Masjid yang terletak di daerah pemukiman padat penduduk di kawasan Cihampelas ini awalnya hanyalah bangunan panggung yang terbuat dari bilik.
Keberadaan masjid tersebut telah mengalami perubahan yang signifikan. Menjadi bangunan dua lantai yang utamanya terbuat dari tembok, tidak ada sisa-sisa bangunan lamanya sehingga masjid ini terlihat sangat kokoh dan modern.
“Bangunan masjid ini didirikan di atas tanah yang diwakafkan oleh Lantenas, nenek dari Pak Zakaria, yang juga menjabat sebagai pengurus pertama masjid ini. Sekarang sih sudah direnovasi berkali-kali sampai yang paling besar itu tahun 2009," kata Didin menjelaskan.
Masjid Mungsolkanas memiliki beberapa peninggalan yang masih ada hingga saat ini. Salah satunya yaitu sebuah Alquran yang ditulis tangan yang masih tersimpan dalam sebuah etalase kaca di lantai dua masjid.
Mushaf Alquran ini berusia ratusan tahun yang menjadi bukti jejak syiar Islam di tanah Parahyangan.
Peninggalan lainnya yaitu sebuah batu hitam besar yang diukir dengan nama dan tahun pembangunan masjid, yang diletakkan di depan pintu masuk. Tulisannya, "Masjid Mungsolkanas/Berdiri Tahun 1869/Mangga Urang Ngaos Sholawat ka Kanjeng Nabi SAW."
Didin mengungkapkan, selama bulan suci Ramadan, program-program di Masjid Mungsolkanas berlangsung seperti biasa, seperti halnya tahun-tahun sebelumnya.
“Di sini, banyak program. Termasuk untuk Taman kanak-kanak (TK), pengajian anak-anak setiap sore, pengajian ibu-ibu setiap Senin, Rabu, dan Sabtu. Pesantren kilat, tadarusan, menyediakan takjil bersama dan juga pelaksanaan shalat tarawih. Baru-baru ini, ada Pejabat Gubernur juga ikut salat tarawih berjamaah di Masjid Mungsolkanas,” ujarnya.