Benarkah China Tak Berharap Donald Trump Kalah dalam Pilpres AS 2020?

- 6 November 2020, 19:51 WIB
Wakil Menteri Luar Negeri China Le Yucheng.
Wakil Menteri Luar Negeri China Le Yucheng. /Twitter @CGCHINA_CPT/



GALAMEDIA - Beijing tidak terlalu memusingkan perseteruan yang terjadi di Washington beberapa hari terakhir. China tidak terlalu memperdulikan siapa yang bakal memenangkan Pilpres AS 2020.

Hal terpenting bagi China, siapapun Presiden AS terpilih tidak menggaungkan sikap bermusuhan. Saat ini capres petahana Donald Trump dan lawannya, Joe Biden tengah menantikan hasil penghitungan suara Pilpres AS 2020.

Untuk sementara hingga Jumat 6 November 2020 sekitar pukul 19.44 WIB, Joe Biden memimpin raihan suara elektoral sebanyak 264 suara dan Donald Trump sebanyak 214 suara.

Melansir Global Times, Jumat 6 November 2020, Wakil Menteri Luar Negeri China Le Yucheng berharap pemerintahan AS nantinya menjunjung semangat non-konflik, non-konfrontasi, serta win-win solution.

Baca Juga: Pernah Mengolok-oloknya, Donald Trump Ditampar Aktivis Berusia 17 Tahun: Tenang Donald, Tenang!

Hal tersebut menurut dia akan turut mendorong pengembangan hubungan China-AS ke jalur yang benar.

Le mengucapkan itu semua dalam konferensi media pada Pertemuan Dewan Kepala Negara Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) ke-20 yang dihelat Kamis 5 November 2020.

Pernyataan itu terlontar sebagai tanggapan atas Pilpres AS dan prediksi hubungan kedua negara ke depan.
 
Le berkata bahwa China dan AS jelas memiliki perbedaan dalam berbagai bidang. Namun ada beberapa kepentingan serupa.

Di tengah keruhnya hubungan kedua negara beberapa tahun terakhir, Le berharap agar pemimpin yang terpilih bisa segera memperbaiki hal tersebut.

Baca Juga: Laga Everton vs Manchester United Jadi Obat Penawar Luka atau Pertaruhan Solskjaer?

Ia tidak secara gamblang mengungkapkan kepada siapa China memberikan dukungan dalam Pilpres AS kali ini.

Namun sebagaimana diketahui, saat Trump memimpin, hubungan AS dan China disebut jatuh ke dalam titik terendah.

Lewat berbagai kebijakan, Trump kerap membuat China marah. Contohnya dengan menjual senjata ke Taiwan.

Pemerintah China memandang Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, meskipun memiliki pemerintahan sendiri sejak berakhirnya perang saudara pada tahun 1949.

Baca Juga: Perdalam Kerjasama Pertahanan, Prabowo Gelar Pertemuan dengan Menhan Australia

Kesepakatan yang tengah dan telah dilakukan antara AS-Taiwan dianggap China akan mengganggu prinsip "satu China".

Selain keruh soal Taiwan, AS di bawah Trump cukup aktif melakukan konfrontasi di Laut China Selatan.

Laut China Selatan menjadi perairan rawan konflik setelah Beijing mengklaim hampir 90 persen wilayah di perairan itu. Klaim China tersebut tumpang tindih dengan wilayah perairan dan ZEE sejumlah negara ASEAN seperti Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Brunei.

Indonesia sendiri menegaskan tidak memiliki sengketa dengan China di Laut China Selatan. Namun, aktivitas sejumlah kapal ikan dan patroli China di ZEE Indonesia di sekitar Natuna semakin membuat khawatir Jakarta.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x