Kaum Terdidik dan Aktivis Demokrasi Kampanyekan Presiden 3 Periode, Ketua MUI Sebut Sebuah Ironi

- 27 Juni 2021, 19:00 WIB
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Cholil Nafis. /Antara/
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Cholil Nafis. /Antara/ /

Ia mengatakan akibat dari terlalu banyak bermain di luar kandang membuat pola pikir para kaum terdidik dan aktivis demokrasi tersebut menjadi sungsang.

"Terlalu banyak bermain di luaran kadang membuat pola pikir jadi sungsang," katanya.

Selain itu, Cholil Nafis mengungkapkan jika terkadang dirinya juga kepikiran terhadap orang-orang yang sudah cape untuk sekolah.

Menurutnya, ia sangat kasihan terhadap orang-orang yang sudah cape bersekolah, dikarenakan masih banyaknya kaum terdidik yang mempunyai pemikiran sungsang.

Lantas Cholil Nafis pun mempertanyakan terkait gelar akademic honor yang diperoleh kaum terdidik tersebut, sebenarnya dipergunakan untuk apa.

Baca Juga: Link Live Streaming MotoGP Belanda 2021: Maverick Vinales Start Terdepan, Quartararo Yakin Menang

"Kadang juga kepikiran banyak orang yg mendapat gelar akademis honor itu utk apa? Kasihan orang2 yg cape’2 sekolah," pungkasnya.

Seperti diketahui, wacana tentang jabatan presiden tiga periode pertama kali digagas oleh Direktur Eksekutif Indo Barometer, Muhammad Qodari.

Dalam merealisasikan wacana jabatan presiden tiga periode itu, Muhammad Qodari ingin menyandingkan Jokowi dengan Prabowo Subianto.

Muhammad Qodari beralasan bahwa dengan bersandingnya Jokowi dan Prabowo Subianto, menurutnya Indonesia akan jauh lebih aman dan damai.***

Halaman:

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah