Network
GALAMEDIA – Politisi Partai Demokrat, Cipta Panca Laksana mendadak menilai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah rusak jauh sebelum Komjen Pol. Firli Bahuri terpilih menjadi ketua lembaga tersebut.
Hal tersebut ia sampaikan setelah menyaksikan film dokumenter karya Dandhy Laksono berjudul ‘The End Game’. Acara nonton bareng (nobar) ini juga dihadiri oleh sejumlah aktivis seperti, Adhie Massardi, Adamsyah Wahab, dan Don Adam.
Menurutnya KPK telah ‘rusak’ sejak dipegang oleh Ketua KPK tahun 2011 – 2015, Abraham Samad, karena dia berambisi menjadi Wakil Presiden (Wapres) Jokowi.
Baca Juga: Simak 5 Manfaat Tidur Telanjang, Salah Satunya Bikin Tidur Lebih Nyenyak
Hal ini ia sampaikan melalui akun Twitternya @panca66 pada Selasa, 15 Juni 2021.
"Kemarin nonton End Game karya @Dandhy_Laksono satu aja kesimpulan saya. @KPK_RI rusak sejak dipegang Samad karena dia berambisi jadi Wapres Jokowi. Jadi Firly tinggal ngelanjutin kerusakan era Samad aja. Iya nga sih?" tulisnya.
Ia menuturkan, kerusakan KPK terjadi saat Abraham Samad berambisi menjadi Wapres pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 lalu.
Namun pada saat itu Jokowi lebih memilih Jusuf Kalla sebagai pasangannya dalam Pilpres 2014.
Baca Juga: Begini Kata Pakar Soal Mata Uang Kripto yang Penuh Ketidakpastian dan Spekulasi
Saat itu, menurut Panca, Abraham Samad melakukan ‘tebang pilih’ di KPK seolah membela politisi PDIP yang seharusnya jadi tersangka KPK.
"Saat Samad berambisi jadi wakil Jokowi itu lah tebang pilih di KPK muncul. Samad banyak belain polistisi PDIP yang harusnya jadi tersangka KPK tiba2 hilang namanya. Johan Budi muncul di media terus-menerus menghajar politisi Demokrat. Johan Budi kemudian masuk PDIP," jelasnya.
Ia juga menyinggung eks Juru Bicara KPK, Febri Diansyah yang memang vokal mengutarakan kritiknya untuk KPK terutama pada Firli Bahuri akhir-akhir ini.
"Waktu Samad nongol di film itu, spontan saya bilang orang ini yang menghancurkan KPK. Jadi jangan terlalu menyalahkan Firli seperti yang dilakukan @febridiansyah dkk. Bahwa Firli itu hanya mengeksekusi terakhir iya. Tapi lihat prosesnya. Febry dkk juga harus tanggung jawab," pungkasnya.***
