Terungkap, Ini Penyebab Gerakan Tanah di Kampung Cikidul Kutawaringin

- 21 Februari 2021, 21:52 WIB
Rumah warga di Kampung Cikidul  Desa Buninagara Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat, Minggu 21 Februari 2021.
Rumah warga di Kampung Cikidul Desa Buninagara Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat, Minggu 21 Februari 2021. /

 

GALAMEDIA - Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Drs. H. Akhmad Djohara, M.Si., menuturkan ada sejumlah faktor penyebab terjadinya gerakan tanah di Kampung Cikidul Desa Buninagara Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung.

Namun secara umum faktor penyebab terjadinya gerakan tanah tipe rayapan, karena perubahan morfologi dengan kemiringan lereng agak curam ke kemiringan landai-datar.

Pernyataan Akhmad Johara ini berdasarkan, informasi dan rekomendasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM.

Baca Juga: Said Didu Pertanyakan Pernyataan Hendry Subiakto Soal UU ITE, Muannas: Boleh Saja Direvisi

Menurutnya, permukiman berada dalam morfologi zona tapal kuda dan merupakan tempat terakumulasinya air permukaan. Untuk diketahui, batuan penyusun merupakan tubuh lava tua serta pelapukannya yang banyak mengalami retakan serta longsorannya.

"Tanah pelapukan dan longsoran vulkanik yang bersifat sarang dan mudah menyimpan air. Kontak pelapukan lava yang mengalami retakan dan longsorannya dengan batuan lava yang relatif kedap air dibawah permukaan menjadikan batas bidang gelincir yang labil dan mudah bergerak," jelasnya.

Faktor lainnya karena keberadaan tubuh air pada kedalaman dangkal di bawah permukiman dan volumenya dipengaruhi oleh perubahan musim menjadikan wilayah ini.

Baca Juga: Kirimi Anies Baswedan Surat, Bima Arya Ungkap Penyebab Banjir Jakarta

"Pembebanan bangunan permukiman di atas tubuh air dangkal meningkatkan tekanan pada tubuh tanah dangkal yang mengandung air," katanya.

Akhmad Djohara mengungkapkan, curah hujan sebelum dan saat terjadinya serta perubahan musim hujan ke kemarau mengakibatkan perubahan permukaan air tanah dangkal selaras keberadaan bangunan di atasnya akan memicu terjadinya gerakan tanah tipe tatapan di lokasi tersebut.

Kejadian gerakan tanah di wilayah ini merupakan respon terhadap perubahan muka air tanah dangkal di wilayah permukiman, yang secara beruntun terjadinya pada musim penghujan (pada bulan Mei 2020) dan saat memasuki musim kemarau (bulan Agustus 2020).

Baca Juga: Giring Ganesha Kritik Gubernur Anies Baswedan Soal Banjir: Jangan Hanya Melempar Kesalahan

"Memasuki musim penghujan (bulan Mei 2020), air hujan meresap melalui pori tanah dan meningkatkan muka air tanah dangkal secara cepat.

Perbedaan yang terjadi antara kecepatan infiltrasi dan pergerakan dalam tubuh air dangkal berakibat tubuh tanah akan ikut bergerak mengikuti pola alur kemiringan dan berimplikasi pada kekosongan bawah permukaan," jelasnya.

Dampaknya, imbuhnya, tubuh tanah mengandung air akan mencari keseimbangan baru dan terjadilah gerakan tanah tipe tatapan/lambat gerakan tanah pada lokasi tersebut.

Baca Juga: Kekayaan 45 Triliun Tak Ada Artinya, Remuk Redam Dicampakkan Kim Kardashian Kanye West Menghilang

Dikatakan, musim hujan menurun di bulan Juni, Juli dan Agustus 2020. Pada bulan Agustus 2020, diperkirakan permukaan air tanah dangkal menurun.

Akhamd Djohara menuturkan, kondisi gerakan tanah di Kampung Cikidul Desa Buninagara berupa longsoran tipe lambat atau tipe rayapan/nendatan dengan ditandai dengan adanya rekahan pada tanah, retakan pada rumah-rumah penduduk dan jalan, serta amblasnya permukaan air sumur.

"Kedalaman retakan mencapai > 2 meter, lebar rekahan 10 – 50 cm, serta panjang retakan pada tubuh jalan mencapai 10 meter, arah retakan N 135° E relatif tenggara, dengan arah pergerakan relatif ke N 45° E relatif Timur – Timur laut. Selama di lapangan teramati minimal 10 rumah mengalami retakan pada bagian fondasi dan bangunan," katanya.

Baca Juga: Makna Cinta Baginya Adalah Rela Mati Dimakan Pasangannya, Berikut 5 Fakta Unik Seputar Belalang Sembah

Berdasarkan rekomendasi teknis dari PVMBG, lanjut Akhamd Djohara, wilayah pemukiman Kampung Cikidul, Desa Buninagara merupakan wilayah berpotensi permanen terjadinya gerakan tanah tipe rayapan dan berpotensi menimbulkan kerusakan dan korban jiwa.

"Perlunya penataan ulang kawasan merupakan satu keharusan, sehingga direkomendasikan wilayah ini sebaiknya di relokasi ketempat yang lebih aman.

Selama belum dilakukan relokasi, perlu dilakukan upaya mitigasi bangunan yang mengalami retakan agar segera di ganti bangunan yang berkonstruksi ringan untuk menghindari korban akibat runtuhnya bangunan," katanya.

Baca Juga: Sandingkan Kitab Suci dengan UU ITE, Staf Ahli Kemenkominfo Prof Henry Subiakto Jadi Bulan-bulanan

Rekomendasi lainnya, ucapnya, perlu upaya awal untuk penurunan beban tekanan permukaan dengan bangunan berkontruksi ringan.

"Pemantauan mandiri retakan tanah, jika retakan terus berkembang segera mengungsi dan diinformasikan pemerintah setempat.

Masyarakat yang beraktivitas di lokasi bencana agar selalu meningkatkan kewaspadaan terutama pada saat dan setelah hujan yang berlangsung lama maupun saat perubahan musim," katanya.

Baca Juga: Jakarta Banjir, Muannas : Pemimpin yang Baik Bukan Sebanyak Apa Dia Klaim dan Peluk Penghargaan

Menurutnya, mempertahankan tanaman/pohon-pohon yang berakar kuat dan dalam untuk meningkatkan daya dukung tanah di daerah tersebut.

Masih menurut PVMBG, kata Akhamd Djohara, penataan drainase (sistem aliran air permukaan dan buangan air limbah rumah tangga), agar dibangun dengan kedap air (ditembok dan pemipaan), dan diarahkan langsung ke arah lembah/sungai, untuk menghindari peresapan air langsung ke tanah.***

Editor: Dadang Setiawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x