Yori menuturkan, dari data yang terpantau keterisian rumah sakit tersebut, 56 persen dihuni oleh pasien asal Kota Bandung.
Sedangkan 44 persen lainnya merupakan pasien kasus Covd-19 yang berasa dari sejumlah daerah di luar Kota Bandung.
Setiap kali BOR di atas standar WHO, yakni sebesar 60 persen maka Kota Bandung selalu cekatan berkoordinasi dengan pengelola rumah sakit untuk menambah kapasitas.
Baca Juga: Kubu Moeldoko Kembali Berupaya Ambil Partainya, Demokrat: Siap-siap Kembali Malu
"Di Kota Bandung, alhamdulillah di awal pandemi Covid-19 ketika masih 400an dari 28 rumah sakit, dan terus meningkat sampai lebih dari seribu," ulasnya.
Termasuk dalam beberapa waktu lalu Ketika kasus meningkat dan instruksi dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi sampai ke tingkat Kota yang bahkan Wali Kota Bandung, Oded M. Danial pun turut berperan berkoordinasi langsung mengupayakan tambahan ruang perawatan.
"Kemarin ada arahan, setiap rumah sakit untuk mengonversi atau menambah tempat tidur 30-40 persen. Dan secara total, Kota Bandung alhamdulillah ada penambahan 36 persen. Walaupun tidak merata ada yang kurang dari 30 persen tapi ada juga yang lebih dari 40 persenan penambahannya," terangnya.
Yori memaparkan, skema penanganan lainnya yakni dengan merancang tempat perawatan pasca hospital. Konsep ini merupakan solusi untuk mengurangi penumpukan pasien di rumah sakit dengan memanfaatkan gedung lembaga pendidikan dan pelatihan milik pemerintah atau pun bangunan hotel yang dirancang menjadi ruang perawatan.
Baca Juga: Polsek Pasirjambu Beri Bantuan Paket Sembako Kepada Petugas Kesehatan
Menurut Yori, tempat isolasi pasca perawatan ini akan dihuni oleh pasien yang secara medis sudah menunjukan perkembangan kondisi fisik semakin membaik. Sehinga perawatan akan dilanjutkan di luar rumah sakit. Namun masih belum diperkenankan pulang ke rumah sebelum pulih total.