Laporan Rahasia Sebut Hubungan UEA-Arab Saudi dalam Bahaya

- 19 November 2020, 20:24 WIB
Pangeran Mohammed bin Salman dan Pangeran Mohammed bin Zayed. (Foto: Pinterest)
Pangeran Mohammed bin Salman dan Pangeran Mohammed bin Zayed. (Foto: Pinterest) /


GALAMEDIA - Sebuah laporan rahasia Emirat mengungkapkan bahwa Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Uni Emirat Arab (UEA) memperkirakan bahwa masa depan kemitraan dengan Arab Saudi di Yaman dipertaruhkan.

Kemenlu UEA memperingatkan, "Konflik kepentingan dapat menciptakan lingkungan yang tidak bersahabat bagi kedua pihak."

Menurut laporan yang dikeluarkan oleh Unit Studi Yaman di Kementerian Luar Negeri UEA, mempertahankan situasi saat ini di Yaman berarti menciptakan lingkungan yang tidak bersahabat bagi Arab Saudi dan UEA, atau dapat menyebabkan munculnya perkembangan yang mengkhawatirkan bagi kedua sisi, lapor surat kabar Lebanon Al-Akhbar.

Baca Juga: Jabatannya Bisa Dicopot Mendagri Tito Karnavian, Begini Reaksi Gubernur Jabar Ridwan Kamil

Dilansir Middle East Monitor, perkiraan yang dibuat dalam laporan tersebut didasarkan pada penilaian pihak-pihak lokal dalam konflik Yaman mengenai hubungan antara Abu Dhabi dan Riyadh, yang menunjukkan bahwa semua aktor di lapangan, kecuali Houthi, tidak memiliki pilihan lain selain tetap berpegang pada sponsor mereka.

Namun, laporan tersebut tidak memberikan analisis yang solid tentang masa depan hubungan bilateral antara komponen koalisi Arab.

Pengumuman UEA untuk menarik pasukannya dari Yaman pada akhir tahun lalu, "membuat beberapa partai lokal berharap," menurut laporan itu.

Baca Juga: Ingatkan Pemprov DKI Jakarta Bertindak Tegas Tanpa Pandang Bulu, Ketua DPRD: Ini Bukan Main-main

Unit Kajian Yaman Kementerian Luar Negeri UEA menyampaikan bahwa kemitraan Emirat dengan Arab Saudi di Yaman telah melalui tiga tahap, yang pertama adalah “tahap kepuasan dan rasa syukur”, yang mencerminkan sebuah negara (dari sudut pandang pihak Yaman) harmoni antara kedua negara Teluk untuk mencapai tujuan yang bersatu, yaitu untuk menghilangkan kudeta Houthi.

Tahap selanjutnya ditandai dengan keadaan kebingungan dan perpecahan sebagai, "Ketidakpastian dan ketidaktegasan mulai melanda tempat konflik. Kekuatan baru mulai muncul dan kebijakan kedua negara dan posisi mereka secara umum menjadi tidak jelas dan mencerminkan kontradiksi dalam banyak hal," ungkap laporan itu.

Baca Juga: Batalkan Safari Dakwah, Habib Rizieq Saat Ini Memilih Beristirahat, Jeda Sejenak

Tahap ketiga, yang oleh laporan itu disebut sebagai "tahap keraguan dan revisi", secara signifikan ditandai dengan keyakinan bahwa kesepakatan dan koordinasi antara Arab Saudi dan Emirates mulai kendor sampai pada tahap kehancuran total.

Pada titik itu, pihak Yaman yang terlibat konflik mulai melihat keretakan antara kedua sekutu, terutama, "Berdasarkan beberapa perkembangan, yang terakhir adalah pengumuman UEA untuk mengurangi kehadiran militernya di Yaman."***

Editor: Dicky Aditya

Sumber: Middle East Monitor


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x