KAA 1955 Jadi Inspirasi Wujudkan Perdamaian Dunia, Bedi Budiman: Pidato Bung Karno Melompat Jauh ke Depan

- 22 April 2021, 15:48 WIB
Kolase pidato Bung Karno pada KAA 1995 dan Ketua Komisi I DPRD Jawa Barat, Bedi Budiman./dok.Bedi Budiman
Kolase pidato Bung Karno pada KAA 1995 dan Ketua Komisi I DPRD Jawa Barat, Bedi Budiman./dok.Bedi Budiman /



GALAMEDIA - Konferensi Asia Afrika (KAA) yang digelar 18-24 April 1955 di Kota Bandung benar-benar telah membuka mata dunia.

Dari KAA tersebut lahir kekuatan baru yang ditakuti Amerika Serikat dan Uni Soviet, dua kekuatan yang mewakili Blok Barat dan Blok Timur.

"Peringatan Konferensi Asia Afrika 18-24 April 1955 di Bandung yang sukses menjadi inspirasi perjuangan kemerdekaan bagi banyak bangsa dan perdamaian dunia," ujar Ketua Komisi I DPRD Jawa Barat, Bedi Budiman.

Bedi mengatakan, KAA 1955 juga diwarnai dengan pidato penuh semangat yang disampaikan Presiden RI pertama, Soekarno.

Ia menyampaikan pidato berjudul 'Let a new Asia and new Africa be born' atau 'Biarkan Asia Baru dan Afrika Baru Lahir'di hadapan peserta KAA pada 18 April 1955.

Baca Juga: Sekolah Murid Merdeka Luncurkan Sekolah PAUD Gratis, di Bulan April Anak-anak Sudah Bisa Ikut

"Itu adalah salah satu pidato terbaik yang pernah disampaikan oleh Bung Karno. Pidato yang disampaikan berapi-api dan memuat semangat pembebasan dan perlawanan bagi bangsa terjajah," ujar Bedi mengenang.

Wakil Sekretaris PDI Perjuangan Jawa Barat itu juga menambahkan, dalam pidato di hadapan peserta KAA, Bung Karno berbicara tentang kolonialisme di muka bumi yang dinilai tak akan pernah surut dan reda.

Semangat menjajah bangsa lain akan terus menggeliat dengan bentuk dan rupa yang lain. Bahkan bukan lagi berupa aneksasi dengan senjata dan pendudukan.

"Tapi, kolonialisme dengan gaya baru, lewat penguasaan ekonomi dan teknologi. Pidato Bung Karno melompat jauh kedepan," katanya.

"Kita acapkali berkata, 'Kolonialisme telah Mati.' Jangan sampai kita terpengaruh atau terperangah oleh pernyataan itu. Saya tegaskan kepada Saudara-saudara, kolonialisme belumlah mati," sambung Bedi mengutip isi pidato sang proklamator.

Baca Juga: Sepak Terjang Kapal Selam KRI Nanggala 402, Ternyata Pernah Tenggelamkan KRI Rakata

Bedi menuturkan, dalam pidatonya Bung Karno mengatakan; "mana mungkin kita katakan kolonialisme telah mati pada saat berbagai kawasan di Asia dan Afrika belum terbebaskan? Dan, saya minta kepada Anda jangan pernah berpikir bahwa kolonialisme hanya seperti bentuknya yang lama, bentuk yang kita semua dari Indonesia dan kawan-kawan dari kawasan lain di Asia dan Afrika sudah mengenalinya," begitu ujar Bung Karno.

"Kolonialisme juga telah berganti baju yang modern, dalam bentuk kontrol ekonomi, kontrol intelektual, dan kontrol langsung secara fisik melalui segelintir elemen kecil terasing dari dalam suatu negeri. Elemen itu jauh lebih cakap dan bisa menjadi musuh yang paling menentukan, serta mampu menampilkan dirinya ke dalam berbagai kedok," lanjutnya.

Dari pidato Bung Karno itu, lanjut Bedi, bisa terlihat bagaimana bangsa penjajah tidak mudah menyerah. Dimanapun, kapanpun, dan dengan cara apapun mereka akan muncul.

Bung Karno juga sempat menyatakan bahwa Kolonialisme adalah jahanam dan karenanya harus dienyahkan dari muka bumi!

Lebih lanjut Bedi mengungkapkan, dari semangat negara Asia Afrika itu, akhirnya lahir Dasasila Bandung. Kesepakatan itu ditanda tangani oleh perwakilan dari 29 negara.

Baca Juga: Negatif Covid-19, Ini Perkiraan Starter Persib Kontra Persija

Dasasila Bandung berisi tentang "pernyataan mengenai dukungan bagi kedamaian dan kerjasama dunia". Isinya yaitu

1. Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang termuat di dalam piagam PBB

2. Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa.

3. Mengakui persamaan semua suku bangsa dan persamaan semua bangsa, besar maupun kecil

4. Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soalan-soalan dalam negeri negara lain

5. menghormati hak-hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri secara sendirian ataupun kolektif yang sesuai dengan Piagam PBB

6. Tidak menggunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus dari salah satu negara besar dan tidak melakukannya terhadap negara lain

7. Tidak melakukan tindakan-tindakan ataupun ancaman agresi maupun penggunaan kekerasan terhadap integritas wilayah maupun kemerdekaan politik suatu negara

Baca Juga: Wow, BPJS Kesehatan Hadirkan Verifikator Kompeten dan Bersertifikasi

8. Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai, seperti perundingan, persetujuan, arbitrasi, ataupun cara damai lainnya, menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan Piagam PBB

9. Memajukan kepentingan bersama dan kerjasama

10.Menghormati hukum dan kewajiban–kewajiban internasional

"Dasasila Bandung masih sangat relevan hingga kini, dimana politik internasional tengah dihantui oleh virus politik-identitas, dan penghisapan bangsa kuat terhadap yang lemah," pungkas Bedi.

Tahun ini, KAA memasuki usia yang ke-66. Peringatan 66 tahun KAA digelar April 2021 ini serta akan mengusung tema Kemanusiaan dan Solidaritas (Humanity and Solidarity).

Tema tersebut diangkat sebagai bentuk keprihatinan akan pandemi yang melanda dunia.***

Editor: Lucky M. Lukman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x