Namun begitu, menurut YY, saat itu ia tidak langsung menanyakan hal itu kepada anaknya, namun lebih memilih mendatangi Kyai keesokan harinya untuk berkonsulatsi tentang kondisi anaknya. Dan setelah beberapa kali berkonsultasi, akhirnya anaknya mau terbuka kepada ibunya tentang apa yang telah menimpanya.
"Anak saya akhirnya mau terbuka sama ibunya, bahkan mengaku sudah melahirkan dan telah punya anak," ucapnya.
YY menyebutkan, saat itu anak korban yang juga merupakan cucunya sudah berusia 1,5 tahun. Selama ini, katanya, pihak keluarga sama sekali tidak merasa curiga karena korban jarang pulang. Korban hanya pulang ke kampungnya pada saat-saat tertentu saja, seperti hari raya atau bila ada keperluan menesak, itu pun tidak lama.
YY menuturkan, dari pengakuan anaknya, bahwa ia sempat menolak saat dipaksa
untuk melayani nafsu bejat gurunya itu, sehingga pada percobaan pertama tersebut gagal, bahkan saat itu baju anaknya sempat ditarik hingga robek.
Namun jelang beberapa hari kemudian, lanjutnya, anaknya itu di ajak ke kantor, lalu kemudian diajak ke hotel.
Menurut YY, setelah semua kejadian yang menimpanya itu, saat ini anaknya sudah tidak mau lagi sekolah, bahkan kini lebih pendiam dan selalu murung. Ia pun berharap, atas perbuatan yang telah dilakukannya, pelaku dihukum seberat-beratnya karena telah merusak masa depan dan kebahagiaan anaknya.
"Harapannya ya (pelaku) di hukum seberat-beratnya, kalau kata orang mah di kebiri lah soalnya sudah sangat biadab dan tidak bisa dimaafkan. Sakitnya anak sakitnya orang tua, sampai sekarang anak saya enggak mau lagi sekolah, putus sekolah," ucapnya.
Lebih Kuat
Sementara itu, Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Garut, Diah Kurniasari Gunawan, menyebutkan saat ini semua santriwati asal Garut yang menjadi korban pencabulan gurunya di Bandung posisinya sudah ada di ibunya masing-masing.
Menurutnya, kondisi para korban juga sekarang sudah lebih kuat, karena pihaknya sudah mempersiapkan kalau akhirnya kasus ini terbuka, mereka harus siap.
"Insya Allah sekarang mereka lebih kuat. Sekarang mereka didampingi psikolog kami. Trauma healing bukan hanya untuk anak-anak tapi orang tua juga," katanya.
Diah menyebutkan, sekarang pihaknya tinggal memantau, karena dari awal kejadian pihaknya juga selalu ada di sisi mereka (para korban). Dan mereka juga sudah ada yang sekolah, karena mereka memang ingin sekolah.