Jadi Perpustakaan Terbaik Dunia, Perpusnas Paling Siap Hadapi Covid-19

- 18 Mei 2021, 14:53 WIB
Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando mengatakan Perpusnas adalah salah satu lembaga negara yang paling siap dalam menghadapi pandemi Covid-19.
Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando mengatakan Perpusnas adalah salah satu lembaga negara yang paling siap dalam menghadapi pandemi Covid-19. /Dok. Perpusnas/

Pada kesempatan tersebut, Ia juga membantah anggapan bahwa orang Indonesia malas membaca. Faktanya tidak demikian, karena budaya literasi di Indonesia sudah jauh tinggi.

Salah satu fakta yang bisa menjelaskan adalah bukti peninggalan sejarah pada abad ke-2 di Kerajaan Kutai Kartanegara, lalu berlanjut ke Kerajaan Sriwijaya, Majapahit, dan peradaban yang tercipta pembangunan Candi Borobudur pada 724 Masehi.

Sedangkan, di belahan benua lain pada abad ke- 15, Christopher Colombus baru menemukan benua Amerika, lalu Abel Tasman menemukan Selandia Baru abad 16.

"Artinya, negara-negara Eropa selalu mengakui Indonesia sebagai negara tertua seribu tahun dari mereka. Bagaimana bisa kita katakan Indonesia mempunyai budaya baca yang rendah?," katanya.

Maka, jika banyak penelitian menunjukkan bahwa budaya Indonesia rendah, itu hanya persoalan ketersebaran buku yang belum merata ke berbagai pelosok daerah. Mengingat satu buku ditunggu 90 oleh orang untuk dibaca.

"Indonesia hanya kekurangan buku. Merujuk ketentuan UNESCO, Indonesia masih kekurangan 500 juta buku yang harus didistribusi," ujarnya.

Baca Juga: Kerap Bikin Baper dengan Caption Romantis di Instagram, Ini Potret Penuh Cinta Ibnu Jamil dan Ririn Ekawati

Maka pada tahun ini, Perpusnas makin gencar meminta para pelaku di sisi hulu untuk menulis. Para pakar, dosen, guru bisa menulis buku sebanyak mungkin untuk disebarluaskan ke seluruh negeri. Hilir dari proses literasi ini adalah penciptaan barang dan jasa baru. Ia menekankan bahwa Indonesia harus menjadi negara produsen, bukan hanya pemakai.

Syarif Bando mengajak semua masyarakat yang mengalami imbas pandemi, dimana mereka kehilangan lapangan pekerjaan. Dari data yang dicatatnya, 30 juta warga Indonesia telah kehilangan pekerjaannya karena pandemi ini.

"Maka kami mengimbau bagi yang datang ke perpustakaan di setiap daerah agar bisa diberikan stimulan dan pelatihan, sehingga mampu menciptakan lapangan pekerjaan sesuai dengan keahlian dan modal yang mereka punyai. Lewat program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial," ucapnya.

Halaman:

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x