Terluka Perbuatan dan Perlakuan 'Sahabat', SBY Curhat Melalui Podcast

- 18 Maret 2021, 16:00 WIB
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). /ig resmi @pdemokrat

Saudara-saudaramu, di pinggir-pinggir kota dan di pelosok-pelosok desa, juga ikut berempati dan berdoa. Ikut merasakan apa yang kau rasakan.

Dengan semuanya ini, percayalah bahwa para pemegang palu keadilan akan mendapatkan tuntunan Tuhan untuk senantiasa bertindak adil dan benar.

Kembali kuyakini ini adalah tuntunan yang keempat.

Baca Juga: Rencana Produksi Bibit Vaksin Merah Putih, Eijkman Jadi yang Pertama dalam Pengembangannya

Ketika waktu telah bergeser perlahan menyambut datangnya fajar di dini hari, aku bagai mendapatkan isyarat bahwa hampir rampung jawaban yang kumohonkan.

Jawaban terhadap istikharah yang aku lakukan. Aku biasa memadukan antara olah nalar, intuisi dan tuntunan Yang Maha Kuasa.

Terlalu sombong jika manusia merasa memiliki segalanya, dan tak menyadari kelemahan dan kekurangannya. Inilah bisikan kalbu terakhir, atau yang kelima, dalam perenunganku di malam yang syahdu itu.

Kau harus bersyukur ketika jagad raya mengamini kata-katamu bahwa tak ada jalan yang lunak untuk meraih cita-cita yang besar. Juga tak ada yang serba mudah untuk mengatasi masalah yang berat.

Terhadap itu semua, sejarah telah mencatat bahwa yang kau katakan itu juga telah kau jalankan dalam perjalanan hidupmu.

Saat ini kau juga tengah melakukannya lagi. Artinya kau bukan termasuk golongan yang mudah menyerah.

Semangat dan tekadmu tak mudah patah. Ini modal penting bagimu dan semua pemimpin partai, dalam meraih sukses di hadapan. Barangkali kau sering merasa lemah ketika menghadapi yang kuat. Apalagi sangat kuat.

Namun, jangan lupa, jika Tuhan menakdirkan, yang lemah-lemah itu akan diangkat menjadi yang kuat.

Baca Juga: Menteri PPPA: Perkawinan Usia Dini Melanggar HAM Anak dan Rentan Terhadap Kekerasaan dan Kemiskinan

Sementara itu, barangkali kau juga merasa sangat berat untuk mendapatkan kebenaran dan keadilan yang sejati. Seolah jalan di hadapanmu tertutup.

Tak ada yang terbuka. Ada jurang yang sangat dalam dan tebing tinggi yang amat terjal. Namun percayalah, hukum kehidupan mengajarkan bahwa pada akhirnya kebenaran dan keadilan akan datang. Datangnya mungkin lambat, tapi pasti.

Di penghujung bisikan nurani itu aku segera terjaga. Aku tengadahkan tanganku seraya berucap "terima kasih Tuhan".

Betapa tenteram rasa hatiku ketika Sang Pencipta kuyakini telah menguatkan hati dan pikiranku.

Aku dilahirkan untuk mencintai kedamaian. Bukan pertentangan dan kekerasan. Namun, bagaimanapun aku lebih mencintai kebenaran dan keadilan.

Jika kebenaran dan keadilan tegak, damailah hati kita. Damailah negara kita. Damailah dunia kita. Ya Allah, kabulkanlah permintaanku akan hadirnya kedamaian, kebenaran dan keadilan di negeri tercinta ini. KepadaMu aku berserah diri, dan kepadaMu aku memohon pertolongan.***

Halaman:

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah