Mereka Tetap Optimis dan Bangkit di Masa Pandemi Covid-19

30 Oktober 2020, 09:16 WIB
/

“Harus tetap semangat. Harus tetap optimis, kita ini kuat dan dikuatkan untuk bisa bangkit kembali. Jangan terus menyerah begitu saja karena pandemi Covid-19.”

Kata demi kata tadi diucapkan oleh Djumono, salah seorang penyandang disabilitas daksa yang tinggal di kawasan Ciateul Kota Bandung.

Keterbatasan fisik tak mengurangi semangatnya untuk terus berusaha di masa pandemi Covid-19 ini.

Sebagaimana yang lain, lelaki berusia 53 tahun ini ikut merasakan dampak panjang dari pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia. Usaha membuat mug bersablon yang ditekuninya, kontan kehilangan pelanggan.

Baca Juga: Hasil Seleksi CPNS Diumumkan Hari Ini, Berikut Penjelasan BKN

Kendati itu usaha sampingan, namun tetap saja besar artinya bagi perekonomian bapak tiga anak ini. Usaha membuat mug bersablon itu mampu menambah insentif yang diperoleh Djumono yang aktif dalam National Paralympic Commite Indonesia (NPCI) Kota Bandung.

Dikisahkannya, saat usaha mug bersablon yang ditekuninya tidak lagi memperoleh order semenjak Mei 2020 silam. Djumono pun harus berpikir keras untuk mencari alternatif lainnya. Djumono tidak mau hanya berpangku tangan, pasrah dengan keadaan di masa pandemi Covid-19 ini.

Jalan itu ternyata ada. “Seorang teman menawari saya menjadi seller produk teh daun kelor celup. Teh kelor celup itu buatan teman disabilitas dari Yogyakarta sebagai produk jaringan disabilitas,” urai Djumono.

Baca Juga: Yuk Pahami dan Amalkan, Ini Arti dan Makna Asmaul Al Wakil, Al Qowiy, dan Al Matin

Saat tawaran itu diterima, Djumono tak serta merta mengiyakan. Djumono memilih terlebih dulu mencoba teh kelor celup yang disebut temannya memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan.

Setelah mengkonsumsi beberapa kali, Djumono mulai merasakan kebenaran omongan temannya itu. Barulah, kemudian Djumono mulai mencoba menjajaki penjualan teh kelor celup. Oleh temannya, Djumono diberi modal berupa 1 dus yang berisi sekitar 60 bungkus.

Djumono mengakui memulai usaha barunya tidak mudah di masa pandemi. Mengingat saat itu yaitu bulan Mei masih diberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sehingga Djumono tidak leluasa menawarkan produknya ke konsumen secara langsung.

Baca Juga: Bolehkah Kita Menggunakan Cincin? Ini Dia Hadist Rasulullah

“Saya akhirnya mencoba menjual secara daring,” imbuh Djumono.

Berlahan tapi pasti, penjualan secara daring saat masa pandemi mulai membuahkan hasil. Keterbatasan mobilitas pada akhirnya tidak lagi menjadi kendala. Permintaan pasar melalui daring ini mulai diterima dari luar Kota Bandung seperti Tasikmalaya serta Jakarta.

Barulah ketika PSBB mulai dilonggarkan, Djumono mulai menawarkan teh kelor celup secara langsung. Setiap kali berkegiatan di luar rumah, termasuk saat berada di lingkungan NPCI Kota Bandung di GOR Padjajaran Kota Bandung, Djumono tak lupa membawa teh kelor celup yang dijualnya.

Walhasil semakin banyak peminat teh kelor celup yang dijual Djumono. Dalam kurun waktu 5 bulan Djumono telah mampu menjual ribuan teh kelor celup. Malahan, Djumono mulai memasarkan teh kelor celupnya itu dengan menitipkan ke sejumlah kios di sekitaran Bandung.

Baca Juga: Harga Emas Jatuh Lagi di Akhir Perdagangan pada Jumat Pagi Tertekan oleh Dolar

Djumono masih berhasrat mengembangkan usaha teh celup kelornya. “Inginnya tidak sekedar jadi seller. Tapi memproduksi langsung. Saya ingin punya kebun kelor sendiri. Dengan memproduksi sendiri, saya bisa memberdayakan teman-teman disabilitas lainnya, terutama di Bandung,” sebut Djumono.

Optimis Yadi di Pijat Netra

Optimisme tinggi juga dilontarkan Yadi Sopiyan (48). Penyandang disabilitas netra ini merupakan pengelola panti pijat netra, “Terus Jaya Massage” di kawasan Caringin Bandung. menurut Yadi pandemi Covid-19 memang telah berdampak pada usaha panti pijat netranya.

Pandemi Covid-19 memang situasi yang berat bagi Yadi. Pasalnya, pelanggan enggan datang karena ada rasa takut tertular virus Covid-19. Pun di awal pandemi, PSBB membuat pelanggan usaha juga tidak leluasa datang.

Baca Juga: Liga Eropa: AZ Alkmaar Mantap di Puncak Dibuntuti Napoli di Posisi Dua

“Pada dua bulan pertama saat pandemi, saya akhirnya harus menutup usaha panti pijat netra saya,” ujar Yadi.

Akibatnya, Yadi harus merumahkan 3 penyandang netra yang bekerja sebagai terapis di tempat usahanya tersebut.

Yadi tak mau begitu saja menyerah. Saat panti pijat-nya tutup, ia memilih jemput bola secara daring. Meski, memang saat itu tidak banyak membantu. Namun, Yadi tetap berusaha. Semangatnya tak pernah padam tergerus keadaan pandemi Covid-19.

Baca Juga: CSKA Moscow dan Dynamo Zagreb Bermain Imbang, Feyenoord Juru Kunci

Sampai kemudian, ada pelonggaran PSBB yang memungkinkan Yadi membuka kembali usaha pijat netranya.  Yadi aktif memberitahukan kepada pelanggan loyalnya jika panti pijat netranya sudah buka kembali.

Diakui Yadi, kondisinya memang tidak lagi seperti dulu sebelum terjadi pandemi Covid-19. “Sampai sekarang yang pijat paling satu dua orang sehari. Bahkan kadang-kadang beberapa hari malah tidak ada sama sekali,” kata Yadi.

Kondisi yang masih belum pulih itu tetap tak menyurutkan optimisme Yadi.

Baca Juga: CSKA Moscow dan Dynamo Zagreb Bermain Imbang, Feyenoord Juru Kunci

Bagaimana pun kondisinya, Yadi bertekad tetap membuka usaha pijat netranya ini. Tak hanya untuk dirinya bersama keluarga, tetapi juga demi mereka yang ikut bekerja dengannya.
Yang penting, sambung Yadi, kita tetap berusaha.

“Terus berikhtiar meski kondisi sedang sulit. Selama kita tidak berhenti berikhtiar, terus berusaha, Tuhan pasti memberi jalan kemudahan,” sambung Yadi dengan nada optimis.

Protokol kesehatan tetap masuk ke dalam bagian dari ikhtiar yang terus diperjuangkan Yadi. Hal itu penting supaya pelanggan yakin panti pijat netra yang dikelola Yadi telah melakukan upaya pencegahan  dari potensi penyebaran Covid-19. Dengan demikian, pelanggan tak perlu khawatir untuk datang ke panti pijat netra Yudi.

Sikap optimis Djumono maupun Yadi telah memberikan pelajaran berharga bagi kita semua. Dalam keterbatasan fisik, keduanya selalu memiliki semangat tinggi untuk tetap berusaha. Semangat yang mematik sikap optimis dalam melihat kondisi saat ini.

Baca Juga: Liga Eropa: Nir Gol, AS Roma Ditahan CSKA Sofia di Stadion Olimpico

Djumono dan Yadi yakin bisa bangkit kembali, kendati pandemi Covid-19 ini belum tahu kapan akan berakhir. semangat dan optimisme sebagai modal berharga menyongsong masa depan yang lebih baik pascapandemi Covid-19 nanti.**
 
 
 
 
 

 

Editor: Kiki Kurnia

Tags

Terkini

Terpopuler