Tsunami di Indonesia Ternyata Lebih Cepat Sampai ke Daratan, Ini yang Harus Dilakukan Masyarakat

- 26 Desember 2020, 19:00 WIB
Ilustrasi Gempa Bumi 9.0 SR dan Tsunami di Aceh/Pixabay
Ilustrasi Gempa Bumi 9.0 SR dan Tsunami di Aceh/Pixabay /

GALAMEDIA - Masyakarat harus mandiri melakukan mitigasi bencana. Alasannya tsunami di Indonesia lebih cepat ke daratan.

Pentingnya mitigasi mandiri dan tidak hanya mengandalkan Indonesia Early Warning System (InaTEWS) dijelaskan Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Eko Yulianto dalam webinar yang diadakan Dongeng Geologi diakses dari Jakarta, Sabtu, 25 Desember 2020.

"Dari pelajaran gempa dan tsunami di Indonesia, maka tsunami bisa sampai ke daratan sebelum Indonesia InaTEWS itu sampai ke masyarakat. Maka harus mandiri mitigasi.

Baca Juga: Gangguan Mental yang Sering Muncul pada Anak, Ini Jenis dan Cara Mencegahnya, Jangan Sepelakan

Kenapa? karena waktu datang tsunami setelah gempa itu sangat pendek jadi tidak bisa andalkan InaTEWS saja," kata Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Eko Yulianto.

Dituturkannya, dempa Padang tahun 2010 membuat aliran listrik padam dan sistem "backup" belum terlalu baik sehingga tidak mendukung sistem kerja peringatan dini. Pada menit ke-4 parameter gempa sudah dapat diumumkan namun tidak ada pernyataan tsunami.

Lalu pada menit ke-10 genset dapat dihidupkan sehingga aliran listrik kembali, dan di menit yang sama ia menyebut TVOne sudah menyiarkan peringatan dini gempa secara nasional tapi tetap tidak ada pemberitahuan soal tsunami.

Baca Juga: Jeruk Bagus untuk Penderita Diabetes atau Pencegahan? Ini Menurut Peneliti

Pada menit ke-25 sampai 30, menurut Eko, Wali Kota Padang juga hanya menyampaikan kejadian gempa saja, padahal masyarakat di Pagai Selatan sedang berjuang karena tsunami melanda di sana.

"Sampai sekarang pun InaTews kita belum ada basis tsunami, hanya gempa saja. Parameter gempa yang jadi penanda.

Maka pada kondisi demikian, karena selisih waktu gempa dan tsunami di Indonesia pendek, masyarakat perlu ada kemampuan melengkapi dirinya untuk menyelamatkan diri berbasis guncangan gempa," ujar Eko seperti dilansirkan Antara.

Baca Juga: Sinyal Radio Peradaban Alien Terdeteksi para Astronom, Ini Posisinya

Selain itu, tidak pernah diketahui apakah gempa bisa merusak fasilitas peringatan dini atau tidak. Karenanya evakuasi mandiri harus menjadi ketrampilan wajib untuk semua masyarakat Indonesia, termasuk mereka yang tidak hidup di pesisir pantai.

Eko juga meminta masyarakat berhati-hati dengan tsunami earthquake atau silent earthquake yang dipicu oleh gempa dengan frekuensi rendah sehingga guncangan lebih lemah daripada gempa pada umumnya, namun menyebabkan tsunami.

Karenanya, ia mengatakan, masyarakat harus menguasai strategi evakuasi menghadapi tsunami, dengan mengabaikan harta dan mementingkan menyelamatkan diri terlebih dulu, berlari tanpa kendaraan karena ditakutkan memicu kemacetan, perlu waspadai sungai dan jembatan saat evakuasi karena itu dapat menjadi "jalan tol" air saat tsunami.

Baca Juga: Kok Bisa? Mi Instan dari Indonesia Sebabkan Tingkat Kehamilan di Ghana Meningkat

Selanjutnya, Eko mengatakan masyarakat juga perlu memperhatikan lokasi tinggi untuk evakuasi, mulai dari pohon, bangunan tinggi dan bukit. Lalu gunakan benda terapung saat tsunami sebagai pelampung.

Jika saat tsunami sedang berada di laut segera melaju ke arah laut karena gelombangnya akan lebih rendah dibanding di pesisir. Eko juga mengingatkan bahwa selalu ada lebih dari satu gelombang, karenanya masyarakat harus tetap waspada setelah gelombang pertama datang. ***

 

Editor: Dadang Setiawan

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x