Sejarah Perjuangan RA Kartini : Bukan Sekedar Identik dengan Kebaya dan Pawai Baju Daerah

- 18 April 2022, 12:56 WIB
Sejarah Perjuangan RA Kartini : Bukan Sekedar Identik dengan Kebaya dan Pawai Baju Daerah/made blog.com/
Sejarah Perjuangan RA Kartini : Bukan Sekedar Identik dengan Kebaya dan Pawai Baju Daerah/made blog.com/ /

GALAMEDIA - Mungkin hampir semua orang di Indonesia tahu tentang hari Kartini, hari di mana anak-anak sekolah biasanya didandanin pake kebaya dan baju daerah.

Hari ceria yang menghiasi masa kecil kita semua dengan pameran busana daerah, acara tarian daerah, lagu-lagu, pentas seni, bazar, dan lain sebagainya.

Sosok Kartini menjadi begitu identik dengan kebaya, pakaian daerah, dan tradisi seremonial tiap tahun. 

Baca Juga: My Sassy Girl Tayang Di Bioskop Kapan? Intip Tanggal Tayang Lengkap dengan Deretan Pemainnya

Namun sudah dua tahun kita tidak merayakan hari Kartini seperti tahun-tahun sebelumnya,  karena adanya pandemi Covid-19 yang bikin kita harus jaga jarak.

Namun meski kita merayakan seperti tahun-tahun sebelumnya kita bisa merayakannya dengan mengenal siapakah sebenarnya RA. Kartini dan apa saja yang dia lakukan untuk kaum wanita saat itu?

So, simak terus ya sampai selesai.

Baca Juga: Pesawat Aldebaran Dibuat Hilang Kontak, Fans Ikatan Cinta 'Ngamuk' Hingga Tagar #ByeIkatanCinta Trending

Bisa jadi, hampir semua orang di Indonesia pernah mengalami perayaan Hari Kartini.

Mungkin, semua yang membaca tulisan ini juga pernah menyanyikan lagu Ibu Kita Kartini. Kartini memang simbol nasional kita yang luar biasa.

Bahkan dia adalah satu-satunya tokoh nasional yang diperingati hari kelahirannya – 21 April, karena presiden pertama Indonesia Soekarno saja tidak diperingati hari kelahirannya.

Baca Juga: 48 Orang Tewas Setelah Serangan Lintas Perbatasan Afghanistan - Pakistan

Mungkin hanya RA. Kartini juga  satu-satunya tokoh nasional yang dibuatkan lagu secara khusus (Ibu Kita Kartini).

Namun,  di sisi lain, berapa banyak orang Indonesia yang tahu kisah kehidupan Kartini dan gagasan seperti apa yang ia perjuangkan?

Siapakah sosok Kartini sebenarnya? Bagaimana mungkin hidup seorang wanita yang hanya berumur 25 tahun, bisa begitu dikenang oleh sebuah negara?

Baca Juga: Intip Tanggal Tayang Pengabdi Setan 2: Komuni, Lengkap dengan Deretan Pemain Beserta Akun Instagramnya

Kartini lahir pada 21 April 1879 di Jepara, pada sebuah masa ketika tanah ini masih bernama Hindia Belanda.

Ia lahir dari kalangan kelas bangsawan Jawa, ayahnya bernama RMA Ario Sosroningrat (selanjutnya disebut Sosroningrat) adalah patih/wedana dan calon bupati Jepara. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, anak seorang mandor pabrik gula.

Peraturan kolonial waktu itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan, oleh karena itu ayah Kartini menikah lagi dengan RA Woerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja Madura – untuk kemudian resmi diangkat sebagai Bupati Jepara.

Baca Juga: Tanggal Tayang Film KKN di Desa Penari Lengkap dengan Deretan Pemerannya

Jadi, Kartini adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Pada masa itu, kedudukan wanita sangat dipengaruhi oleh feodalisme (kebangsawanan) dan adat.

Hal itu menyebabkan, sejak kecil Kartini terbiasa melihat ibunya duduk ngesot, di depan suami, istri kedua, dan anak-anaknya sendiri.

Sifat serba ingin tahu dari RA.Kartini membuat orang tuanya semakin memperhatikan perkembangan jiwanya, Kemudian RA.Kartini dimasukkan ke Sekolah ( Europenes Lagere School, ) dalam asuhan Guru Ny. Ovink Soer dengan sesekali bermain ke Pantai Bandengan 7 Km ke arah utara kota Jepara.

Baca Juga: Tanggal Tayang Film KKN di Desa Penari Lengkap dengan Deretan Pemerannya

Setelah lulus dari Europenes Lagere School, Kartini ingin melanjutkan  ke sekolah yang lebih tinggi, Kartini berlutut dan memohon pada ayahnya untuk melanjutkan sekolah ke Hogere Burger School (HBS) di Semarang.

Ayah Kartini yang terkenal progresif itu pun melarang Kartini untuk “mengacaukan” tatanan istiadat bangsawan Jawa dan harus mematuhi tuntutan adat untuk dipingit dan harus bersedia menerima lamaran lelaki tanpa memiliki hak untuk bertanya, apalagi menolak.

Hari-hari awal dipingit, Kartini bosan, jenuh, dan sedikit iri dengan teman-teman maupun saudara-saudaranya yang bersekolah.

Halaman:

Editor: Mia Fahrani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x