GALAMEDIA - Memasuki pekan ketiga invasi Rusia ke Ukraina yang dimulai pada 24 Februari, Presiden Vladimir Putin tidak menunjukkan tanda-tanda mundur.
Meskipun Putin bersikeras Rusia tidak membom Ukraina, foto-foto serangan udara dan darat menunjukkan puing-puing gedung di sejumlah kota utama Ukraina seperti Kyiv, Mariupol dan Khirkiv.
Bagaimanapun perang Rusia dan Ukraina diharapkan segera berakhir.
Baca Juga: Profil Olena Zelenska, First Lady Ukraina yang Bersumpah Takkan Menangis demi Zelensky
Dikutip dari DailyMail pekan ini, sejumlah pakar memberikan prediksi terkait akhir perang Rusia - Ukraina.
Berikut skenario yang mungkin terjadi dalam minggu atau mungkin bulan-bulan mendatang, berdasar sumber pemerintah Barat dan pakar think-tank.
1. Kebuntuan militer: Putin kalkulasi ulang perang
Pasukan Ukraina sejauh ini memberi perlawanan pada tentara invasi Rusia.
Ukraina mampu menghalau pasukan penerjun payung Rusia merebut ibu kota dan tetap menguasai kota-kota besar seperti Kharkiv dan Mariupol.
Meskipun Rusia mengklaim memiliki superioritas udara penuh, pertahanan udara Ukraina di sekitar Kyiv dan titik lainnya tetap melawan meski terdegradasi dari sisi amunisi.
Demikian dikatakan seorang pejabat Barat. "Ini memberi Rusia begitu banyak masalah," kata sumber Eropa kepada wartawan yang meminta syarat anonimitas.
Baca Juga: TIGA Cara Selamatkan Diri dari Gempa Bumi Saat di Rumah dan Gedung Tinggi
Warga Ukraina juga dengan sukarela bergabung di unit pertahanan teritorial dan di saat yang sama muncul pertanyaan tentang moral tentara Rusia dan dukungan logistiknya.
Didukung amunisi canggih buatan Barat dan rudal anti-tank serta perlawanan keras di darat dan udara, pasukan Ukraina diperkirakan dapat bertahan di ibu kota dan memaksakan kebuntuan militer.
Sanksi Barat yang mulai mencekik ekonomi Rusia kemungkinan akan memaksa Putin mengubah perhitungan.
Baca Juga: Picu Perdebatan Israel, Vogue Hapus Palestina dari Postingan Ukraina Gigi Hadid
Samuel Charap dari Rand Corporation, think-tank AS menyebut Barat bisa memanfaatkan sanksi guna mendorong Putin melupakan tujuan inti perang yaitu menggulingkan pemerintahan resmi Ukraina dan mengangkat pejabat pro-Rusia.
“Tekanan dari Beijing, sekutu dekat Kremlin di bawah Presiden Xi Jinping, juga diperlukan,” ujarnya.
Baca Juga: Amerika Putar Otak, Cegah Putin Jual Cepat Cadangan Emas Rp 1.902 Triliun di Tengah Perang Rusia - Ukraina
2. Kudeta Putin: Anti-perang meluas, oligarki melawan
Presiden Rusia Vladimir Putin menjadikan protes domestik atas perang Ukraina sebagai perang dalam negeri.
Tindakan keras terhadap media independen dan penyedia berita asing membuat sumber informasi alternatif terkait perang Ukraina tak lagi tersedia di Rusia dan memperkuat cengkeraman media negara yang ultra-loyal.
Namun demonstrasi anti-perang tetap terjadi di kota-kota seperti Saint Petersburg hingga Moskow.
Setidaknya 6.000 orang ditangkap, demikian laporan kelompok HAM Rusia.