Anggota DPR Dedi Mulyadi Dicaci Maki, Sumpah Serapah Keluar dari Mulut Emak-emak, Kenapa Ya?

- 25 Maret 2021, 17:20 WIB
Dedi Mulyadi saat menyaksikan pembongkaran tembok benteng yang mengisolasi salah satu rumah warga di Puskopad Blok C, RT 6 RW 6, Kelurahan Ciseureh, Kecamatan Purwakarta Kota, Kabupaten Purwakarta./YouTube
Dedi Mulyadi saat menyaksikan pembongkaran tembok benteng yang mengisolasi salah satu rumah warga di Puskopad Blok C, RT 6 RW 6, Kelurahan Ciseureh, Kecamatan Purwakarta Kota, Kabupaten Purwakarta./YouTube /

GALAMEDIA - Perjuangan Anggota DPR RI Dedi Mulyadi untuk menyelesaikan sebuah konflik kerap kali menghadapi tantangan.

Terbaru, Dedi mendapat perlakuan tak nyaman saat memediasi hingga membongkar tembok benteng yang mengisolasi salah satu rumah warga di Puskopad Blok C, RT 6 RW 6, Kelurahan Ciseureh, Kecamatan Purwakarta Kota, Kabupaten Purwakarta.

Dedi datang ke lokasi dengan didampingi oleh Lurah Ciseureh Yai Uun Khaerun. Di lokasi terlihat sebuah benteng tembok yang tinggi dan lebar menghalangi akses menuju rumah warga bernama Neni.

Benteng tersebut hanya menyisakan lebar sekitar 1 meter sehingga garasi Neni tidak bisa dimasuki mobil.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Ide Jualan Menu Buka Puasa yang Laris Manis Saat Ramadan

Dalam YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel terlihat perbincangan antara Dedi Mulyadi, lurah, dan pemilik rumah yang menceritakan awal mula benteng tersebut ada.

Semula benteng tersebut adalah pos ronda, namun dibongkar dan dibuat baru agar tak menghalangi akses masuk ke rumahnya.

"Awalnya ada pos ronda di tengah jalan, nah saya mau lewat ke rumah sendiri (enggak bisa). Saya kemudian baik-baik ke Pak RT. Ini sertifikat dan IMB saya pegang, ada. Setelah pos ronda dipindah dan dibangun baru, kemudian ada benteng ini," kata wanita pemilik rumah.

Pemilik rumah memastikan tidak ada halangan bagi siapapun untuk lewat ke belakang meski tanah tersebut miliknya.

Baca Juga: Amien Rais Serukan 'Hayya Alal Jihad', Muannas Alaidid Mengkritik, Habib Husin: Kapan Ditangkap?

"Seandainya mau memakai jalan ini sebagai jalan tembus, silakan saya tidak keberatan. Memang ini dulunya tanah warga yang saya beli. Tapi saya buka untuk akses jalan," tuturnya.

Mendengar penjelasan tersebut, Dedi mengaku tak habis pikir dengan warga yang membenteng rumah tersebut. Menurutnya meski benteng tersebut kesepakatan warga tapi tidak logis dan mengganggu hak pemilik rumah.

"Saya enggak habis pikir tujuan benteng ini apa? Apakah hanya karena nafsu semata? Kalau pun sudah kesepakatan warga kalau itu melanggar undang-undang ya tetap tidak bisa," kata Dedi.

"Kesepakatan itu harus logis. Orang tidak bisa bersepakat mufakat untuk sesuatu yang tidak tepat," sambungnya.

Baca Juga: Gerindra Kembali Tunjuk Prabowo Subianto pada Pilpres 2024, Jimly Asshiddiqie: Baik untuk Pendidikan Politik

"Jarang ada orang yang seperti ini. Orang baik kok enggak dihargai. Ini kan sudah mau menghibahkan tanah pribadinya untuk jalan warga," lanjut mantan Bupati Purwakarta ini.

Untuk menyelesaikan konflik, Dedi meminta lurah untuk memanggil ketua RT dan tokoh warga. Namun setelah beberapa saat lurah tak membawa satu pun orang karena warga tetap bersikeras ingin benteng tembok tersebut tetap ada.

Tak berselang lama datang ibu yang merupakan Ketua RW setempat. Dari penjelasannya warga mempersilakan benteng tersebut dibongkar dengan syarat ingin dibangun pos ronda kembali.

Dedi kemudian menjelaskan bahwa pemilik rumah sudah dengan sukarela membuat pos ronda pengganti di depan rumahnya.

Sebab jika pos ronda kembali dibangun sesuai kesepakatan warga yakni di tengah jalan, maka tetap akan menghalangi akses masuk ke rumahnya.

"Ibu ini kan sudah menghibahkan tanahnya untuk jalan. Esensinya kan menghadap kemana pun pos ronda sama saja," terangnya.

Baca Juga: Hasil Lengkap Pertandingan Pertama Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Eropa

Ia pun kembali tak habis pikir dengan warga yang membenteng rumah tersebut. "Ini biasanya berawal dari konflik hati, baper. Karena aspek pikiran saya enggak masuk, enggak masuk akal. Ini mah biasa perasaan," ujarnya.

Beberapa saat kemudian datang juga seorang pria warga setempat. Pria tersebut sebelumnya menjadi notulen saat warga berencana membuat benteng yang memiliki tinggi 2 meter dan lebar 4,5 meter itu. Kembali Dedi pun menjelaskan bahwa tidak seharusnya benteng tersebut dibangun.

"Ini ibu sudah bersedia menghibahkan tanahnya sehingga akses jalan bisa masuk ke sana. Saya bangunkan jalannya, saya bangunkan pos rondanya pakai wifi, cctv," ujar Dedi.

"Sudah ayo salaman. Saya tanggung jawab, kalau nanti ada komplain-komplain langsung ke saya," lanjut dia meyakinkan warga.

Mendengar penjelasan tersebut warga yang hadir langsung bersalaman dengan pemilik rumah. Tangis pun pecah saat Dedi Mulyadi merangkul pemilik rumah dan salah seorang warga.

Baca Juga: Buku Harian Seorang Istri 25 Maret 2021, Rencana Baru Kevin Menguntungkan Alya

Sesuai kesepakatan tembok itu langsung dihancurkan oleh Satpol PP disaksikan langsung oleh warga dan lurah.

Namun, di tengah suasana sudah damai, tiba-tiba seorang ibu yang menggendong anak berteriak dari kejauhan. Ia terus berteriak bahkan berucap sumpah serapah karena tidak terima dengan apa yang dilakukan Dedi Mulyadi.

Dedi pun berinisiatif mendatangi ibu tersebut dan meminta penjelasan apa yang membuatnya berkata tersebut hingga tak mau benteng dibongkar.

Baca Juga: Dibela Mati-matian, Kini Prabowo Malah Diam saat Habib Rizieq jadi Bulan-bulanan, Bang Arief: Sangat Absurd!

"Masalahnya apa? Sekarang apa ibu dirugikan?," tanya Dedi.

Ibu itu malah terus memaki Dedi dan tetap tak setuju benteng dibongkar. Salah satu alasannya karena nanti pos ronda akan menghadap ke depan rumah Wati bukan ke jalan.

Dedi memastikan hal itu tidak masalah terlebih nantinya pos ronda akan difasilitasi CCTV. Tak terima dengan penjelasan Dedi sang ibu pun terus meracau.

Dedi yang merasa alasan sang ibu tidak masuk logika langsung ditinggalkan. Sementara benteng tembok tersebut langsung dihancurkan.***

Editor: Lucky M. Lukman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x