Tsunami 29 Meter Mengancam Wilayah Selatan! Mensos Risma Sebar 'Pasukan', Mendagri Tito: Dampaknya Luar Biasa

5 Juni 2021, 15:06 WIB
Ilustrasi tsunami /


GALAMEDIA - Gempa berkekuatan di atas magnitudo 7 disertai tsunami dengan tinggi hingga mencapai 29 meter berpotensi terjadi di wilayah selatan Jawa Timur.

Skenario terburuk tersebut merupakan hasil kajian Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Sehubungan hal itu, Menteri Sosial Tri Rismaharini mengerahkan 'pasukannya' ke sejumlah wilayah selatan Jawa Timur, yang disebut berpotensi diterpa gempa bumi berkekuatan besar dan tsunami, untuk persiapan mitigasi bencana.

"Ini staf tak tugaskan mulai minggu ini, mereka akan menyisir," kata mantan Wali Kota Surabaya ini, Jumat, 4 Juni 2021.

Disebutkan, 'pasukannya' itu bakal mela melatih warga di sejumlah wilayah yang berpotensi terdampak bencana untuk melakukan mitigasi.

Dengan begitu, ia berharap masyarakat bisa mengetahui langkah-langkah penyelamatan mandiri dan evakuasi.

Baca Juga: Pos Indonesia Tetap Beroperasi Sabtu dan Minggu, Direktur Bisnis Kurir dan Logistik: Kami Buka 7 Hari Seminggu

"Aku menugaskan stafku untuk mengadakan pelatihan untuk warga dan anak-anak di wilayah itu. Jadi tak suruh nyisir, pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Malang Selatan, Lumajang, Blitar Pasuruan, Probolinggo sampai Banyuwangi," ungkap Risma.

Di sisi lain, Risma pun intens melakukan rapat koordinasi dengan sejumlah dinas sosial sejumlah provinsi. Tak hanya Jatim, tapi juga Bali, NTT hingga NTB.

"Ini ada suatu yang nanti akan berputar, meskipun, aku sebetulnya sudah dua kali melakukan vidcon (panggilan video) dengan kepala dinas sosial. Jadi di Jabar, Lampung, Bali, NTT dan NTB, Jatim dan Jateng," ucapnya.

Sementara itu Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian meminta pemerintah daerah mulai mengembangkan teknologi anti-gempa di daerah yang termasuk dalam zona rawan bencana.

Tito mengakui bahwa terjadinya bencana alam memang tak dapat dicegah. Namun Tito menilai yang dapat dilakukan adalah mengurangi dampak kerusakan, baik materiil maupun korban jiwa.

"Dengan kemajuan teknologi saat ini, tentu kita harus melakukan antisipasi- antisipasi (kebencanaan)," tutur Tito di Kabupaten Banyuwangi, Jumat, 4 Juni 2021.

"Karena potensi megathrust itu dampaknya kan luar biasa," tambahnya.

Baca Juga: Airlangga Hartarto Soroti Rendahnya Tingkat Kedisiplinan Penerapan Prokes di Jabar

Tito pun meminta Pemda untuk kembali menggalakkan penanaman hutan bakau atau mangrove di pesisir. Hal tersebut dinilai dapat menjadi benteng alami tsunami.

"Untuk wilayah rawan tsunami, ini perlu diantisipasi. Mulai dari upaya pencegahannya. Dilakukan sosialisasi penananaman mangrove mulai sekarang," jelas Tito.

"Mangrove ini tidak hanya sebagai benteng alami, tapi juga bisa memberi dampak ekonomi kepada masyarakat. Karena mangrove menjadi tempat pembibitan ikan," tandasnya.

Sebelumnya, BMKG memperingatkan potensi gempa bumi di atas Magnitudo 7 dan tsunami hingga 29 meter di pesisir selatan Jawa Timur.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan dari hasil analisis BMKG, seluruh pesisir Jatim berpotensi untuk diterjang tsunami apabila ada gempa besar.

"Hasil analisis kami untuk wilayah Jatim, seluruh pesisir itu potensinya, tinggi maksimum 26-29 meter di Kabupaten Trenggalek, itu tinggi maksimum. Waktu tiba tercepat 20-24 menit di Kabupaten Blitar," ujarnya dalam webinar di saluran Youtube InfoBMKG.***

Editor: Dicky Aditya

Tags

Terkini

Terpopuler