Gara-gara Sikap Amerika, Pangeran Mahkota Saudi MBS Tolak Turunkan Harga Minyak di Tengah Krisis Rusia-Ukraina

- 9 Maret 2022, 23:49 WIB
GalamediaNews
GalamediaNews /

GALAMEDIA - Putra mahkota Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, dua negara yang dapat segera memenuhi kebutuhan minyak usai boikot atas Rusia, terungkap sama-sama tak mengindahkan upaya Presiden Amerika Serikat Joe Biden untuk berdialog.

Sikap dingin keduanya menjadi tanggapan atas pemerintahan Biden yang tak memihak Arab Saudi dan UEA dalam perang di Yaman.

Baca Juga: Bruno Cantanhede Jadi Pahlawan, Persib Terus Tempel Bali United di Puncak Klasemen dengan 63 Poin

Dikutip dari DailyMail, Rabu 9 Maret 2022, Mohammed bin Salman, putra mahkota Arab Saudi  (36) dan Sheikh Mohammed bin Zayed al Nahyan (60) menolak tawaran dialog terkait stabilitas harga minyak dari Gedung Putih.

Invasi Rusia atas Ukraina membuat harga minyak melambung hingga lebih dari $130 per barel untuk pertama kalinya dalam hampir 14 tahun.

Baca Juga: Ustadz Abdul Somad Dukung Rusia atau Ukraina? Simak Jawabannya Ini

Saudi dan UEA menjadi dua negara Teluk produsen minyak utama yang dapat memompa jutaan barel minyak untuk menstabilkan pasar minyak mentah saat harga BBM Amerika berada di level yang tinggi.

Energi terbarukan saat ini belum menghasilkan jumlah daya yang cukup untuk menutupi kebutuhan akan minyak dan proses produksinya tidak dapat ditingkatkan dalam waktu cepat.

Awal pekan ini Biden mengaku 'tidak bisa berbuat banyak' soal harga gas yang tinggi dan mengatakan kondisi ini adalah kesalahan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Baca Juga: Reza Arap Terseret dalam Kasus Doni Salmanan dan Harus Mengembalikan Uang Rp 1 M yang Pernah Diterima

Keterangan pejabat AS kepada The Wall Street Journal mengonfirmasi mendeknya upaya diskusi dengan pemimpin Saudi .

"Ada harapan untuk melakukan panggilan telepon, tetapi itu tidak terjadi,” ujarnya. “Ini sedianya bagian dari memastikan  pasokan minyak dari Saudi.

Biden sendiri tak pernah berbicara langsung dengan Pangeran Mahkota Saudi Mohammed bin Salman karena alasan pelanggaran HAM menyusul kasus pembunuhan jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi.

Baca Juga: TOP BigBang Mengaku Hampir Bunuh Diri karena Depresi, dan Kontroversi Narkobanya Pengalaman Terburuk

Biden hanya bersedia berbicara dengan ayah Pangeran Mohammed bin Salman yang saat ini berusia 86 tahun, Raja Salman pada 9 Februari lalu.

Kementerian Luar Negeri UEA mengatakan panggilan telepon antara Biden dan Sheikh Mohammed akan dijadwalkan ulang.

Keengganan mereka untuk terlibat dengan AS memicu kekhawatiran bagi Biden, yang pada hari Selasa mengumumkan bahwa Amerika mengakhiri impor minyak Rusia AS sebagai pembalasan atas invasi Ukraina.

Baca Juga: Amerika Serikat Ketar-Ketir 30 Laboraturium Biologi di Ukraina Terbongkar, Kemenlu Laporan ke Senat AS

Tahun lalu, sekitar 8 persen impor minyak dan produk minyak AS berasal dari Rusia.

Total impor minyak ini  setara dengan 245 juta barel pada tahun 2021, sekitar 672.000 barel minyak dan produk minyak per hari.

Kanada dapat memasok AS dengan sepertiga dari minyak yang biasanya diimpor negara itu dari Rusia, kata para analis.

Tetapi AS mencari alternatif lain  dan Biden memilih mengirim utusan ke Venezuela.

Baca Juga: Reza Arap Terseret dalam Kasus Doni Salmanan dan Harus Mengembalikan Uang Rp 1 M yang Pernah Diterima

Sebelumnya dua pejabat senior AS, Brett McGurk, koordinator Timur Tengah untuk Dewan Keamanan Nasional dan Amos Hochstein, utusan energi Departemen Luar Negeri melakukan perjalanan ke Riyadh dan Abu Dhabi akhir bulan lalu untuk mencoba meredakan ketegangan.

Kedua pemimpin Teluk itu marah dengan tanggapan pemerintah Biden terhadap perang tujuh tahun di Yaman antara pemerintah yang didominasi Houthi yang didukung Iran dan koalisi pimpinan Saudi yang menentang mereka.

Halaman:

Editor: Mia Fahrani

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x