemana saja.

Baca Juga: Tindakan China Jadi Perhatian Serius, Jepang dan Australia Genjot Kerjasama Pertahanan

"Idenya, ingin memberi kemudahan pada jamaah. Bahwa sajadah ini ringan dan enak gunakan saat shalat itu saja. Serta mudah dalam pemeliharaannya," tambahnya.

Berkaitan era new normal atau adaptasi kebiasan baru (AKB), Batik Komar pun menerapkan protokol kesehatan ketat di showroom maupun di lingkungan kerja serta para UMKM dan perajin dibawah binaannya. Setiap tempat harus ada tempat mencuci tangan dilengkapi sabun atau hand sanitizer.

"Kalau pun ada kunjungan dibatasi maksimal 50% dari kapasitas, selalu diiingatkan jagat jarak maupun mengenakan masker dan mencuci tangan. Semua ini sudah kami lakukan, sejak awal Juli lalu hingga sekarang," katanya.

Baca Juga: 5 Destinasi Liburan Tahun Baru di Indonesia, Berikut Tips dan Promo Akhir Tahun dari Traveloka

Komarudin pun berharap, pandemi Covid-19 ini segera berakhir, sehingga sendi-sendi kehidupan dan perekonomian bisa kembnali normal. "Semuanya itu bisa terwujud apabila kita dan masyarakat disiplin melaksanakan protokol kesehatan dengan 3 M, mengenakan masker, mencuci tangan dengan sabun min 20 detik dengan air mengalir, dan selalu menjaga jarak. Jika kita disiplin protokol kesehatan, kita akan segera terbebas dari covid-19," pungkasnya.

Editor: Kiki Kurnia

Tags

Terkini

Terpopuler