Bocor di Media, Proyek 7.073 Triliun di Balik Pertemuan Rahasia Israel dan Putra Mahkota Saudi MBS

24 November 2020, 10:22 WIB
Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman. /Instagram/@hrhpsauds/

GALAMEDIA - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terbang ke Arab Saudi untuk pertemuan rahasia dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS).

Demikian klaim  media Israel hari ini yang kemudian dibantah Saudi, namun tersirat benar terjadi berdasar keterangan menteri kabinet Netanyahu.

Media Israel mengungkap, Netanyahu dan kepala mata-mata Mossad, Yossi Cohen bertemu MBS hari Minggu lalu. Mereka bertemu di Kota Neom tempat MBS juga mengadakan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo.

Baca Juga: Me-retweet Cuitan Menyesatkan atau Menyukai pun Akan Kena Peringatan dari Twitter

Jika dikonfirmasi, maka ini menandai pertemuan pertama yang diketahui antara pejabat senior Israel dan Saudi sebagai  langkah besar menuju penerimaan negara Yahudi di dunia Arab.

Dikutip Galamedia dari DailyMail, Selasa (24 November 2020) sebelumnya Israel   menormalisasi hubungan dengan Bahrain dan UEA dalam beberapa bulan terakhir. Kesepakatan dalam bentuk pakta dengan Saudi akan menjadi hal yang  jauh lebih besar.

Analis mengaitkan pembicaraan antara Saudi dan  Israel salah satunya dengan Visi 2030 MBS  termasuk proyek kota megapolitan Neom senilai $500 miliar atau Rp 7.073 triliun serta kebijakan politik dengan Iran.  

Analis mengatakan pihak kerajaan Saudi membutuhkan keahlian Israel di berbagai bidang termasuk manufaktur, bioteknologi dan keamanan dunia maya untuk megaproyek tersebut.

Baca Juga: Narji Heboh di Twitter Usai Nyatakan Dukungannya ke Pangdam Jaya Copot Baliho Habib Rizieq

Menanggapi ramai pemberitaan pertemuan rahasia MBS dan PM Israel, Menteri Luar Negeri Arab Saudi di hari yang sama  membantahnya. Ini sejalan dengan posisi publik kerajaan yang mendukung perjuangan Palestina dan menolak bekerja sama dengan Israel.

Sementara Netanyahu tidak tertarik mengomentari laporan media, salah satu menterinya memberi keterangan yang menyiratkan bahwa pertemuan telah terjadi.

Data pelacakan penerbangan pun menunjukkan jet pribadi Gulfstream IV, yang kemungkinan membawa Netanyahu, lepas landas dari Bandara Ben Gurion Israel pada Minggu malam.

Baca Juga: IHSG Dibuka Menguat 24,54 Poin, Sedangkan Kurs Rupiah Kembali Loyo

Penerbangan melakukan perjalanan  di sepanjang Semenanjung Sinai sebelum berbelok ke arah Neom dan mendarat tepat setelah pukul 18.30. Dengan rute yang sama jet kembali ke Israel.

Ditanya tentang klaim pertemuan menyusul bantahan dari  Saudi, Netanyahu mengatakan, “Are you serious? Selama bertahun-tahun aku tidak pernah mengomentari hal-hal seperti itu dan aku tidak berniat untuk memulainya.”

Tetapi Yoav Gallant, anggota kabinet keamanan Netanyahu kepada Radio Angkatan Darat mengungkap sebaliknya.

“Fakta bahwa pertemuan itu terjadi dan diumumkan secara terbuka, bahkan jika ini hanya setengah resmi untuk sekarang, tetap sangat penting,” katanya.

Baca Juga: Habib Bahar Menolak untuk Diperiksa, Ini Kata Direktur Ditreskrimum Polda Jabar

Sementara itu Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz dalam pidatonya  mengutuk bocornya penerbangan rahasia ke Arab Saudi yang disebutnya “sangat tidak bertanggung jawab”.

Tidak jelas apakah Gallant dan Gantz mengetahui pertemuan itu secara independen atau mendengarnya dalam laporan media Israel yang mengatakan  Netanyahu melakukan perjalanan bersama Kepala Mossad, Yossi Cohen.

Mengenai Kota Neom yang dianggap sebagai “petunjuk” pertemuan dengan MBS, sebelumnya  awak pers yang mengikuti perjalanan Pompeo di Timur Tengah, mendarat di bandara Neom sebelum anggota kabinet Trump itu menemui putra mahkota Saudi.

Baca Juga: Soal Penolakan Habib Rizieq di Sejumlah Daerah, Munarman: Setelah Ditelusuri Ada Pengkondisian

“Saya mengetahui laporan pers tentang pertemuan yang diklaim antara Putra Mahkota dan pejabat Israel selama kunjungan Pompeo baru-baru ini,” ujar Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Faisal bin Farhan hari ini.

Ia melanjutkan, “Pertemuan itu tidak ada. Satu-satunya pejabat yang hadir adalah pihak  Amerika dan Saudi.”

Namun dua penasihat Saudi secara terpisah kepada Wall Street Journal menyatakan pertemuan dimaksud terjadi dan para pemimpin membahas Iran serta normalisasi hubungan.

Baca Juga: Ingin Segera Punya Keturunan, Yu Ikuti dan Amalkan Doa Nabi Zakaria

Selama ini Raja Arab Saudi Salman  mendukung perjuangan Palestina, tapi MBS yang saat ini berusia 35 tahun dianggap lebih terbuka untuk gagasan normalisasi hubungan dengan Israel.

Israel telah lama bekerja di bawah radar guna membangun hubungan dengan negara-negara Teluk, yang dalam beberapa tahun terakhir menguat karena faktor antipati terhadap Iran.

AS mendukung upaya ini karena hubungan Washington  dengan Teheran yang memburuk. Presiden AS Donald Trump sendiri mengklaim “jasa Amerika”  dalam   kesepakatan perdamaian Bahrain dan UEA.

Baca Juga: Selain Pencak Silat, Satgas Pamtas RI-MLY Yonif Raider 200/BN Latihkan Bela Diri Karate

Spekulasi juga menguat terkait upaya pemerintahan Trump mendorong kesepakatan damai Arab-Israel sebelum Joe Biden dilantik Januari mendatang.

Biden yang berniat kembali bergabung dalam pakta kesepakatan nuklir dengan Iran dinilai akan lebih keras pada Saudi menyusul isu HAM di negara kaya minyak tersebut.

Sebelumnya Arab Saudi telah menyetujui penggunaan wilayah udaranya untuk penerbangan Israel menuju UEA. Keputusan diumumkan sehari setelah MBS bertemu penasihat Timur Tengah Trump yang juga menantunya yang berdarah Yahudi, Jared Kushner di Riyadh.

Baca Juga: Didesak Akbar Faizal, Munarman Akhirnya Terayu Membongkar Dokumen Rahasia Habib Rizieq dengan BIN

Pakta Bahrain dengan Israel juga menunjukkan setidaknya persetujuan Saudi karena ketergantungan kerajaan pulau pada Riyadh.

Pejabat Saudi enggan mengakui pemulihan hubungan dengan Israel di depan publik karena khawatir akan reaksi  di kerajaan ultra-konservatif dan tempat kelahiran Islam tersebut.

Posisi resmi Saudi sejauh ini adalah memastikan tuntasnya proses perdamaian Israel-Palestina sebelum hubungan diplomatik dapat dibangun.

Langkah apa pun di luar perjanjian Israel-UEA  yang dikutuk para pemimpin Palestina sebagai 'tikaman dari belakang' kemungkinan akan menuai kritik.

Baca Juga: Seorang IRT Dihukum 18 Bulan Penjara Gara-gara Komentar Ini di Facebook Anggota DPRD

Tetapi tanda-tanda perubahan mulai terjadi di Arab Saudi terutama melalui outlet media pemerintah bahkan drama TV yang mulai “meletakkan dasar” untuk menjangkau kalangan Yahudi.

Buku pelajaran sekolah yang dulu dikenal media merendahkan  Yahudi dan non-Muslim lainnya dikabarkan tengah direvisi sebagai bagian dari dorongan untuk mengubah persepsi publik mengenai Saudi.

Bulan Februari, Raja Salman menjamu seorang rabi dari Yerusalem di Riyadh untuk pertama kalinya dalam sejarah modern Saudi.

Baca Juga: Unggah Foto Baca Buku 'How Democracies Die', Rocky Gerung Sebut Lebih Elegan dari Menurunkan Baliho

Menerbitkan foto Rabbi David Rosen dengan Raja Salman, media-media Israel menyebutnya 'momen revolusioner'.

Selain aliansi politik, keuntungan finansial menjadi faktor yang menghubungkan negara-negara kaya Teluk dengan ekonomi Israel yang kuat.

Upaya Saudi menarik investasi asing guna mendanai rencana diversifikasi ekonomi Visi 2030 yang ambisius tampaknya juga mendorong kerajaan untuk  lebih dekat pada Israel.

Baca Juga: Terungkap! Gara-gara Prabowo Subianto dan Amin Rais, Habib Rizieq 'Dimusuhi' Penguasa

Inti dari Visi 2030 MBS adalah Neom, kota megapolitan senilai $500 miliar atau Rp 7.073 triliun yang direncanakan dibangun di pantai barat tempat pertemuan MBS dan Netanyahu dilaporkan berlangsung.

Analis mengatakan pihak kerajaan Saudi membutuhkan keahlian Israel di berbagai bidang termasuk manufaktur, bioteknologi dan keamanan dunia maya untuk megaproyek tersebut.***

Editor: Mia Fahrani

Sumber: dailymail

Tags

Terkini

Terpopuler