Beras Masih Mahal, Mendag: Akibat Gangguan El Nino, Apa itu El Nino?

- 18 Maret 2024, 17:24 WIB
Jelaskan pernyataan Zulhas, BKMG: El Nino picu kekeringan dan peralihan musim.
Jelaskan pernyataan Zulhas, BKMG: El Nino picu kekeringan dan peralihan musim. /@infobmkg/

GALAMEDIANEWS – Memasuki pekan kedua puasa Ramadhan, harga beras lokal masih tinggi. Hal ini diungkapkan pula oleh Menteri Perdagangan (Mendag), Zulkifli Hasan saat meninjau ketersediaan stok beras dan bahan pokok lainnya di pasar Kramat Jati Jakarta, Jumat 15 Maret 2024.

Zulhas mengatakan bahwa harga beras lokal yang masih tinggi disebabkan karena gangguan cuaca El Nino yang mengganggu siklus masa tanam sehingga mengakibatkan musim panen bergeser.

Apa itu El Nino?

Dikutip dari laman resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), El Nino merupakan fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudra Pasifik bagian tengah.

Secara sederhana, El Nino adalah suatu fenomena alam yang memicu terjadinya kekeringan, yang diakibatkan dari peningkatan pemanasan suhu secara terus-menerus, tergantung pada intensitas, durasi, dan musim yang sedang berlangsung.

Lalu apa kaitannya dengan pergeseran musim panen?

Penanaman dan panen padi dilakukan petani tergantung musim yang terjadi pada wilayahnya. Dengan pergeseran cuaca yang dikatakan Mendag, petani akan mengalami gagal panen karena curah hujan yang masih tinggi pada kuartal pertama tahun ini, padahal semestinya padi sudah siap panen di awal tahun.

Baca Juga: Ombudsman Duga ada Penyalahgunaan Beras SPHP, Sehingga Mengakibatkan Harga Beras Masih Mahal

Fenomena El Nino sudah menjadi isu gangguan cuaca sejak tahun lalu.

Pada 2023 BMKG memprediksi kemarau yang terjadi di tahun 2023 akan lebih kering dari tiga tahun sebelumnya. Hal ini akan berdampak pada sektor pertanian, terutama tanaman pangan semusim yang mengandalkan air. Rendahnya curah hujan dikhawatirkan akan menyebabkan gagal panen.

Dalam release pers BMKG Sabtu, 16 Maret 2024, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati juga menjelaskan bahwa peralihan musim di Indonesia seringkali terjadi tidak serempak.

BMKG telah memprediksi pada awal tahun 2024, sebagian wilayah Indonesia akan mengalami musim kemarau pada bulan April 2024. Sementara pada wilayah lain diprediksi dimulai pada bulan Mei dan Juni 2024. Perbedaan waktu ini disebabkan oleh letak geografis  wilayah-wilayah di Indonesia yang luas dan faktor datangnya angin kering (angin gurun) dari Australia yang menyebabkan kemarau.

Baca Juga: Jadwal Bazar Sembako di Kantor Bulog Jabar hingga Jelang Lebaran 2024, Ada Beras SPHP Murah!

Dari gambaran peta wilayah, dapat disimpulkan bahwa wilayah Indonesia yang terdekat dari Australia lah (Nusa Tenggara dan sebagian Papua Selatan) yang akan lebih dulu terkena angin kering dan akan mengalami musim kemarau. Kemudian barulah melewati Pulau Jawa, Sumatera dan Sulawesi.

Hal ini berakibat pada bergesernya waktu panen di Pulau Jawa sebagai sentra penghasil Padi. Sehingga berimbas pada keterlangkaan dan tingginya harga beras lokal di pasaran.***

 

Editor: Dicky Aditya

Sumber: Kemendag @infobmkg


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x