Serius dan disiplin dalam menjalani pelatihan, baik oleh ibunya sendiri atau pelatih di tingkat Kabupaten dan juga Pelatnas, Windy kemudian banyak menorehkan prestasi. Berhasil memecahkan rekor angkat besi tingkat remaja dua kali yakni di Pattaya Thailand dan Filipina.
Ia juga memenangkan medali emas pada Pesta Olahraga Asia Tenggara tahun 2019. Medali perunggu di Olimpiade Tokyo di kelas 49 kilogram putri adalah prestasi terbaiknya. Ia pun berhak atas kadedeuh senilai Rp 500 juta dari Pemdaprov Jabar dan Bank bjb.
Baca Juga: Gak Nyangka! 19 Merek Ini Ternyata Asli Buatan Indonesia
Windy sangat disiplin dan komitmen dalam menjalani berbagai latihan yang dibebankan. Bahkan sebulan sebelum Olimpiade Tokyo dimulai ia berhenti makan sambal, es, dan gorengan.
"Pak Jajang (pelatih) sangat baik, sangat perhatian, sampai makanan pun dikontrol, selalu mengingatkan. Badan Windy kan sensitif, jadi tidak boleh makan sambal, es, dan gorengan," sebutnya.
Terkait target mendatang, Windy kini sedang bersiap untuk event PON di Papua, Sea Games, dan Asian Games. "Tidak menjanjikan apa-apa, hanya minta doa dan dukungan semoga bisa berhasil lagi," tutupnya.
Sosok hebat di belakang keberhasilan seorang atlet tentu pelatih. Jajang Supriatna sudah bertahun- tahun jadi pelatih Windy.
Jajang berkisah, pada awalnya Windy harus bersaing dengan atlet lain dengan ketat. Namun karena kegigihan serta mampu melahap latihan dengan baik, anak didiknya terpilih untuk mewakili Indonesia di ajang Olimpiade.
"Kerja kerasnya luar biasa. Kalau sakit tidak mengeluh, semangat, dan cita-citanya memang tinggi. Terutama kedisplinannya dan mampu mengatur sendiri program latihan, meski sedang waktu istirahat," bebernya.
Baca Juga: Tokoh GP Ansor Diangkat Jadi Komisaris Kimia Farma oleh Menteri BUMN Erick Thohir