Palestina dalam Tekanan, AS dan Israel Semakin Mesra dengan UEA

- 1 September 2020, 17:48 WIB
Penasihat Keamanan Nasional Israel Meir Ben-Shabbat, Penasihat Senior Presiden AS Jared Kushner dan Penasihat Keamanan UEA Sheikh Tahnoun bin Zayed Al Nahyan mengadakan pertemuan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Senin 31 Agustus 2020. Ministry of Presidential Affairs/WAM/Handout via REUTERS/FOC/djo (via REUTERS/WAM)
Penasihat Keamanan Nasional Israel Meir Ben-Shabbat, Penasihat Senior Presiden AS Jared Kushner dan Penasihat Keamanan UEA Sheikh Tahnoun bin Zayed Al Nahyan mengadakan pertemuan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Senin 31 Agustus 2020. Ministry of Presidential Affairs/WAM/Handout via REUTERS/FOC/djo (via REUTERS/WAM) /

GALAMEDIA - Hubungan antara Amerika Serikat (AS) dengan Israel dan Uni Emirat Arab (UEA) semakin mesra sehingga diyakini akan berpengaruh terhadap nasib Palestina.

Ketiga negara sepakat untuk melakukan sejumlah kesepakatan, ditandai dengan mendaratnya petinggi AS dan Israel di UEA pada Senin, 31 Agustus 2020.

Memfasilitasi hubungan terbuka antara Israel dan UEA, AS tampak akan lebih menekan Palestina untuk menegosiasikan perdamaian.

Penasihat Senior Gedung Putih, Jared Kushner yang datang ke UEA mengatakan, Washington dapat membantu menjaga military edge atau bantuan militer bagi Israel dalam proses meningkatkan hubungan dengan UEA.

Baca Juga: Bukan September Ceria, Positif Covid-19 Indonesia Bertambah 2.775 Kasus

Ia menyebut UEA sebagai sentra ekonomi terbesar kedua di negara-negara Arab dan kekuatan regional.

Diumumkan pada 13 Agustus lalu, kesepakatan normalisasi itu adalah akomodasi pertama antara negara Arab dan Israel dalam lebih dari 20 tahun.

Namun kesepakatan tersebut membuat Warga Palestina kecewa dengan langkah UAE. Palestina melihatnya sebagai pengkhianatan yang akan melemahkan posisi pan-Arab lama yang menyerukan penarikan Israel dari wilayah yang diduduki.

Termasuk juga penerimaan kenegaraan Palestina dengan imbalan hubungan normal dengan negara-negara Arab. Di sisi lain Kushner meminta warga Palestina tidak harus "terjebak di masa lalu".

Baca Juga: Ada Penambahan 160 kasus, Bali Catat Rekor Tertinggi Harian Kasus Covid-19

"Mereka harus datang ke meja perundingan. Perdamaian akan siap bagi mereka, sebuah kesempatan akan siap untuk mereka saat mereka siap menerimanya," kata Kushner.

Dalam pernyataan bersama, UEA, Israel dan AS mendesak para pemimpin Palestina untuk kembali berhubungan dengan para pimpinan Israel.

Bahkan putra mahkota Abu Dhabi sebelumnya menyatakan komitmen UEA atas terbentuknya negara Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya. Demikian sebagaimana dilaporkan kantor berita negara WAM.

"Perdamaian adalah pilihan strategis, namun tidak dengan mengorbankan perjuangan Palestina," begitu diberitakan WAM.

Baca Juga: PKB Garut Berduka, Dewan Syuro PKB H Mahdi Munawar Tutup Usia

UEA dan Israel akan mendiskusikan kerja sama ekonomi, ilmu pengetahuan, perdagangan, dan kebudayaan dalam kunjungan tersebut.

Penerbangan langsung antara kedua negara juga termasuk dalam agenda tersebut, sebagaimana dikatakan juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel kepada stasiun televisi al Arabiya usai mendarat di Abu Dhabi.

"Inilah bentuk perdamaian untuk perdamaian," kata Perdana menteri Benjamin Netanyahu dalam cuitannya di Twitter.

Dia juga menggambarkan kesepakatan untuk hubungan formal dengan negara Arab yang tidak memerlukan penyerahan tanah yang direbut Israel dalam perang Timur Tengah 1967.

Hal itu disampaikan Netanyahu pada konferensi pers di Yerusalem, Senin, 31 Agustus 2020 malam, dilansir Antara.

Baca Juga: Daftar Tarif Tol Cipularang dan Padaleunyi Setelah Naik Per 5 September 2020

Sementara itu, para pemimpin Palestina mengungkapkan kemarahan atas kesepakatan yang mereka yakini semakin mengikis perjuangan mereka untuk menjadi negara merdeka.

"Perdamaian bukanlah kata kosong yang digunakan untuk menormalkan kejahatan dan penindasan. Perdamaian adalah hasil dari keadilan," kata politisi Saeb Erekat dalam cuitan di Twitter.

"Perdamaian tidak dibuat dengan menyangkal hak Palestina untuk hidup dan memaksakan rezim apartheid. Apartheid adalah apa yang dimaksud Netanyahu dengan perdamaian untuk perdamaian," tambah Saeb Erekat.

Kelompok Islam Hamas, yang mengontrol kantong Palestina di Gaza, juga mengutuk UEA.***

Editor: Lucky M. Lukman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x