Saat akan berlaga, tim pelatih pelatnas sempat mengingatkan Windy agar bertanding maksimal namun tidak terlalu terbebani dengan target juara.
"Pokoknya main saja sebagus mungkin. Alhamdulillah berhasil juara tiga. Kami semua sujud syukur. Inilah hasil latihan dan kerja keras bersama, latihan memang tidak akan membohongi hasilnya. Semangatnya kini tidak sia-sia," ucap Jajang haru.
Windy menurut Jajang masih memiliki jalan yang panjang untuk terus berprestasi. Namun demikian, upaya mencetak ‘Windy -Windy’ baru juga terus dilakukan sebagai regenerasi atlet di Jabar, baik di tingkat klub, pelatda, hingga pelatnas.
Olahraga angkat besi tidak sepopuler sepak bola, sehingga peminatnya pun tidak banyak. Hanya saja, kata Jajang, anak muda yang tinggal di sekitar klub atau anak dari atlet angkat besi saja yang tertarik. Apalagi peralatan untuk latihan pun tergolong cukup mahal.
"Hasil pelatihan di pelatnas hingga olimpiade ini menjadi bekal saya dalam membuat program latihan selanjutnya agar semakin baik," tutur Jajang yang berdomisili di Banjaran, Kabupaten Bandung itu.
Sebagai pelatih Jajang kecipratan _kadeudeuh_ dari Pemda Prov Jabar senilai Rp100 juta. Ia mengapresiasi pemberian kadedeuh tersebut dan dianggapnya sebagai bonus tujuan yang sudah tercapai: berprestasi.
"Saya tidak melihat besar dan kecilnya. Jika berprestasi, maka bonus dan kadedeuh pasti akan menyusul," tutur mantan atlet angkat besi itu.***