Di Masa Pandemi Covid-19 Bisnis Sex Toy Kian Menggila, Amerika Serikat dan Eropa Jadi Pasar Terbesar

- 24 Juli 2020, 15:17 WIB
Perekonomian China cepat pulih akibat tingginya permintaan sex toy dari sejumlah daerah. (Foto: South China Morning Post)
Perekonomian China cepat pulih akibat tingginya permintaan sex toy dari sejumlah daerah. (Foto: South China Morning Post) /

GALAMEDIA - Sejak wabah virus corona (covid-19) melanda, produsen sex toy (alat bantu seks) mengalami lonjakkan permintaan signifikan. Pandemi justru memberikan secercah harapan pada industri tersebut di China.

Secara umum ekonomi China, khususnya sektor manufaktur dan ekspor, jatuh saat puncak wabah terjadi di awal tahun. Indeks pembelian manufaktur resmi jatuh ke level terendah sepanjang masa di Februari. Angka ekspor pun menyusut 17,2 persen pada bulan Januari dan Februari.

Setelah itu, perekonomian secara keseluruhan mengalami pemulihan. Bahkan, akselerasi bisnis industri sex toy kian bergairah manakal terjadi isolasi dan lockdown di sejumlah tempat. Salah satu produsen sex toy di Shandong mengungkapkan peningkatan ekspor dan penjualan domestik melonjak 30 persen.

Baca Juga: Meek Mill Bantah Tudingan Selingkuh, Beredar Foto yang Membuat Kanye Pilih Cerai dari Kim Kardashian

Manajer penjualan luar negeri Violet Du mengatakan Libo Technology yang berbasis di Shandong terpaksa menambah jumlah pegawai sekitar 25 persen.

"Lini produksi kami berjalan sepanjang waktu, dan pekerja kami bekerja dalam dua sif untuk memenuhi permintaan pasar," ungkap Violet Du seperti dilansir South China Morning Post, Kamis (23/7/2020).

Ia menyebutkan, negara Prancis, Amerika Serikat (AS), dan Italia telah menjadi pasar ekspor paling aktif selama empat bulan terakhir. Sementara untuk penjualan domestik cenderung melambat seiring China mulai bisa mengendalikan wabah Corona.

Baca Juga: Warga China Marah, Tuntut Beijing Tutup Konsulat AS di Hong Kong dan Macau Selain Chengdu

"Lini produksi kami berjalan sepanjang waktu, dan pekerja kami bekerja dalam dua sift untuk memenuhi permintaan yang melonjak," kata Du.

Menurutnya, tingginya permintaan produk sex toy tersebut sebagai dampak adanya lockdown di sejumlah negara. Sehingga perkiraannya, ekspor ke AS dan beberapa negara Eropa akan terus meningkat karena langkah-langkah pembatasan sosial akibat virus tetap ada.

Salah satu sex doll produksi Aibei Sex Doll Company yang dijual di Alibaba.
Salah satu sex doll produksi Aibei Sex Doll Company yang dijual di Alibaba.


Pabrikan yang berbasis di Dongguan, Aibei Sex Doll Company juga telah meningkatkan jumlah pegawai. Namun Manajer Umum Aibei Sex Doll Company Lou mengatakan, pabriknya lebih cenderung membatasi produksi dengan menolak sejumlah pesanan.

Aibei memproduksi sekitar 1.500 boneka seks per bulan, dengan harga mulai dari 2.200 yuan - 3.600 yuan (berkisar Rp 4,5 juta - 7,5 juta). Kini Lou bersikeras dengan kapasitas yang lebih besar hingga penjualan melonjak lebih dari 50 persen.

"Ini adalah ceruk pasar di China, karena budaya Cina relatif konservatif, sehingga semua produk kami berorientasi ekspor, dengan AS dan Eropa menjadi pasar terbesar," kata Lou.

Baca Juga: Sebelum Terbongkar Polisi, Pabrik Rumahan Pil Berbahaya Bisa Produksi 200 Ribu Butir Per Hari

Pabrik-pabrik besar di Dongguan dapat memproduksi sekitar 2.000 boneka per bulan, dengan pabrik-pabrik kecil memproduksi sekitar 300 - 500 unit. Menurutnya, angka tersebut masih jauh di bawah permintaan dari AS dan Eropa saat ini.

Ekspor sex toy China telah meningkat 50 persen sepanjang tahun ini, menurut The Paper yang berbasis di Shanghai, dengan ekspor boneka seks berlipat ganda. Ekspor boneka seks ke Italia telah meningkat lima kali lipat sejak Maret, ketika dikonfirmasi kasus coronavirus mulai muncul.

Berbagai laporan juga menunjukkan permintaan dari AS, Inggris, Denmark, Selandia Baru, dan Australia meningkat ketika langkah-langkah lockdown diberlakukan.

Baca Juga: Materai Kuno Berusia Ratusan Tahun Sebelum Zaman Nabi Isa Lahir Ditemukan di Yerusalem

Pada bulan Maret dan April ketika kasus corona melonjak, Adam and Eve, merek mainan seks populer di Amerika Utara, melaporkan bahwa penjualan online mereka telah meningkat sekitar 30 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Pembuat mainan seks yang berbasis di Berlin, Wow Tech Group melaporkan pada bulan April bahwa penjualan online untuk merek We-Vibe dan Womanizer mereka telah meningkat lebih dari 200 persen.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x