Sebut Perang Hebat Tengah Berkecamuk, Ketua Umum PBNU Khawatir Indonesia Didikte Produsen Vaksin

- 23 Juni 2021, 15:17 WIB
Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siradj.
Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siradj. /Dok. nu.or.id/

 


GALAMEDIA - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj menilai peperangan hebat saat ini tengah berkecamuk di dunia. 

Hal ini terkait Serangan virus corona (Covid-19) ke sejumlah negara sejak hampir dua tahun lalu.

"Adanya Covid-19 ini ada perang baru, perang biologi, perang vaksin. Negara yang mampu memproduksi vaksin akan jadi pemenang dalam perang ini," ujar Kiai Said pada acara Haul Emas KH Wahab Chasbullah ke-50 yang disiarkan pada kanal YouTube NU Channel dikutip, Rabu, 23 Juni 2021.

"Negara yang tak mampu, hanya impor saja, itulah negara yang kalah," lanjutnya.

Ia pun menyindir kondisi dalam negeri karena hingga saat ini belum berhasil membuat vaksin virus corona.

Baca Juga: Tak Cuma Covid-19, Angka Kecelakaan Nasional Juga Tinggi, Basarnas Catat 300 Kasus Sejak Januari 2021

Seiring hal itu, virus Corona saat ini sudah bermutasi lebih berbahaya dari sebelumnya. Di antaranya virus delta asal India.

Kiai Said menyatakan, saat ini dibutuhkan vaksin yang lebih canggih lagi untuk melawan varian delta virus corona yang lebih ganas tersebut.

"Padahal pandemi ini sudah berubah varian, muncul yang lebih ganas itu varian delta. Itu butuh vaksin yang lebih canggih lagi, lebih canggih lagi. Kita belum mampu membuat vaksin yang pertama, tapi pandeminya sudah meningkat ke level ketiga," kata dia.

Dengan begitu, lanjut dia, negara-negara yang menjadi produsen vaksin akan menjadi pemenang dalam perang biologis yang terjadi saat ini.

Ia pun mengaku khawatir Negara Indonesia menjadi bisa didikte oleh para negara-negara produsen vaksin virus corona di kemudian hari.

Said mengaku masih belum mengetahui sejauh mana pengaruh perang vaksin global tersebut bagi Indonesia.

Baca Juga: Bocoran Tokyo Revengers Episode 12: Hina Tewas di Tangan Akkun, Ada Apa?

Namun, Ia berharap dampaknya tak sampai berbahaya bagi Indonesia di kemudian hari.

"Perang biologi, penguasa industri, kesehatan, industri vaksin misalnya, menjadi panglima yang dapat menguasai kebijakan suatu negara. Kita akan didikte oleh negara yang memproduksi vaksin," kata dia.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x