Ombudsman Duga ada Penyalahgunaan Beras SPHP, Sehingga Mengakibatkan Harga Beras Masih Mahal

- 16 Maret 2024, 07:45 WIB
Aneka beras di Pasar Induk Bera Cipinang, Jakarta
Aneka beras di Pasar Induk Bera Cipinang, Jakarta /AntaraNews/

GALAMEDIANEWS – Harga beras masih mengalami kenaikan yang sangat signifikan, keberadaannya juga terbatas di tingkat penjualan. Hal inilah yang membuat anggota Ombudsman RI Yeka Hendra Fatika mengatakan pihaknya memiliki sejumlah dugaan kenapa harga beras masih mahal meski Bulog sudah menggelontorkan ratusan ribu ton beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).

Salah satu dugaannya adalah kemungkinan adanya penyalahgunaan beras SPHP yang seharusnya dijual kepada masyarakat kurang mampu, tetapi malah dikemas ulang sebagai beras komersial dan dijual tak sesuai instruksi pemerintah.

Baca Juga: Kalem, Stok Beras Masih Ada 1.4 Juta Ton di Gudang Bulog Aman Hingga Juni 2024 Mendatang

“Karena kami tidak pernah mengawasi (harga beras) di pasar, di ritel, di konsumen itu seperti apa,” kata Yeka saat melakukan inspeksi, di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Jumat. Dirinya juga menambahkan perlu dilakukan investigasi lebih lanjut untuk mengetahui apakah beras SPHP benar-benar didistribusikan tepat sasaran.

Beras SPHP merupakan program pemerintah yang digulirkan melalui Perum Bulog sejak 2023 untuk menjaga stabilitas pasokan beras di pasaran dan menekan kenaikan harga beras agar terjangkau bagi masyarakat, terutama kalangan menengah ke bawah. Program SPHP ini sesuai dengan apa yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan.

Beras SPHP berasal dari cadangan beras pemerintah (CBP) di gudang Bulog, dan dikemas dalam bentuk kemasan curah 5 kg. Harganya cenderung lebih murah dibandingkan beras-beras jenis lain di pasaran. Beras jenis ini menjadi banyak yang dicari oleh warga karena haraganya lebih murah dibandingkan dengan yang ada di pasaran.

Baca Juga: Pemda Bandung Barat Gandeng Bulog, 8 Pasar Bakal Dapat Distribusi Beras Subsidi 1 Ton

Dugaan kedua mengapa harga beras hingga saat ini masih belum turun, kata Yeka, adalah kemungkinan adanya gangguan produksi beras dalam negeri. “Produksi yang bermasalah atau memang ada penyelewengan di dalam penyaluran beras SPHP,” jelasnya.

Yeka lebih lanjut juga menyoroti kemasan karung beras Bulog SPHP yang digunakan ternyata sama persis seperti beras komersial, padahal kualitas kedua beras tersebut tidak jauh berbeda. Hal itu dia temukan saat melakukan inspeksi ke Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Jumat. “Tadi kelihatan karung beras SPHP dan beras komersial tak jauh beda, jadi ini saran buat Bulog ya agar kemasannya dibedakan,” kata dia.

Baca Juga: Pj Wali Kota Cimahi dan Ketua DPRD Tinjau Logistik Pemilu 2024, Ternyata ada di Gudang Bulog

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno

Sumber: antaranews.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x