Deplu AS Sebut Konsulat China di Houston Pusat Pencurian Penelitian dan Spionase

- 23 Juli 2020, 08:58 WIB
Konsulat China di Houston, Amerika Serikat.
Konsulat China di Houston, Amerika Serikat. /


GALAMEDIA -  Amerika Serikat (AS) pada Rabu (22/7/2020) memerintahkan China untuk menutup konsulatnya di Houston. Hal tersebut membuat kemarahan Beijing, hingga yang menyebut tindakan tersebut sebagai “eskalasi permusuhan”.

Mengenai isu tersebut, Pejabat Tinggi Asia Timur di Departemen Luar Negeri AS, David Stilwell menyatakan konsulat China di Houston adalah pusat dari upaya militer China untuk meningkatkan keunggulan perangnya dengan mengirim siswa ke universitas AS.

"Kami mengambil langkah praktis untuk mencegah mereka melakukan itu," kata Stilwell kepada New York Times.

Baca Juga: Ini Hasil Pertadingan Pekan Ke-37 Liga Inggris Sejak Ahad 19 Juli - Kamis 23 Juli 2020

Stilwell juga menuduh konsul jenderal China di Houston dan diplomat lain di sana baru-baru ini terlibat dalam kegiatan yang mencurigakan di bandara internasional Houston. Mereka mengawal warga China ke dalam penerbangan carteran ke China.

Sementara itu Wakil Menteri Luar Negeri AS, Stephen Biegun mengatakan kepada Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS keputusan itu dibuat sebagai tanggapan atas "bidang yang telah lama menjadi perhatian."

Baca Juga: Menteri Pertahanan RI Prabowo Diminta Batalkan Pembelian Jet Tempur Eurofighter Typhoon Bekas

Dia mengatakan bidang itu termasuk pencurian kekayaan intelektual dan spionase komersial, serta perlakuan tidak adil terhadap diplomat AS, eksportir, investor dan media di China dan penyalahgunaan oleh dinas keamanan China dari sikap AS yang menyambut terhadap mahasiswa dan peneliti China.

Sebelumnya, Departemen Luar Negeri AS menyebut konsulat China di Houston ditutup untuk "untuk melindungi kekayaan intelektual Amerika dan informasi pribadi orang Amerika".

Penutupan itu diperintahkan hanya sehari setelah Departemen Kehakiman AS mendakwa dua warga negara China atas apa yang disebutnya kampanye spionase dunia maya selama satu dekade yang menargetkan kontraktor pertahanan, peneliti Covid-19 dan ratusan korban lainnya di seluruh dunia.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x