Kaget Ada yang Bergerak di Perut, Lakukan Aborsi Bocah 11 Tahun Gugurkan Janin Kakeknya Sendiri

- 15 November 2021, 16:18 WIB
Ilustrasi janin.
Ilustrasi janin. /Pixabay/nicosapelaths

GALAMEDIA - Seorang bocah asal Bolivia berusia 11 tahun membuat orangtuanya kaget bukan kepalang saat ketahuan hamil. Dan pengakuan berikutnya membuat keluarga terguncang.

Si bocah mengaku berulang kali diperkosa kakeknya. Berurai airmata ia  mengaku tak ingin menjadi ibu. Meski demikian pihak keluarga menentang keinginannya untuk aborsi menyusul tekanan dari organisasi Katolik.

Dikutip Galamedia dari DailyMail pekan ini, saat kasus mencuat, publik Bolivia mendukung keinginan si bocah menggugurkan kandungan yang telah  berusia 21 bulan.

Baca Juga: Anggaran Penanganan Banjir di DKI Jakarta Paling Besar, Riza Patria: Setiap Tahun Tak Pernah Kurang Rp2 T

Korban mengaku baru menyadari dirinya hamil saat merasakan ada yang bergerak-gerak dalam perutnya. Ia pun kaget hingga menangis tak mau menjadi ibu dan ingin menggugurkan kandungan.

Pihak keluarga kemudian mengalah dan membiarkan korban menjalani aborsi. Diketahui ia dihamili sang kakek yang berusia 61 tahun. Aksi dilakukan di kediamannya di Yapacani, kota yang terletak di Provinsi Ichilo, Santa Cruz.

Outlet media lokal Pagina Siete mengatakan, sempat mendukung aborsi  yang diinginkan sang anak, ibu bocah di bawah umur itu berubah pikiran setelah sebuah organisasi Katolik memanggilnya.

Baca Juga: Nadya Arifta Berpose dengan Nagita Slavina, Kekasih Kaesang Ini Malah Kena Bully Netizen: Kok Mudaan Mama Gigi

Laporan Debate, ibu korban mendapat tekanan hingga tak meluluskan keinginan buah hatinya.

Namun hal ini bertentangan dengan keinginan dokter  dan otoritas peradilan yang menyarankan agar kehamilan dihentikan. Pertentangan ini memicu protes di tengah publik.

Dan beberapa minggu setelah membatalkan aborsi, si ibu sekali lagi berubah pikiran dan sang putri akhirnya menggugurkan kandungan pada Senin, 8 November lalu. Tak jelas mengapa ibunya berubah pikiran.

Jeyson Auza, Menteri Kesehatan dan Olahraga Bolivia, mengatakan, “Dia dalam kondisi stabil dan kami telah mengambil semua tindakan pencegahan yang diwajibkan hukum untuk melindungi hak atas kesehatan dan kehidupan."

Baca Juga: Prabowo Subianto Tegur Fadli Zon Gegara Sentil Jokowi, Fahri Hamzah: Ini Negara Demokrasi Bukan Otoriter

Tersangka yang tidak disebutkan namanya, saat ini ditahan. Disebut outlet l El Deber, korban dan kakaknya yang berusia 15 tahun tinggal di bawah asuhan tersangka sejak Februari lalu.

Ini karena ibu dan ayah mereka masing-masing bekerja di ibu kota La Paz sebagai juru masak dan tukang batu. Kondisi yang sepi dijadikan pelaku sebagai kesempatan untuk menggagahi korban yang tak berdaya melawan.

Dokter memberitahu keluarga korban hamil 21 minggu setelah USG pertama. Aborsi sendiri ilegal di Bolivia, namun pengecualian diberikan dalam kasus serangan seksual, cacat bawaan atau ketika nyawa ibu dalam bahaya.

Baca Juga: Tangki Kilang Pertamina Cilacap Terbakar Akibat Petir, Mardani Ali Sera: Investigasi Mesti Dipercepat!

Kapala Women's House Bolivia, Ana Paola García mengatakan kepada surat kabar EFE, korban baru menyadari dirinya hamil saat merasakan gerakan aneh di perutnya.

Ia memberitahukan ini pada sepupunya yang kemudian melapor pada ibunya. Sementara pengaduan pada aparat dilayangkan bibi korban.

“Dia tidak ingin menjadi seorang ibu,” kata García. Dia mengakui bahwa terminasi janin bukan sesuatu yang mudah tetapi bocah 11 tahun menurutnya tidak mungkin menjalani proses kehamilan normal.

“Dia diberi obat terminasi kehamilan. Tidak mungkin bagi kami untuk memaksa seorang gadis berusia 11 tahun menjalani proses kehamilan sembilan bulan, itu sebuah siksaan,” paparnya.

Baca Juga: Polisi Siap Kerahkan Personel Untuk Gantikan Posisi Pak Ogah, Polresta Bogor: Masyarakat Tak Perlu Takut

García mengatakan ada 39.999 kehamilan anak di bawah 18 tahun di Bolivia pada 2020 atau rata-rata 109 anak perempuan per hari.

"Situasi ini mengkhawatirkan, kekerasan seksual masih melanda Bolivia dan anak perempuan terus menjadi korban utama," tambahnya.

Aborsi telah dilegalkan di Bolivia sejak 1970 dalam kasus dugaan pemerkosaan atau penyerangan seksual. Namun hal itu baru bisa dilakukan tanpa perintah pengadilan sejak putusan konstitusi pada tahun 2014.

Sejak itu hanya diperlukan dokumen yang ditandatangani korban untuk  prosedur aborsi.

Baca Juga: 5 Kreasi Gorengan dari Kulit Lumpia yang Mudah dan Lezat!

Di tengah spekulasi Gereja Katolik Bolivia sempat membuat ibu korban menentang aborsi, pihak  gereja mengatakan 'satu-satunya solusi adalah menyelamatkan, merawat, dan dengan penuh kasih mendukung kedua kehidupan'.

Dikatakan sebuah kejahatan tidak bisa diselesaikan dengan kejahatan lain, aborsi tidak menyembuhkan pemerkosaan, juga tidak memberikan ketenangan pikiran pada hati nurani.

“Sebaliknya, aborsi meninggalkan luka psikologis yang lebih serius untuk waktu yang lama.”

Sementara itu Menteri Dalam Negeri Bolivia, Eduardo del Castillo mengatakan korban harus dievaluasi secara psikologis jika ingin melanjutkan kehamilan.

Baca Juga: Pindah Jam Tayang! Simak Spoiler Ikatan Cinta 15 November 2021: Andin Kontraksi, Al Malah Sibuk Kejar Iqbal

“Bayangkan seorang bocah 11 tahun harus melihat anak akibat pemerkosaan terhadapnya setiap hari. Kami tidak dapat menolerasi perilaku seperti ini di negara kami dan kami tidak dapat menghancurkan kehidupan seorang gadis berusia 11 tahun.”

Sebelumnya perwakilan Ombudsman Anak Yapacaní, Silvia Suazo mengatakan, “Bocah  itu menolak bayinya. Terlebih lagi, dia bahkan tidak berani mengatakan 'sayang'.”

Dikatakannya, korban ingin belajar dan melanjutkan hidup. “Dia sangat takut dan gugup.

Mantan Wakil Ombudsman di Santa Cruz Hernán Cabrera juga mengkritik gereja dan kelompok pro-kehidupan di Bolivia.

Baca Juga: Milad ke-63 dan Pengukuhan 2 Guru Besar, Unisba Songsong Rekognisi Asia dengan Penelitian dan Kerjasama LN

“Korban diperkosa secara brutal. Gereja menyebut  nama Tuhan demi  kehidupan sang bayi tapi bocah itu menderita. Semuanya tersakiti dan tidak menginginkan 'kehidupan' yang tumbuh di dalam rahim korban.”

Cabrera lebih lanjut menegaskan kehidupan bagi korban telah mati. “Dia dihancurkan oleh nafsu binatang pelaku. Dia hanya menjadi salah satu dari banyak gadis yang dilecehkan, diperkosa, dan hamil.”***

Editor: Mia Fahrani

Sumber: dailymail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x