Cari Pendukung Melawan China, Amerika Serikat Bikin Huru-Hara di Wilayah Asia Tenggara

- 4 September 2020, 08:14 WIB
Kapal pengintai Amerika Serikat U-2.
Kapal pengintai Amerika Serikat U-2. /

GALAMEDIA - Amerika Serikat (AS) disebut tengah membuat huru-hara di wilayah Asia Tenggara. Selain mendorong negara ASEAN untuk memihaknya, AS berupaya mengganggu perusahaan China untuk berinvestasi.

Pengamat politik Asia-Pasifik Zhao Gancheng menyebutkan AS terus berusaha mengadu domba hubungan antara China dan negara-negara di Asia Tenggara.

Dilansir The Global Times Jumat 4 September 2020, pakar dari Shanghai Institute for Internasional Studies ini pun mengungkapkan AS berupaya mengganggu proyek-proyek investasi antara China dan ASEAN.

Baca Juga: Hari Ini Ketua KPK Firli Bahuri Jalani Sidang

Di antaranya memasukan ke daftar hitam perusahaan China yang ingin melaksanakan proyek di Filipina. Perusahaan itu masuk daftar hitam karena dituduh terlibat dalam proyek pulau buatan di Laut China Selatan.

Selain itu, Zhao Gancheng menyatakan AS ingin mengubah diplomasi ASEAN yang independen menjadi anti-China. Meski demikian, China percaya diri memiliki hubungan ekonomi yang kuat dengan ASEAN.

"Usaha-usaha AS untuk mengajak atau mengancam negara-negara ASEAN untuk memihak tidak akan berhasil sebagaimana China dan negara-negara tersebut memiliki koneksi dalam ekonomi, budaya, dan pertukaran personel berdasarkan keuntungan bersama," ujar Zhao Gancheng yang merupakan direktur dari Center for Asia-Pacific Studies di Shanghai Institute for International Studies.

Baca Juga: Prabowo Subianto Batal Borong Jet Tempur

"Negara-negara Asia Tenggara lebih memilih mengambil posisi diplomatik yang relatif independen ketimbang memihak," lanjut Zhao.

Perdagangan antara China dan ASEAN disebut naik 5,6 persen secara year-on-year pada semester 1 tahun ini meski ada pandemi COVID-19.

Sebelumnya, Amerika Serikat juga baru saja mengkritik proyek One Belt One Road (OBOR) milik China. Kritikan itu berasal dari Kementerian Pertahanan. Proyek OBOR dianggap kurang transparan serta berpotensi merusak lingkungan.

Baca Juga: Menag Ngaku Pernah Dengar Khotbah Menakutkan, Program Penceramah Bersertifikat Kembali Digulirkan

China dilaporkan ingin mendirikan jaringan logistik militer untuk menunjang tentara mereka. AS menyebut Indonesia menjadi salah satu target China dalam pembangunan tersebut.

Informasi itu muncul di laporan Kementarian Pertahanan (Kemhan) AS berjudul Military And Security Developments Involving The People's Republic Of China. Nama Indonesia disebut tiga kali pada laporan itu.

Berdasarkan laporan Kementerian Pertahanan AS, ada sejumlah negara Asia Tenggara hingga Timur Tengah yang China harap bisa gunakan sebagai lokasi fasilitas logistik militer.

Baca Juga: Militer Yunani dan Prancis Dekati Turki, Armada Perang Rusia Merapat Ikut Panaskan Mediterania Timur

Pusat logistik itu digunakan untuk Tentara Pembebasan Rakyat atau People Liberation Army (PLA) milik China. Saat ini, China sudah memiliki pusat logistik militer di Djibouti.

"RRC kemungkinan telah mempertimbangkan Myanmar, Thailand, Singapore, Indonesia, Pakistan, Sri Lanka, Uni Emirat Arab, Kenya, Seychelles, Tanzania, Angola, dan Tajikistan sebagai lokasi untuk fasilitas logistik militer bagi PLA," tulis laporan tersebut.

Pentagon menyebut pusat logistik itu akan mendukung tentara darat, laut, dan udara milik China. Kehadiran pusat logistik seperti itu dianggap bisa menganggu AS.

"Jaringan logistik militer Tentara Pembebasan China bisa saja ikut campur ke operasi-operasi militer AS dan menyediakan fleksibiltas untuk mendukung operasi ofensif melawan Amerika Serikat," tulis laporan tersebut.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x