GALAMEDIANEWS- Dentsu, perusahaan pemasaran Jepang menghadapi tuduhan korupsi yang terkait dengan Olimpiade Tokyo dan tidak lagi menjadi pemegang hak siar utama di Asia.
Perjanjian Asia dengan 22 pasar tersebut mencakup Hong Kong, Indonesia, Iran, Taiwan, dan Vietnam, tetapi tidak termasuk Tiongkok, Jepang, atau Korea Selatan.
Baca Juga: 11 SMA Terbaik di Kota Tangerang Banten Berdasarkan Nilai UTBK, Bisa Jadi Referensi PPDB 2023
Baca Juga: Indonesia Open 2023: Ginting Hadapi Jojo di Perempat Final
Pernyataan dari IOC dan Infront tidak menyebutkan Dentsu, yang sebelumnya disebut sebagai "Gatekeeper" yang menjual hak siar Asia kepada penyiar sejak Olimpiade Musim Dingin Sochi 2014 hingga Olimpiade Musim Panas Paris 2024.
Seorang mantan eksekutif Dentsu juga terlibat dalam kasus suap terpisah yang terkait dengan sponsor Olimpiade.
Baca Juga: Regenerasi Atlet Akuatik Olimpiade 2032, Muhammad Farhan Gelar Turnamen Terbuka
Baca Juga: 7 Tempat Wisata di Jawa Barat Tersembunyi Mulai Pulau Biawak Hingga Piramida Hilang, Tes Adrenalin!
Dentsu membantu Tokyo memenangkan kontes penyelenggaraan pada tahun 2013, setelah kalah dalam pemungutan suara sebelumnya untuk Rio de Janeiro empat tahun sebelumnya, dan juga terlibat dalam investigasi Prancis terkait dugaan pembelian suara anggota IOC.
Skandal-skandal di Jepang ini menyebabkan penarikan kandidat Sapporo untuk menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin 2030, yang sebelumnya diunggulkan untuk memenangkannya.
Infront sudah memiliki hak siar Olimpiade di Afrika sub-Sahara dan merupakan mitra lama FIFA dan olahraga musim dingin.
Agensi ini telah dipimpin selama 18 tahun oleh Philippe Blatter, keponakan mantan presiden FIFA dan anggota IOC, Sepp Blatter. Pada tahun 2015, agensi ini dibeli oleh perusahaan Tiongkok, Wanda.***