Puluhan Anak Penyandang Tuna Netra di LSM Titipan Anak Bangsa Butuh Perhatian

- 3 Februari 2021, 20:49 WIB
Sejumlah anak di Panti Asuhan Tuna Netra dibawah naungan LSM Titipan Anak Bangsa yang lokasinya berada di Kompleks SLBN A Citeureup Jalan Sukarasa, Kota Cimahi sedang membuat keset dari kain perca untuk mengisi waktu senggang di tengah wabah Covid-19./Laksmi Sri Sundari/Galamedia
Sejumlah anak di Panti Asuhan Tuna Netra dibawah naungan LSM Titipan Anak Bangsa yang lokasinya berada di Kompleks SLBN A Citeureup Jalan Sukarasa, Kota Cimahi sedang membuat keset dari kain perca untuk mengisi waktu senggang di tengah wabah Covid-19./Laksmi Sri Sundari/Galamedia /

"Dulu kita bisa jemput bola seperti undangan syukuran dari donatur untuk anak-anak di luar," kata Ketua LSM Titipan Anak Bangsa Yulianti Rahayu Rivai saat ditemui di lokasi, Rabu 3 Februari 2021.

"Sekarang hanya menunggu kedatangan donatur, tidak jarang juga mereka mengirim bantuan pakai jasa ojek online. Donasi juga jumlahnya menurun. Kita mengerti kondisi sekarang, banyak orang juga terdampak ekonominya," lanjutnya.

Di tengah keterbatasan, pandemi membuat biaya operasional justru membengkak.

Selain harus memperhatikan asupan gizi anak-anak, pengelola juga harus menyiapkan dana ekstra untuk menyediakan obat-obatan hingga suplemen.

Juga muncul biaya lain untuk berbagai kegiatan yang dilakukan di asrama.

Baca Juga: Ji Sung, Kim MinJung, Jinyoung GOT7, dan Park Gyu Young Dipastikan Mengisi Peran di 'Devil Judge'

"Memang kebutuhan membengkak, kualitas gizi anak-anak kita perhatikan, termasuk pemberian vitamin dan suplemen untuk daya tahan tubuh harus tersedia. Belum lagi obat-obatan, cuaca sekarang dingin muncul keluhan sakit. Kegiatan juga difokuskan di internal, otomatis butuh biaya," jelasnya.

Pihaknya pernah mendapat bantuan berupa sembako dari Balai Literasi Braille Indonesia (BLBI) Abiyoso milik Kementrian Sosial.

"Selama pandemi bantuan dari pemerintah hanya itu saja, kalau bantuan sosial lainnya belum ada," tuturnya.

Tidak hanya itu, pandemi Covid-19 juga membuat ruang gerak anak-anak difabel makin terbatas. "Nyaris tidak pernah keluar asrama kecuali mendesak," ujar Yulianti.

Halaman:

Editor: Lucky M. Lukman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x