Timor Leste Porak Poranda dan Berdarah, Ramos Horta Terluka Parah hingga Kritis dalam Serangan Pagi

- 26 September 2020, 19:22 WIB
Timor Leste Bisa jadi Dubai ke-2, Ramos Horta Mimpi di Siang Bolong, Faktanya Diprediksi Bangkrut
Timor Leste Bisa jadi Dubai ke-2, Ramos Horta Mimpi di Siang Bolong, Faktanya Diprediksi Bangkrut /ANTARA/

GALAMEDIA - Usia Timor Leste saat ini masih terbilang muda. Timor Leste baru merdeka tahun 1999, dan baru resmi diakui secara internasional pada 2002.

Meski termasuk negara 'anak bawang', Timor Leste merupakan salah satu negara yang telah melalui berbagai gejolak. Ketenangan di Timor Leste seolah merupakan hal yang langka.

Seperti krisis hebat yang terjadi pada masa awal kemerdekaannya, tepatnya tahun 2006.

Melansir Red Pepper, pada April 2006, Dili terbakar setelah 600 tentara berselisih dengan pemerintah Timor Leste.

Baca Juga: Najwa Shihab Ditampar Luhut Pandjaitan, Serangan Balik Membuat Sang Menteri Tak Berkutik

Krisis tersebut menyebabkan bentrokan antara kepolisian nasional Timor Leste (PNTL) dan pasukan militer (F-FDTL). Akibatnya, terjadilah kekosongan kekuasaan dan rusaknya hukum hingga ketertiban di seluruh negeri.

Baik PNTL maupun F-FDTL tidak memiliki kepercayaan dari penduduk atau kapasitas untuk memberikan keamanan dan ketertiban yang memadai.

Tuduhan berulang tentang pelecehan seksual, pelanggaran hak asasi manusia, distribusi senjata ilegal, dan keterlibatan dalam perdagangan gelap telah melemahkan kepercayaan publik kepada PNTL.

Penyebab utama kiris tersebut adalah konflik antarelemen militer Timor Leste yang disebabkan oleh diskriminasi di dalam tubuh militer.

Baca Juga: ITB Ungkap Tsunami 20 m Berpotensi Terjadi di Jabar dan Jatim, BMKG Singgung Soal Dampak Terburuk

Hal itu berubah menjadi upaya kudeta dan aksi kekerasan di ibu kota Dili.

Krisis tersebut bahkan memicu intervensi militer hebat dan mundurnya Perdana Menteri Mari Alkatiri.

Alfredo Reinado, merupakan salah satu pemimpin pemberontak yang muncul dari krisis 2006 sebagai pemain kunci.

Ia termasuk sosok tentara FDTL yang merasakan adanya diskriminasi oleh Panglima FDTL Brigjen Taur Matan Ruak.

Alasan diskriminasinya pun bernada rasis, yakni Reinado berasal dari daerah Timor Leste bagian Timur.

Akibat tak puas dengan alasan dari Matan Ruak itulah, pada 4 Mei 2006 Reinado bersama 600 anggota FDTL melakukan desersi sebagai protes atas perlakuan diskriminatif negara kepada mereka.

Baca Juga: LINK LIVE STREAMING Brighton vs Manchester United

Aksi protes itu lantas ditanggapi oleh Matan Ruak dengan pemecatan massal terhadap mereka semua.

Marah, Reinado bersama rekan militernya, Mayor Augusto Araujo memimpin pemberontakan bersenjata yang dinamakan Gastao Salsinha.

Penyerangan itu menimbulkan gelombang kerusuhan besar dan geng-geng sipil bersenjata ikut memperparah keadaan dengan melakukan aksi kriminal.

Para mantan tentara yang marah karena dipecat itu melakukan berbagai aksi yang membuat rusuh satu negara, Dili porak poranda dan berdarah.

Reinado sendiri adalah seorang mayor angkatan bersenjata Timor Leste, FDTL.

Baca Juga: Najwa Shihab Ditampar Luhut Pandjaitan, Serangan Balik Membuat Sang Menteri Tak Berkutik

Sebelumnya, Reinado pernah tertangkap oleh militer Indonesia saat invasi tahun 1975.

Pada 1990 ia kabur ke Australia dan bekerja di galangan kapal Australia Barat. Barulah setelah referendum tahun 1999, ia kembali ke Timor Leste.

Ia masuk militer dan ditunjuk menjadi komandan angkatan laut yang berkekuatan dua kapal patroli sumbangan AL Portugal.

Reinado merupakan seorang nasionalis sejati bumi Lorosae yang juga ingin Timor Timur lepas dari Indonesia kala itu.

Pangkatnya yang sudah menjadi mayor di tubuh angkatan bersenjata FDTL membuktikan jika Reinado merupakan orang kompeten di bidangya.

Hal itu bukan isapan jempol belaka, Reinado pernah mengenyam pendidikan militer di Australia yang sangat jarang seorang seperti dirinya ada di FDTL.

Paling banter para perwira FDTL sekarang ialah mantan kombatan Fretilin yang pernah berhadapan dengan ABRI pada masa konfrontasi dengan Indonesia dulu.

Tapi pendidikan militer mentereng yang didapat Reinado tak selalu menjamin karirnya baik, karena akhirnya ia pun merasa didiskriminasi, dan dipecat setelah melakukan protes.

Menjadi pemain kunci krisis Timor Leste 2006, Aksi Reinado lantas berpuncak pada 11 Februari 2008.

Ia dan anak buahnya melakukan serangan terhadap presiden Ramos Horta dan Perdana Menteri Xanana Gusmao di kediamannya masing-masing.

Ramos Horta terluka parah hingga kritis namun Xanana selamat dari percobaan pembunuhan itu.

Petualangan Reinado berakhir saat aksi penyerangan itu, ia tewas ditembak oleh tentara FDTL yang menjaga rumah Ramos Horta.

Timor Leste
Timor Leste

Saat itu, kabar Presiden Timor Leste Jose Ramos Horta terluka dalam serangan pagi hari di kantor kepresidenan begitu mengejutkan.

Alfredo Reinado sebagai 'tentara pembangkang' mungkin dimusuhi pemerintah, namun rupanya tidak demikian bagi sebagian besar warga Dili.

Sebagian besar warga Dili di kota-kota di sekitarnya menaruh simpati pada pria kelahiran tahun 1967 itu.

Warga yang mendukungnya kerap terlibat dalam kerusuhan melawan polisi dan tentara yang masih setia pada pemerintah.

Baca Juga: Empat Elemen Ini Hilang, Bikin Pajak Mobil Baru 0 Persen Harga Honda Jazz Setara Brio

Misalnya pada 5 Maret 2007, ratusan pendukung Alfredo melempari tentara pemerintah yang berupaya mengejar pemberontak itu hingga ke hutan.

Mereka juga menggelar demonstrasi di tengah kota Dili untuk menentang Presiden Xanana Gusmao. Mereka tidak menghendaki Alfredo ditangkap.

Sementara itu, saat Alfredo Reinado akan dimakamkan di tempat peristirahatan terakhirnya di Dili, Kamis 14 Februari 2008), ratusan orang hadir di pemakamannya.

Pemakaman Reinado berlangsung dibawah penjagaan ketat aparat keamanan. Ratusan pendukung Reinado berkumpul untuk mengikuti prosesi pemakaman.

Mereka berharap dapat bergabung dengan keluarga Reinado dalam pemakaman yang dilangsungkan di luar kediaman Reinado yang terletak di sisi pantai.

Saat itu, Ayah Reinado, Victor Alves, menyatakan kesedihannya yang mendalam untuk pertumpahan darah yang terjadi di Timor Leste.

Ia mengatakan bahwa kematian Reinado agar menjadi akhir pertikaian di Timor Leste.

Ia juga menyerukan pada para pendukung Reinado agar tidak membuat masalah baru di Tomor Leste.

"Anakku sudah mati dan saya mengajak pendukung Alfredo untuk tenang. Kami tidak akan menyelesaikan masalah dengan pertumpahan darah," ujar Victor Alves saat itu.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x