Situasi Indo Pasifik Kian Berbahaya, Prabowo Beberkan Pertemuannya dengan Menhan China

- 9 September 2020, 23:38 WIB
Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto saat dikunjungi Menteri Pertahanan China Wei Fenghe.
Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto saat dikunjungi Menteri Pertahanan China Wei Fenghe. /



GALAMEDIA - Menteri Pertahanan RI Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto blak-blakan perihal pertemuan dengan Menteri Pertahanan China Wei Fenghe di kantor Kementerian Pertahanan RI, Jakarta, Selasa 8 September 2020.

"Akibat Covid-19 banyak program tertunda. Kunjungan bilateral tertunda. Banyak sekali kegiatan tertunda karena Covid-19. Tapi kita sepakat itu (covid-19) reda, kita akan lanjutkan," katanya Prabowo usai rapat tertutup dengan Komisi I DPR RI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu 9 September 2020.


Perihal rapat yang berlangsung tertutup, Prabowo menuturkan Komisi I DPR RI meminta penjelasan alokasi anggaran yang ditujukan kepada Kemhan, Mabes TNI, TNI AD, TNI AL, dan TNI AU.


Baca Juga: Jet Tempur Su-30 dan J-10 China Berseliweran di Barat Daya Taiwan, Kemenhan Menyerampahi Beijing

"Kemudian kekurangan-kekurangan, kemudian pengajuan kita kembali penjelasan dari Komisi I bertanya maksud pengertian dari beberapa kegiatan dan masalah. Dan tadi kita sudah jelaskan panjang lebar, akhirnya kita perbaiki dan suatu kesimpulan ke Badan Anggaran. Jadi intinya anggaran," kata Prabowo.

Seperti diketahui, rangkaian kunjungan kerja Wei Fenghe ke Asia Tenggara berlanjut pada Selasa 8 September 2020. Usai menyambangi Malaysia, Senin 7 September 2020, Wei Fenghe bertandang ke Indonesia.

Pada Rabu 9 September 2020 malam, Kemhan RI merilis hasil pertemuan kedua menhan. Kemhan menulis ada beberapa pertemuan yang diikuti Wei Fenghe.

Pertemuan menhan kedua negara ini terdiri dari pertemuan bilateral di Aula Bhineka Tunggal Ika yang didahului pertemuan pendahuluan dengan Menhan RI, Panglima TNI, dan para kepala staf angkatan.

Baca Juga: Nella Kharisma dan Dory Harsa Akhirnya Buka-bukaan, Umumkan Telah Menikah di Depan Publik

Dalam pertemuan bilateral antara Kemhan kedua negara ini dibahas mengenai berbagai hal penting yang berhubungan dengan pertahanan negara. Hal-hal itu antara lain strategi pemerintah Indonesia dalam mencegah penyebaran/penularan Covid-19 di masyarakat dan strategi Kemhan RI dalam menghadapinya, perkembangan kerja sama penanganan Covid-19 antara RI dan China, kerja sama Industri Pertahanan RI dan China, kerja sama pendidikan dan isu-isu terbaru di kawasan Asia Pasifik.

"Selanjutnya, juga dilaksanakan pertemuan antara menhan kedua negara dengan Menko Kemaritiman dan Investasi di ruang kerja Menhan RI, yang dilanjutkan dengan makan malam," tulis laman resmi Kemhan.

Peneliti Senior di Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Evan Laksmana memiliki analisis ihwal kunjungan Wei Fenghe ke tanah air. Menurut Evan, ada banyak agenda bilateral antara Indonesia dan China. Satu hal yang pasti, tidak semua melulu didominasi oleh isu Laut China Selatan.

Baca Juga: Persaingan Kekuasaan Antara China dan Amerika Serikat di Laut China Selatan Mendominasi KTT ASEAN

"Menurut saya memang secara umum China berkepentingan menjaga hubungan baik dengan Indonesia dengan harapan persoalan kita di Laut Natuna Utara tidak menjadi besar dan agar Indonesia bisa membantu proses negosiasi ASEAN-China code of conduct yang baru saja dikabarkan akan mulai dibahas lagi," ujar Evan.

Terlepas dari isu yang dibahas, termasuk penanganan Covid-19 hingga teknologi militer, Evan menilai jalur komunikasi antar kedua menhan sejauh ini berjalan baik. Hal itu tentu merupakan sesuatu yang positif untuk mempererat hubungan strategis Jakarta dan Beijing.

"Bahkan semoga bisa mencegah krisis-krisis bilateral di masa depan," kata Evan.

Ihwal posisi Indonesia menyikapi situasi terkini di Laut China Selatan yang kian memanas, alumni Syracuse University ini berpendapat peran Indonesia kurang terlihat. Sebab, terlihat tidak ada diplomasi intensif untuk membantu mengelola ketegangan antara kedua negara tersebut.

Baca Juga: Model Israel Berpaspor Denmark Serbu Uni Emirat Arab dengan Produk Fesyen

"Situasi di Indo Pasifik, bukan hanya di Laut China Selatan, akan tetap berbahaya. Sudah dari awal kita susah menjembatani great power politics AS-China, ditambah dengan Covid-19 malah lebih sulit lagi saya rasa," ujar Evan.

"Bukan hanya soal fokus pemerintah yang semakin inward looking (sudah seharusnya memang di tengah pandemi Covid-19), tapi juga ketergantungan supply chain medis kita, dari obat, personal protective equipment (ppe), hingga riset vaksin terhadap China akan menyulitkan posisi diplomasi Indonesia seandainya kita harus lebih aktif dan vokal menyuarakan kepentingan-kepentingan kita dari ASEAN hingga Natuna Utara," lanjutnya.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x