Network
GALAMEDIA – Prof Zubairi Djoerban dituding mendapatkan komisi dari hasil penjualan Polymerase Chain Reaction (PCR).
Tudingan soal PCR tersebut bermula muncul dari pertanyaan salah seorang warganet.
“Dapat komisi berapa persen dari penjualan PCR Prof?,” tanya akun @OmKiki10.
Kemudian Prof Zubairi Djoerban pun menjelaskan soal posisi tes PCR dan vaksin Covid-19.
Menurutnya, tes PCR berada di posisi yang sama dengan vaksin Covid-19, yakni sama-sama menempati posisi penting dalam upaya melawan pandemi Covid-19.
“Posisi saya jelas. Sama seperti vaksin, tes PCR sangat penting untuk melawan pandemi,” ungkap Ketua Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 itu melalui akun Twitternya, seperti dikutip Galamedia, Sabtu, 23 Oktober 2021.
Baca Juga: Dengan Memakai Masker Sempurna, Anak-anak Sudah Boleh Naik Kereta Api
Walaupun begitu, baginya, para dokter tidak pernah menerima komisi dari penjualan PCR.
“Tapi jangan dipahami dokter itu mendapat komisi dari penjualan PCR. Tidak nyambung,” tegas Prof Zubairi Djoerban.
Di samping itu, ia juga berharap pemerintah dapat memberikan pelayanan tes PCR kepada masyarakat secara cuma-cuma.
“Bahkan karena penting, harusnya tes PCR bisa seperti vaksin, yakni gratis. Itu kalau bisa,” harap Prof Zubairi Djoerban.
Menyoroti soal itu, dr. Rakhmad Hidayat melalui akun Twitter-nya, meminta publik untuk tidak menuding tenaga kesehatan (nakes) sebagai penerima komisi dari hasil penjualan PCR.
Baca Juga: Tidak Ada Kasus Siswa atau Guru yang Terpapar Covid-19 di SMP Pasundan 2 Kota Bandung
Menurutnya, para nakes tidak memiliki wewenang penuh atas penetapan harga tes PCR.
“Yang buat kebijakan negara, yang diserang nakesnya. Seolah-olah yang buat kebijakan atau ngasih saran nakesnya,” cuitnya, seperti dikutip Galamedia, Sabtu, 23 Oktober 2021.
“Udah benar pemikiran saya. Bodo amat sama negara hahaha. Terserah hahaha,” sambungnya. ***
