Tagih Inovasi Disparbud Kota Bandung, Wakil Ketua DPRD: Terlalu Lama Pengusaha Jasa Wisata Tiarap

- 16 Januari 2022, 19:29 WIB
Wakil Ketua I DPRD Kota Bandung Ade Supriadi.
Wakil Ketua I DPRD Kota Bandung Ade Supriadi. /Dok DPRD Kota Bandung.

 

GALAMEDIA - Pulihkan ekonomi dari sektor pariwisata, DPRD Kota Bandung menagih inovasi kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung untuk kebangkitan ekonomi dari sektor pariwisata.

Terlebih, saat ini sudah memasuki tahun pemulihan ekonomi dari pandemi Covid-19.

Wakil Ketua DPRD Kota Bandung Ade Supriadi mengatakan, banyak warga, komunitas, dan pengusaha yang bergantung pada usaha wisata.

Namun, saat ini masih menunggu kebijakan dan terobosan dari Disbudpar Kota Bandung.

“Sudah terlalu lama para pegiat usaha jasa wisata ini tiarap karena pandemi. Butuh inovasi supaya ekonomi mereka bangkit. Jangan sampai seniman, musisi, dan budayawan beralih profesi dan meninggalkan keahliannya, dan Bandung bakal lenyap dari peta kota kreatif dan kiblat seni nasional,” ujar Ade, Ahad, 16 Januari 2022.

Baca Juga: Viral ‘Gus Arya Tantang Allah di Mana’ Warganet Desak Polisi Bertindak #TangkapGusArya

Setiap weekend, kata Ade, banyak kendaraan wisatawan datang ke Kota Bandung melalui gerbang tol salah satunya pintu Tol Pasteur.

Kemungkinan besar mereka menginap di hotel-hotel yang ada di Kota Bandung, namun memilih berwisata di Kabupaten Bandung atau Kabupaten Bandung Barat.

"Agak sulit menemukan destinasi wusata di Kota Bandung yang didesain oleh Pemerinta Kota. Padahal di sektor pariwisata, Bandung banyak dikenal sebagai kota jasa," ungkapnya.

Kota Bandung, ungkapnya, harus terus berinovasi termasuk di sektor pariwisata. Karena apabila suatu saat wilayah tetangga ramai oleh investor dan banyak dibangun hotel, maka Kota Bandung hanya akan menjadi jalur perlintasan kendaraan wisatawan yang keluar Tol Pasteur.

"Kalau itu terjadi, maka hotel, restoran, perajin, atau usaha yang terkait wisata Bandung akan semakin teriak," tegasnya.

Diharapkannya, Disbudpar segera munculkan inovasi agar sektor pariwisata terus tumbuh dan berkembang.

Baca Juga: Predator Seksual Herry Wirawan Dituntut Mati, Wapres Ingin Hukuman Agar Tidak Berulang

"Bandung masih beruntung terbantu startup yang menawarkan jasa promo hotel, yang mempengaruhi wisatawan menginap di Bandung. Beruntung pula atas kerja keras pemilik kuliner dan resto, yang menjaga citarasa demi menggoda wisatawan, tanpa bantuan pemerintah,” katanya.

Menurutnyan, saat ini nyaris tidak ada ruang yang dihidupkan pemerintah agar bisa menjadi daya tarik pariwisata.

Sekalinya hadir lewat event-event tahunan, usaha yang dilibatkan tidak merata. UMKM (usaha mikro, kecel dan menengah) gigit jari menonton venue yang dibatasi bagi tenant dan vendor bermodal.

Selain itu, lanjutnya, kota Bandung juga minim acara budaya musik dan budaya. Sehingga rasanya terlalu berat dengan label Kota Kreatif. Seniman, musisi, dan budayawan menanggung sendiri biaya acara. Belum lagi izin acara yang memberatkan.

“Tahun pemulihan di 2022 ini harus menjadi pembuktian Disbudpar untuk membuka kembali kebangkitan ekonomi warga Kota Bandung. Permudah perizinan supaya seniman, musisi, budayawan, pengusaha UMKM, atau pegiat kreatif bisa merangkak mendapat hak, karena mereka juga pembayar pajak,” katanya.

Ade menilai, wisata Kota Bandung seolah tak berkonsep. Tak ada desain yang mampu memberi kenyamanan bagi para pelancong.

Untuk itulah, Ade mendorong Disbudpar untuk menjadi leading sector yang bisa menjadi penyambung koordinasi SKPD pendukung kenyamanan dan keamanan wisatawan.

Baca Juga: MENGEJUTKAN! Beredar Video Makam Upin Ipin di Dunia Nyata, Begini Cerita Lengkapnya

Seperti halnya kawasan Alun-alun yang belum disentuh oleh Disbudpar. Karena itulah, kerja sama dengan SKPD lainnya sangat dibutuhkan.

Salah satu kawasan yang terkonsep adalah Braga, turis pun dibuat nyaman berada di kawasan ini. Belum lagi, dukungan usaha kuliner sekitarnya. Diharapkan, kenyamanan dan keamanan bisa terjaga.

"Buat papan pemandu zona kuliner bagi wisatawan. Cantumkan makanan khas yang jadi unggulan setiap pedagang. Buat menu dengan harga tertera disimpan di tempat jualan, supaya tidak ada transaksi getok harga," ungkapnya.

"Jangan lupa, ada keluhan para pedagang basemen Alun-alun yang terbenam bersama dagangannya, di bawah rumput sintetis," ungkapnya.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x