Menurutnya, Gatot Nurmantyo merupakan sosok yang pernah diincar oleh pihak istana untuk dijadikan sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.
Namun dengan etika politik yang baik, Gatot Nurmantyo menolak jabatan itu karena menurutnya Indonesia kini sedang mengalami defisit etika politik.
Berbeda halnya dengan Moeldoko, Rocky menilai bahwa apa yang telah dilakukan Moeldoko kepada Partai Demokrat merupakan defisit etika politik yang paling besar.
“Saya teringat dengan perkataan Pak Gatot Nurmantyo. Dia berkata paling tidak ada yang etis dong. Moeldoko dibesarkan oleh SBY tapi malah mengkudeta anaknya. Kalau mau kudeta SBY pada waktu itu.
Itu lebih fair. Jadi, Pak Gatot mengerti etika politik. Seorang pemimpin itu harus mengerti etika politik,” ujarnya.
“Gatot Nurmantyo adalah seorang tokoh yang diincar negara tapi dia mampu membaca bahwa bangsa ini sedang mengalami defisit etika politik dan kasus Moeldoko adalah defisit yang paling besar. Padahal sama-sama panglima tapi kenapa yang masuk istana itu etika keprajuritannya lenyap,” ungkapnya.
Terkait pengesahan di Menteri Hukum dan HAM (Menkumham), Rocky justru menyetujui apabila Partai Demokrat versi kepengurusan Moeldoko disahkan oleh Menkumham.
Menurutnya, pengesahan tersebut dapat membongkar identitas komplotan istana yang terlibat dalam gerakan kudeta tersebut.