Polemik KLB Demokrat Memanas, Eks Presiden PKS Sohibul Iman Bongkar Misteri Politik Dinasti di Indonesia

15 Maret 2021, 19:59 WIB
Sohibul Iman (kiri) mengaku heran masih ada yang ributkan kerumunan Presiden Jokowi (kanan) di NTT. /Dok. Instagram/@msi.sohibuliman dan Setkab/Biro Pers Setpres.

GALAMEDIA – Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat di Deli Serdang telah menimbulkan aksi saling serang tudingan tajam yang kerap dilontarkan kedua belah pihak yakni Partai Demokrat kubu Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan kubu Moeldoko.

Salah satu tudingan tersebut adalah tudingan politik dinasti yang kerap dijadikan salah satu senjata utama kubu Moeldoko untuk menyerang kubu AHY.

Kemudian Eks Presiden PKS Muhammad Sohibul Iman pun mencoba menguak misteri politik dinasti  yang kerap terjadi di Indonesia.

Dilansir Galamedia dari akun Twitter pribadinya, @msi_sohibuliman, 15 Maret 2021, sekalipun suatu kekuasaan didapat secara demokratis tetapi kekuasaan tersebut selalu mengundang "semut" dengan beragam karakternya dari karakter yang baik hingga karakter “penjilat”.

Baca Juga: Dipimpin Ibas, 53 Anggota Fraksi Partai Demokrat DPR RI Ikrar Sumpah Setia kepada AHY

Di situlah secara perlahan suasana feodal tumbuh. Hal ini tentu membuat penguasa demokratis mulai tergoda untuk menikmati feodalisme.  

Oleh karena itu, sang demokrat tulen itu tidak akan pernah ada. Dia sejatinya berjalin-kelindan dengan feodalisme dengan beragam gradasinya.

Dari yang tak terasa sampai dengan yang mencolok mata. Apalagi dalam masyarakat yang kuat sistem patron-kliennya seperti Indonesia. Jadi, tak heran apabila terdapat pejuang demokrasi yang justru menikmati feodalisme di Indonesia.

Semakin lama berada di dalam kekuasaan maka semakin besar godaan untuk menikmati feodalisme.

Bahkan dorongan keluarga dan ambisi pribadi juga mampu menguatkan kehidupan feodalisme.

Baca Juga: Persib Mendadak Ajax, Begini Penjelasan Robert

Pada titik tertentu suasana feodal akan memunculkan logika untuk berkuasa selamanya, jika perlu turun-temurun dan beregenerasi.

Akan ada 1001 alasan untuk membenarkan kelanggengan petahana bahkan kekuasaan dinasti.

Logika paling umum adalah” demi maslahat bersama-sama “ dan "tidak ada yang lebih baik daripada petahana".

Semua itu hanya bungkus dari logika kepentingan kekuasaan petahana dan kroni yang secara tidak sadar mampu membuat demokrasi menjadi mati dan hilang bak ditelan bumi.

Baca Juga: Ingatkan Peristiwa 1998, Mahfud MD Tepis Isu Jokowi Inginkan 3 Periode

Agar demokrasi tidak mati, Sohibul Iman menyarankan kepada setiap penguasa untuk tidak pernah abu-abu dalam pembatasan periode kekuasaan dan politik dinasti dalam kondisi apapun.

Jangan ada pengecualian celah hukum. Menurutnya, masyarakat Indonesia tidak bisa berharap pada niat baik penguasa untuk membatasi dirinya.

Oleh karena itu, masyarakat yang memiliki peranan penting untuk membatasi mereka melalui konstitusi UUD 1945. ***

Baca Juga: Terungkap, Eks Mensos Juliari Batubara Ancam Perusahaan Kalau Tak Memberi Fee


SUMBER
https://twitter.com/msi_sohibuliman/status/1369692079840841728
https://twitter.com/msi_sohibuliman/status/1370209875871993858
https://twitter.com/msi_sohibuliman/status/1370879796524191744
https://twitter.com/msi_sohibuliman/status/1371272837013508100
https://twitter.com/msi_sohibuliman/status/1371417464978874371

 

Editor: Kiki Kurnia

Tags

Terkini

Terpopuler