Inggris Kirim Armada Perang ke Laut China Selatan, China Ingatkan Langkah Itu Akan Sangat Berbahaya

- 20 Juli 2020, 10:09 WIB
HMS Queen Elizabeth. (The Sun)
HMS Queen Elizabeth. (The Sun) /

GALAMEDIA - Otoritas China memperingatkan Inggris agar tidak mengirimkan kapal induk HMS Queen Elizabeth dan sejumlah kapal perangnya ke Laut China Selatan untuk bergabung dengan Armada AS dan Jepang. Disebutkan, langkah tersebut akan sangat berbahaya.

Reaksi Beijing disampaikan Duta Besar China untuk Inggris, Liu Xiaoming, kepada surat kabar The Times. "Itu akan menjadi langkah yang sangat berbahaya," katanya.

Liu Xiaoming menyatakan, ketika London memutuskan hubungan dagang dengan Uni Eropa akhir tahun ini, seharusnya tidak bersatu dengan AS melawan China dengan penyebaran militer.

Baca Juga: Pelaku Pembunuhan Editor Metro TV Yodi Prabowo Segera Terungkap, Polisi Temukan Petunjuk Baru

"Setelah Brexit (Inggris keluar dari Uni Eropa) saya pikir Inggris masih ingin memainkan peran penting di dunia," katanya kepada surat kabar itu, yang dilansir AFP, Senin (20/7/2020).

"Ini bukan cara untuk memainkan peran penting."

The Times pada pekan lalu melaporkan perencana militer Inggris telah menetapkan rencana untuk menempatkan kapal induk HMS Queen Elizabeth di Pasifik sebagai bagian dari aliansi internasional untuk melawan China.

Kapal senilai 3,1 miliar poundsterling itu akan berlayar pada penempatan perdananya tahun depan, dalam sebuah tur yang mencakup wilayah itu di tengah kekhawatiran atas kebebasan navigasi di Laut China Selatan.

Baca Juga: Mendadak Erdogan Kunjungi Hagia Sophia

Tetapi kemungkinan mengerahkan kapal induk di sana lebih permanen muncul karena ketegangan antara London dan Beijing meningkat terkait sejumlah masalah, dan karena hubungan AS-China juga memburuk secara nyata.

Inggris pada Selasa tunduk pada tekanan berkelanjutan dari Washington dan memerintahkan penghapusan bertahap raksasa telekomunikasi China, Huawei, dari jaringan 5G-nya meskipun ada peringatan pembalasan dari Beijing.

Liu Xiaoming menyebut langkah itu sebagai "keputusan yang mengecewakan dan salah" dan telah memperkirakan akan menyedot miliaran poundsterling investasi di Inggris dari perusahaan-perusahaan China.

Baca Juga: Valentino Rossi Gagal Finis di MotoGP Spanyol 2020, Ini Penjelasan Bos Tim Yamaha

"Sekarang semua hal (telah) berubah," katanya kepada The Times, yang menambahkan Huawei sekarang "contoh" untuk perusahaan China lainnya.

Inggris dan China juga telah berselisih mengenai Hong Kong, setelah Beijing memberlakukan undang-undang keamanan nasional yang kontroversial di bekas wilayah kolonial Inggris tersebut.

London mengatakan sebagai respons-nya akan menawarkan penduduk Hong Kong jalur yang lebih luas untuk mendapatkan kewarganegaraan Inggris. Hal itu dapat membuka jalan bagi lebih dari tiga juta warga Hong Kong untuk pindah ke Inggris.

Nathan Law, salah satu aktivis demokrasi muda yang paling menonjol, mengumumkan pada hari Senin bahwa dia telah pindah ke Inggris karena undang-undang keamanan baru yang diberlakukan China di Hong Kong merupakan undang-undang yang kejam.

Baca Juga: Usai Gigit Pasien Positif Covid-19, Nyamuk Bisa Tularkan Virus Corona ke Orang Lain?

Undang-undang itu menghukum orang-orang yang dituduh subversi, melakukan hasutan, terorisme, dan kolusi asing. Ancamannya termasuk penjara hingga seumur hidup.

Law mengatakan kepada The Times keputusannya pindah ke Inggris adalah langkah strategis untuk gerakan ketimbang pilihan pribadi.

"Di Hong Kong, orang tidak lagi memiliki kebebasan berekspresi dan menghadapi intimidasi, penahanan sewenang-wenang dan penggunaan kekerasan oleh polisi secara sewenang-wenang," ujarnya.

"Keberadaan saya adalah sinyal peringatan. Untuk mengingatkan orang bahwa Hong Kong yang dulu Anda kenal sudah tiada," imbuh dia.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x