"Minimal mah big screen dengan sound yang lebih besar. Jadi suara dan visualnya bisa dinikmati bersama-sama. Terus enggak perlu deket-deket sama tv," kata dia.
Baca Juga: Puncak Arus Balik dari Jalur Wisata Lembang Diprediksi Malam Ini, Polres Cimahi Siap Urai Kemacetan
Hal senada juga diungkapkan Yogi (49) pendukung paslon nomor urut 3 Bedas (Dadang Supriatna-Sahrul Gunawan). Menurut Yogi, pelaksanaan debat publik dengan fasilitas seadanya bagi para pendukung mencerminkan kinerja KPU Kabupaten Bandung tidak profesional.
"Anggaran-anggaran untuk kegiatan seperti ini kan sudah ada. Kinerja tidak maksimal. KPU sangat tidak profesional. Perlu diaudit ini mah. PR juga ini untuk KPU pusat mengevaluasi kinerja KPU di daerah," kata Yogi.
Yogi menambahkan, dengan fasilitas yang sangat minimum tersebut bedanya apa dengan menonton tayangan televisi di rumah. Debat publik calon kepala daerah yang harusnya terlihat hingar bingarnya malah justru mirip dengan debat pemilihan kepala desa.***