Konflik Israel - Palestina Mereda Tapi Tidak di Indonesia, Rocky Gerung: Sebetulnya Ini Salah Pemerintah

- 23 Mei 2021, 10:52 WIB
Rocky Gerung
Rocky Gerung /Tangkap layar Youtube /

GALAMEDIA - Konflik Israel-Palestina mulai mereda berkat kesepakatan gencatan senjata di antara kedua belah pihak.

Meski demikian di Tanah Air konflik dua negara Timur Tengah itu masih ramai diperbincangkan.

Bahkan ada “kubu berseberangan” dengan istilahnya masing-masing.

Fakta ini membuat  pengamat politik memprediksi konflik bisa saja berhenti, namun topik Israel-Palestina tak akan hilang begitu saja.

Baca Juga: Jangan Nyalakan Kipas Angin Saat Tidur! Ini 5 Bahaya Tidur dengan Kipas Angin Menyala

Salah satunya  Rocky Gerung yang menilai media sosial di Indonesia saat ini dipenuhi ujaran kebencian.

“Media sosial kita itu dimeriahkan oleh kebencian sebetulnya. Jadi gak ada lagi analisa rasional yang betul-betul basisnya adalah sejarah dan pengetahuan geopolitik tentang krisis Palestina tuh,” ujarnya dalam tayangan Youtube Rocky Gerung Official, Minggu (23 Mei 2021).

Rocky menilai banyak yang paham masalah namun tertutup pikirannya karena hiruk-pikuk berbasis politik identitas.

Baca Juga: Gempa Terkini, Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara Gempa Magnitudo 5,6

“Jadi banyak orang yang paham tapi tertutup pikiran mereka karena hiruk-pikuk yang basisnya adalah politik identitas. Betul ada politik identitas di Palestina, tapi kalau kita mau melakukan penyelesaian soal Palestina, kita musti masuk di dalam tema hukum internasional,” katanya.

Rocky berpendapat persoalan ini salah satunya karena sikap pemerintah yang sejak awal mendua.

“Sebetulnya ini salah pemerintah, karena dari awal sikap pemerintah itu mendua tuh. Kalau pemerintah affirmative action, menyatakan bahwa Palestina itu adalah soal perintah konstitusi kita tuh,” pungkasnya.

Baca Juga: Spoiler Tokyo Revengers Episode 8: Usaha Takemichi Mempertahankan Geng Toman

Pemerintah, kata Rocky, bisa meminta tolong pada tokoh yang paham agar mengutamakan pendekatan psikologi politik bukan agama.

“Maka seluruh talkshow diarahkan ke situ, pemerintah bisa minta tolong tokoh-tokoh yang paham supaya lebih mengutamakan pendekatan psikologi politik daripada psikologi agama,” jelasnya.

Namun karena pemerintah “gagap”, kata Rocky, maka hiruk-pikuk inilah akibatnya.

Baca Juga: Harga Emas Hari Ini, 23 Mei 2021 di Pegadaian: Antam Naik UBS Turun

“Tapi karena pemerintah juga gagap dalam membuat proposal, ya akibatnya begini yang terjadi, lebih beringas sebetulnya penonton daripada pemain gitu. Kalau keadaan semacam ini berlanjut, kita kehilangan perspektif akademisnya tuh,” imbuhnya.

Rocky memaparkan, publik bisa marah atas konflik yang terjadi namun kemarahan ini harus dituntun ke arah perdamaian.

“Kita tau bahwa kita marah, karena Israel menyerang Palestina. Tapi kemarahan itu musti dituntun menuju perdamaian. Kalau gak nanti mata ganti mata, gigi ganti gigi, lalu punah. Bangsa Palestina punah, Israel gak punya lawan lagi,” terangnya.

Baca Juga: Jantung Penerima Vaksin Usia Muda Bermasalah, AS Mulai Lakukan Penyelidikan

Rocky menegaskan, publik harus membiasakan diri melihat konflik secara objektif.

“Padahal Israel itu hidup kalau dia ada lawan politik. Jadi sebetulnya kita musti membiasakan melihat konflik itu,” tandasnya.***

Editor: Mia Fahrani

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x