Milenial Diintai Bahaya Kecanduan Gawai, Jawa Barat Gencarkan Gerakan Literasi

- 24 Maret 2021, 11:10 WIB
Bunda Literasi Jawa Barat, Atalia Praratya Ridwan Kamil./dok.istimewa
Bunda Literasi Jawa Barat, Atalia Praratya Ridwan Kamil./dok.istimewa /

GALAMEDIA - Jawa Barat (Jabar) adalah salah satu provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Provinsi yang dikenal dengan Tatar Sunda in dihuni oleh 48,27 juta orang, atau sekitar 17,86 persen dari total jumlah penduduk Indonesia.

Bunda Literasi Jawa Barat, Atalia Praratya Ridwan Kamil mengatakan, besarnya penduduk Jabar sama dengan 10 kali jumlah penduduk Selandia Baru, atau dua kali lipat jumlah penduduk sebenua Australia.

Berdasarkan data yang dimilikinya, pada 2016, Indeks Baca Masyarakat Jabar berada pada poin 68,16, yang masuk kategori cukup.

Baca Juga: Layangkan Somasi Terbuka, Skyview Horizon Minta CV Talaga Penuh Berkat Selesaikan Masalah Utang Piutang

Namun pada 2020, mengalami penurunan, karena meski masih dalam ambang batas "cukup", indeksnya turun 6,67 ke poin 61,49.

"Memiliki jumlah penduduk sebanyak ini bisa menjadi sebuah potensi, sekaligus juga menjadi masalah jika kita tidak mampu mengelola sumber daya manusianya dengan baik," ungkap Atalia.

Ia menyampaikan hal itu pada Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Bidang Perpustakaan 2021 bertema "Integrasi Penguatan Sisi Hulu dan Hilir Budaya Literasi dalam Pemulihan Ekonomi dan Reformasi Struktural" yang dilalukan secara virtual, Selasa, 23 Maret 2021.

Dikatakannya, literasi adalah titik sentral pembawa masyarakat pada kemaslahatan. Lebih jauh, penurunan indeks baca masyarakat ini, karena laju pertumbuhan penduduk Jabar tak sebanding dengan fasilitas perpustakaan, koleksi buku dan sarana penunjang literasi lainnya.

"Jumlah perpustakaan aktif di Jawa Barat sebanyak 16.384, yang belum secara menyeluruh ada di setiap kota/kabupaten, kecamatan, desa dan kelurahan," kata Atalia.

Baca Juga: Posting Pesan Menyentuh, Ratu Paling Fotogenik di Dunia Up-date Istagram Netizen Kian Tertawan

"Akses masyarakat ke perpustakaan juga masih terbatas, terlebih lagi saat pandemi yang semakin membuat mereka mengakses sumber literasi tutup," tuturnya.

Atalia menjelaskan, kecenderungan generasi Z yang lebih suka menonton televisi, mendengar musik dan mengakses internet, termasuk kelas lebih tuanya yakni generasi milenial yang nyaris semuanya menjangkau informasi dengan smartphone. Sehingga mempengaruhi penurunan Indeks Baca Masyarakat di Jawa Barat.

"Saya juga terkaget-kaget setelah tahu bahwa 104 anak yang mengalami gangguan jiwa karena kecanduan gawai, dirawat di RSJ di Jabar (Bandung), belum terhitung yang dirawat di RSJ di kota/kabupaten," terangnya.

Ia menerangkan bahaya lain yang ditakutkannya adalah, anak-anak menjadi malas makan hingga mengalami gizi buruk, dan banyak yang juga mengalami obesitas karena terlalu sering duduk atau berbaring, bermain ponsel sambil makan dan minum.
Anak-anak juga cenderung kehilangan teman, tak cakap bersosialisasi langsung, dan juga mengurangi produktivitasnya.

Baca Juga: Dompet Dhuafa Bagikan 150 Alquran Untuk Santri di Pandeglang Banten

Bahaya-bahaya inilah yang kemudian mendorong Jawa Barat kian gencar melakukan gerakan literasi, yang dicanangkan secara jangka panjang untuk tahun 2018 hingga 2023.

"Kita memfasilitasi pembangunan gedung perpustakaan Kabupaten Pangandaran, juga banyak perpustakaan kecamatan, desa dan kelurahan. Kita menyediakan juga mobil perpustakaan keliling untuk 27 kabupaten/kota. Gedung perpustakaan disabilitas dan deposit juga dibangun di Gedebage," tuturnya.

Selain itu, Pemprov Jabar juga memfasilitasi pembentukan perpustakaan di mall, terminal, stasiun, taman, hingga sepanjang jalan aliran Sungai Citarum. Perpustakaan di sekolah dan Ponpes juga diadakan, juga fasilitas gerobak baca, motor baca, becak baca dan perahu baca.

"Kita juga punya Kolecer (Kotak Literasi Warga Cerdas), semacam kotak telfon yang bisa menampung 80 buku. Kolecer ini adalah sumbangan yayasan atau masyarakat, yang ada di 600 titik di Jawa Barat. Kami menyediakan ini dengan harapan masyarakat lebih mudah mengakses buku bacaan," jelasnya.

Baca Juga: Setara 6 Lapangan Tenis, Lukisan Raksasanya Terjual 893 Miliar Seniman Nyentrik Ini Tolak Bawa Pulang Uangnya

Lebih jauh, untuk mengintegrasikan buku bacaan dengan teknologi, pihaknya membuat aplikasi Candil (Macadina Digital Library) dengan isi 500 judul buku paling update yang bisa di-copy paste.

"Kita juga bekerjasama dengan Grab Express untuk program Makan Jengkol (mari kita antar jemput buku dengan kolaborasi), dimana saat pandemi kita takut mengunjungi perpustakaan, kita bisa melalui Grab," ucapnya.

Selain aktif menyuarakan minat baca untuk masyarakat Jawa Barat dengan festival, membaca dongeng dan menghadiri segala kegiatan yang berhubungan dengan buku. Ia juga menulis buku dengan tema anak-anak.

Sampai hari ini, Atalia sudah menulis empat buku, termasuk 'Catatan Kecil Tentang Kita', 'Mia & Ikan Goreng', serta 'Rendi Sakit Perut' yang baru saja dirilis.

"Saya sengaja membuat buku agar memancing Bunda Literasi dari daerah lain juga aktif menulis buku. Jangankan Buda Literasi, bunda-bunda lain di rumah juga bisa menulis buku. Bahkan sekarang banyak anak-anak yang sudah bisa menulis buku. Intinya, gerakan literasi itu mulai dari yang kita bisa lakukan saja," tandasnya.***

Editor: Lucky M. Lukman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah